Mood Fiona kembali membaik. Ia menoleh kesana-kemari mencari Nika yang tak kunjung datang. Padahal bis sekolah sebentar lagi datang dan juga di sekolah hari ini ada lomba antar kelas.
Fiona sengaja datang lebih pagi ke depan komplek. Niatnya supaya Fiona sampai lebih dulu sebelum Nika. Fiona ingin menjadi perempuan pertama yang menyapanya di pagi hari.
Bis sekolah sudah datang, ia kembali menoleh dan tak melihat Nika. Fiona melunturkan senyumnya lalu segera naik ke bis.
"Pak bisa tunggu 5 menit lagi gak, Pak? Temen saya belum datang," ucap Fiona.
"Oh boleh, Neng." Fiona menghembuskan nafas lega lalu kembali menunggu. Fiona mencoba mengirim pesan. Fiona takut kalau Nika kesiangan karna orangtuanya selalu berangkat kerja subuh.
Fiona mengerucutkan bibirnya kesal karna Nika tidak membalasnya.
"Neng, kita jalan yah? Soalnya sudah hampir terlambat. Kasian temen Neng yang udah di mobil nanti ikut telat," ucap Supir.
"Ah, iya, Pak." Fiona menghembuskan nafas lelah saat bis sudah jalan. Ia semakin khawatir dengan Nika. Karna tidak biasanya dia datang terlambat atau tidak menaiki bis sekolah. Ini kali pertamanya.
*
Fiona terdiam saat melihat Nika sedang berbincang dengan sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Rio, Raka dan Rian.
Sepertinya ia sedang membicarakan sesuatu, karna Nika biasanya tidak mau berbicara panjang dengan ketiga sahabatnya itu.
Fiona berjalan masuk kedalam kelas dengan lemas. Bisa-bisanya Nika sangat santai saat dirinya sangat mengkhawatirkan Fiona.
"Oi, Fiona, minjem tempat duduk dulu bentar, yah?" ucap Rian yang memang bangku Fiona sedang di duduki olehnya dan juga Raka.
Fiona mengabaikan Raka lalu berjalan mendekat ke arah Nika."Kenapa kau tidak membalas pesan ku?"
Nika menatap Fiona sebentar lalu kembali menulis sesuatu dikertas.
"Jawab aku." Fiona menarik kertas yang sedang Nika tulis. Raka, Rian dan Rio terkejut saat melihat kertasnya yang sobek menjadi dua akibat Fiona menariknya.
Nika menggebrak meja. "Kau ini bodoh atau bagaimana sih?! Aku ingin mengikuti lomba Bahasa Inggris maka dari itu aku datang lebih awal bersama Raka. Berhenti mengganggu ku!"
Fiona membulatkan matanya. Ia sedikit terkejut mengetahui kalau Nika mengikuti lomba. Memang hari ini sekolah mengadakan lomba, tapi biasanya Nika tak pernah tertarik. Perlahan Fiona mengembalikan kertasnya lalu berlalu pergi.
"Lo terlalu kasar sama dia," ucap Rian.
Nika mengusap wajahnya kasar. Ia berfikir keras bagaimana mengembalikan kondisi kertas ini seperti semula. Karna Nika tak ada waktu untuk kembali membuatnya.
"Ah, sudahlah."
*
Fiona menghembuskan nafas lelah. Ia menatap wajahnya di kaca kamar mandi. Wajahnya kusut sekali walaupun sudah berkali-kali ia basuh wajahnya.
"Bodoh?" Fiona menatap pantulan dirinya di depan kaca lalu ia kembali membasuh wajahnya dan memutuskan untuk keluar.
Ia berjalan lesu. Suasana tiap lorong sekolah sangat ramai. Banyak yang menonton lomba, ada yang hanya sekedar bercanda bersama kawannya.
"Fiona!" Fiona menoleh lalu melihat Sherryl yang sudah berlari ke arahnya. Sherryl adalah saudara Fiona yang satu sekolah dengannya. Bedanya ia kelas 12 sedangkan Fiona kelas 11.
"Kenapa kau tidak membalas pesanku?" Sherryl berkacak pinggang.
"Ah, itu, aku sedang di toilet tadi," Jawab Fiona.
"Nika sudah mau memulai lombanya, ayo!" Fiona membulatkan matanya saat Sherryl menariknya begitu saja.
"Jangan!"
Sherryl tidak memperdulikannya, ia bahkan terus menarik tangan Fiona. Sherryl sangat tau kedekatan Fiona dengan Nika, maka dari itu Sherryl juga sering sekali mencoba menjodohkan Fiona dengan Nika.
Fiona terdiam saat dia sampai di kelas lomba pidato Bahasa Inggris. Di depan sudah ada Nika yang siap memulai pidatonya.
Fiona meringis saat melihat kertas yang ia robek tadi. Nika melapisi selotip bening pada kertasnya agar tidak terlihat bekas sobeknya.
Fiona menjadi semakin merasa bersalah.
Ia menatap Nika yang sedang berpidato dengan baik. Sampai acara akhirnya selesai, Fiona memilih segera bangkit dari duduknya.
"Mau kemana?" tanya Sherryl.
"Mau liat lomba main basket."
"Okay, gue gak bisa ikut yah. Lagi nunggu temen," ucap Sherryl.
Fiona mengangguk lalu segera berjalan keluar ruangan.
"Fio!" Fiona menoleh lalu melihat Raka yang sudah berada di depannya.
"Mau kemana?" tanya Raka.
"Mau liat lomba basket." Jawab Fiona dengan wajah lesunya. Lalu keduanya berjalan beriringan.
"Soal kejadian Nika tadi jangan dimasukin ke hati yah," ucap Raka.
Fiona menoleh. Karna malas membahasnya, Fiona lebih memilih segera duduk dan melihat ke arah lapangan.
"Rio sama Rian ikut lomba basket? Kok lo enggak ikut?" tanya Fiona.
Raka terus menatap Fiona. Meminta jawaban yang sudah Raka jelaskan tadi. Fiona akhirnya menyerah, ia kalah kalau berbicara dengan Raka.
"Iyah, gue gak akan masukin kedalam hati gue. Lagian gue emang bodoh kok. Gue bukan pacarnya ataupun temennya. Yah, walaupun gue nganggep dia temen gue, tapi dia enggak." Fiona kembali menatap ke arah lapangan.
"Lo tau kan kalo Nika emang kaya gitu sifatnya? Banyakin sabar aja. Suatu saat, kalo dia percaya sama kita, pasti dia mau kok berubah dari sifatnya itu," ucap Raka.
Fiona hanya tertawa kecil. Tawa yang sama sekali mengartikan bahwa Nika tak mungkin seperti itu.
Raka terus menatap Fiona. Diam-diam mengagumi wajah Fiona. Fiona juga baik, dan itu menarik perhatian Raka.
Tapi Raka tau, kalau Fiona sedang menunggu sahabatnya sendiri, bukan dirinya.
Fiona menatap Raka. "Kenapa lo yakin kalo Nika bakal berubah? Sedangkan gue sendiri gak yakin, karna sifat dia itu udah mendarah daging dalam diri dia"
Raka tertawa kecil. "Bisa kok, kita percayain semuanya sama dia."
Fiona mengangguk dan sedikit tersenyum. "Thanks ya, Ka. Hati gue sedikit lega lo bilang kaya gitu."
"Sama-sama." lalu keduanya larut dalam fikiran masing-masing. Fiona yang akan memperjuangkan Nika, sedangkan Raka menjadi pengagum rahasia Fiona.
*
Finish Edit!
25 April 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurts To Love
Teen FictionKetika cinta melukai, disitu cinta juga semakin menguatkan. Menunggu, sampai dia yang dicinta kembali. Menunggu, sampai takdir mengubah segalanya. Novel ini mengajarkan kalian tentang perjuangan, persahabatan, kekeluargaan dan persaudaraan. Mengajar...