Dua Puluh Sembilan

2.5K 69 27
                                    

Kalau dia yang mencintaimu pergi untuk yang lain, jangan salahkan dia. Sebab, kau perlu berfikir, apa yang kurang darimu untuknya atau Tuhan tidak ingin kau terluka untuk yang salah.

*

Fiona menatap kearah luar jendela bis sekolah. Hari ini ia kembali menaiki bis sekolah setelah sebelumnya ia memilih berangkat sendiri. Nika yang melihat Fiona menaiki bis, segera mengikutinya.

Nika menatap Fiona yang kembali murung. Tidak seperti saat di rumah Fiona, kini Fiona terlihat sangat murung.

Nika hanya berfikir positif kalau Fiona mungkin sangat sedih kalau ia harus kehilangan sahabatnya, Raka. Tapi Nika juga tau kalau mungkin saja Fiona memiliki perasaan untuk Raka.

Nika memilih diam. Ia membuka buku dan memasang earphone pada telinganya. Ia menikmati instrument lagu yang sangat pas dengan hatinya. Ia jadi berfikir, ternyata karma untuknya benar-benar sakit dari yang Fiona rasakan dulu saat Nika tidak meladeni Fiona.

Ternyata, karma itu benar ada. Dia datang bahkan lebih sakit dari orang yang pernah tersakiti.

Bis berhenti di halte depan sekolah. Dengan lemas, Fiona bangkit dari duduknya. Nika memberi jalan untuk Fiona agar ia berjalan lebih dulu. Tanpa respon apa-apa, Fiona berjalan mendahului Nika.

Berjalan menuju sekolah dengan melamun, Fiona sampai tidak sadar kalau ada orang yang ingin menabraknya. Refleks Nika menarik Fiona agar tidak tertabrak orang yang sedang berlari-larian tersebut.

Nika menghela nafas. "Fiona kenapa sih? hm?"

Fiona menggeleng, tapi kepalanya menunduk. Dan itu membuat Nika semakin tidak yakin kalau Fiona sedang baik-baik saja.

"Kamu sedih Raka milih ngejauh dari kamu?" Nika memegang pundak Fiona. Berusaha sampai Fiona ingin berbicara.

"Aku cuma gak enak aja, aku kehilangan temen yang bener-bener dulu selalu ada buat aku," ucap Fiona.

Nika menghela nafas. Ia menyadari sesuatu, ternyata kekasihnya ini benar menyukai Raka. "Kamu suka Raka?"

Fiona mendongakan kepala seraya menatap Nika dengan tatapan terkejut. Ia menggeleng cepat. "Aku gak suka."

"Kamu gak bisa bohong, Fiona. Kalo kamu bohongin perasaan kamu sendiri, kamu bakal ngelukain hati kamu sendiri. Bahkan kamu bakal ngelukain hati yang udah buka perasan untuk kamu," ucap Nika.

Fiona kembali menunduk, ia memainkan jemari tangannya. Ia juga merasa kalau sekarang ia sedang terkena karma karna menolak Raka waktu itu. Tapi mengapa cintanya datang terlambat dalam keadaan seperti ini? kalau seperti ini ia akan menyakiti Raka dan juga Nika.

Nika menggenggam kedua tangan Fiona. "Gini ya Fiona, aku gak akan ninggalin kamu dalam hal apapun. Kalo kamu ada perasaan sama Raka, aku gak akan larang kamu untuk pergi  sama dia. Tapi inget, aku gak akan ninggalin kamu dalam hal apapun, oke?"

"Kenapa baru sekarang, Nika?" tanya Fiona dengan air mata yang sudah mengalir. Tidak peduli dengan murid-murid yang baru datang menatap keduanya. Ini masih sangat pagi, jadi belum banyak murid yang datang.

Nika menarik Fiona menuju kelas kosong. Nika membuka lebar-lebar pintu kelasnya agar tidak ada yang berfikir macam-macam.

"Duduk dulu," ucap Nika, lalu Fiona menuruti apa yang Nika perintahkan. "Apanya yang baru sekarang?" tanya Nika dengan hati-hati. Ia tidak ingin Fiona kembali terluka dengan kata-katanya.

"Kenapa sekarang kamu baru berubah? Maksud aku disaat perasaan aku menipis, kamu balik dateng untuk aku. Aku bingung sama sifat kamu yang berubah drastis dari yang cuek sampe bawel ke aku." Fiona meneteskan air matanya. Nika tidak ingin menghapusnya, bukan karna ia tidak ingin, tapi ia tidak ingin Fiona merasa terganggu dengan hal itu.

"Oke kamu mau aku balik ke aku yang cuek?" tanya Nika.

Fiona menggeleng. "Bukan gitu maksud aku."

"Apa?"

"Aku cuma belum terlalu terbiasa sama sifat kamu yang sekarang. Hati aku udah sedikit hilang untuk kamu. Aku juga gak tau kenapa kaya gini. Bahkan aku sendiri gak paham sama hati aku sendiri."

Nika menghela nafas lalu tersenyum kecil. "Aku tau ini terlambat dan ini salah aku nyuekin kamu waktu itu. Aku emang bodoh banget. Kamu pantes kok ngomong kaya gitu karna aku tau kamu juga gak punya perasaan sama aku sekarang, walaupun sedikit, tapi itu bisa ditutup sama yang lain," ucap Nika.

Fiona langsung menatap Nika. Ia terkejut kalau Nika mengatakan seperti itu.

"Mungkin  ini terlalu cepet buat kamu, yah? yaudah aku gak akan maksa kamu. Kita akhirin aja dulu hubungan ini, yah?" tanya Nika.

"Kamu bilang kamu gak akan ninggalin aku," ucap Fiona dengan air mata yang semakin mengalir deras.

"Aku emang gak akan ninggalin kamu, Fiona. Tapi kamu harus pilih satu hati supaya gak ada yang terluka lagi," jawab Nika.

Fiona menatap Nika dalam diam. Ia semakin bingung dengan perasaannya. Ia takut kehilangan Raka, tapi ia juga tidak mau Nika pergi.

"Jadi ini akhir kita yah?" tanya Fiona yang tersenyum miris.

Nika tersenyum. "Jangan sedih, yah, Fi. Lo bisa dapet yang lebih baik dari gue mungkin," ucap Nika. Ia tak lagi memakai aku-kamu saat berbicara dengan Fiona.

"Setidaknya gue jadi banyak belajar dari lo. Kalo apa yang kita sukai itu harus diperjuangin. Tapi kalo gak cocok, kita juga harus rela lepas itu."

"Gue gak mau kehilangan lo juga, Nik, please jangan biarin gue sendiri," ucap Fiona. Ia menyentuh dadanya yang terasa sesak dan sesekali memukulnya.

Nika menarik Fiona dan memeluknya erat. "Gue akan datang lagi setelah lo bisa lepas Raka, yah? karna apa yang namanya bagi hati itu gak enak, Fi."

Fiona menggeleng pelan. "Bantu gue lupain Raka. Maaf, Nik, maaf kalo sebelumnya gue gak jujur."

"Yaudah. Kita istirahat aja dulu hubungannya. nanti kalo lo bener-bener udah lupain Raka, kita balik lagi yah?" tanya Nika.

Fiona terdiam. Jawaban Nika masih sama saja. Ia tau, kini tak ada lagi harapan untuknya. Ia merasa sangat bodoh karna membagi perasaannya untuk yang lain. Dan kini, ia benar-benar harus mengikhlaskan dua orang yang sangat berharga di hidupnya pergi.

*

01 September 2018





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hurts To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang