Dua Puluh Delapan

1K 48 3
                                    

-Music-
Alika - Luka

Raka melirik Fiona yang hanya diam menunduk. Sudah 10 menit ia menunggu Fiona berbicara, tapi yang ia dapat hanya keduanya yang saling diam. Memilih mengalah agar masalah cepat selesai, Raka angkat bicara.

"Apa yang mau lo bica--"

"Maaf." Fiona segera menyela. Fiona memejamkan matanya dengan kepalanya yang menunduk.

Raka menghela nafas. "Kenapa lo minta maaf?"

"Gue mungkin ngelukain lo kemarin atau mungkin sampe sekarang lo ngerasa terluka. Tapi lo tau kan kalo cinta itu gak bisa dipaksain," ucap Fiona.

"Lo gak perlu minta maaf soal itu. Lagian itu semua salah gue. Gue bego aja berusaha suka dan sayang sama lo sendirian. Jadi ini emang udah resiko gue." Jawab Raka. Matanya lurus kedepan.

Fiona menghela nafas.  "Gue cuma gak mau kehilangan sahabat karna lo suka sama gue dan gue gak bisa bales perasaan lo. Bukannya apa-apa, gak enak aja yang tadinya kita deket terus tiba-tiba saling ngejauh."

Raka terdiam. Ia menatap mata Fiona. Tapi saat Raka menatapnya, Fiona mengalihkan pandangan.

"Lo suka sama gue?" tanya Raka. Mata Fiona membulat lalu ia segera menggeleng. "Lo suka gue tapi sedikit, ya kan?"

"Ayolah, Raka. Sekarang gue itu pacar Nika--"

"Lo gak bisa bohongin perasaan lo, Fiona. Lo suka sama gue. Walaupun itu samar." Raka segera mengelak.

Fiona terdiam. Ia sangat bingung dengan perasaannya yang sebenarnya. Ia tidak bisa membaca hatinya dengan jelas. Ia senang sekarang memiliki Nika, tapi ia juga sedikit sakit jika harus kehilangan Raka.

"Gak apa-apa kalo misalnya lo beneran gak suka sama gue. Sekarang gue lagi usaha kok buat gak jatuh cinta sama lo. Karna gue sadar, apa yang namanya sayang sendirian itu lebih sulit. Gue mau nyoba ikhlasin lo sama yang lain. Kalo lo lebih bahagia sama dia, gue bisa apa?" Raka tersenyum miris.

Fiona hanya terdiam. Ia tidak lagi bisa berkutik.

"Mungkin, kalo lo emang jodohnya dia, pasti bakal berat untuk gue. Tapi, gue percaya apa yang udah Allah rencanain. Lagian, lo gak perlu khawatir gue marah atau gimana, gue lagi belajar buat ikhlas walaupun sakit," ucap Raka.

"Maaf." Pada akhirnya Fiona hanya mengeluarkan kata itu. Tak ada lagi yang bisa ia katakan selain itu.

"Iya gue maafin."

"Kita temenan lagi yah?" tanya Fiona.

Raka terdiam. Tak lamanya ia tersenyum kearah Fiona. "Maaf, Fi. Kalo kita masih temenan kaya dulu, itu bakal ngelukain hati gue semakin dalam."

"Kenapa lo suka sama gue, Ka? lo tau kan akhirnya bakalan kaya gini," ucap Fiona dengan tangisnya.

Raka berlutut di hadapan Fiona yang duduk di kursi. Ia menghapus air mata Fiona. "Iya gue tau. Maaf, karna hati gue, kita jadi jauh."

"Yaudah. Mungkin ini salah gue yang terlalu deket sama cowok-cowok bahkan sampe lo punya perasaan sama gue. Mungkin gue salah terlalu ambil sikap yang supel ke siapa aja." Jelas Fiona, ia menghapus air matanya.

"Makasih udah pernah jadi teman yang baik. Yang selalu ada bahkan disaat gue susah. Lo selalu dateng kapanpun disaat gue butuh. Itu aja yang mau gue bilang," ucap Fiona.

Raka mengangguk lalu ia berdiri. "Jadi, hari ini adalah hari terakhir pertemanan kita ya?" tanya Raka. Fiona kembali menangis, tapi setelah itu ia berusaha tersenyum semampu yang ia bisa.

"Gue harap, Nika adalah yang terbaik buat lo. Semoga, kalo emang udah takdir kita ketemu lagi, gue harap kita ketemu dalam keadaan baik." Raka tersenyum lebar.

Dan mulai hari ini, ketika Fiona melihat senyum Raka yang seperti itu, justru semakin melukai hatinya.

*

Nika menatap Fiona yang baru saja datang. Fiona tersenyum, mengisyaratkan kalau masalahnya sudah selesai. Nika juga menatap Raka yang sudah merangkul Gaby dengan sedikit candaannya.

Nika berfikir sejenak. Bagaimana caranya supaya menjadi lelaki yang romantis. Rio dan Rian sibuk bermain PS. Sedangkan Sherryl sedang bermain handphone disebelah Nika.

"Udah selesai ngomongnya?" tanya Rio. Fiona hanya mengangguk.

"Eh, sorry ya. Gue udah mau pergi lagi nih sama Gaby," ucap Raka.

Nika menatap Raka, begitupun yang lain. Ini tidak seperti Raka yang biasanya.

"Lo bukan Raka," ucap Nika tiba-tiba. Membuat yang lain terkejut dengan ucapan Nika.

Raka mengeryit. "Maksud lo?"

"Lo gak biasanya kaya gini. Lo cenderung lebih seneng ngabisin waktu lo sama temen-temen lo."  Nika tersenyum miring. Fiona menggenggam tangan Nika seraya menatapnya. Menyuruh agar Nika segera menghentikannya. Tapi Nika tidak ingin menghentikannya.

"Ya, kan sekarang dia punya pacar. Emang gak boleh jalan sama pacarnya?" tanya Gaby dengan wajah yang sedikit kesal.

"Lo gak nyadar ya kalo Raka itu gak suka sama lo?" tanya Nika dengan seringaian di wajahnya.

"Wow." Rio dan Rian terkejut. Mengambil keuntungan banyak, diam-diam Sherryl merekamnya.

"Nika, udah." Fiona memasang wajah khawatir.

Raka tertawa. "Awalnya gue jadiin Gaby sebagai alat pelampiasan doang emang."

Gaby menatap Raka dengan tatapan tak percaya. Lalu Raka tersenyum kecil.

"Gue emang pernah bodoh sayang Fiona sendirian. Padahal gue tau Fiona suka sama lo. Tapi mulai sekarang gue sadar, apa yang dipaksain hasilnya gak akan bagus. Jadi gue ikhlasin Fiona untuk lo," ucap Raka.

Diam sejenak, ia kembali melanjutkan kata-katanya. "Gue cuma minta sama lo. Tolong jangan lukain Fiona. Jangan buat nangis atau sedih lagi. Karna mulai hari ini, gue gak bisa selalu ada untuk dia lagi."

Nika tertawa. "Gue gak akan nyakitin Fiona lagi. Walaupun Fiona juga punya rasa sama lu, gue gak akan pernah ninggalin dia. Gue gak akan nyerah buat dia sayang sepenuhnya sama gue. Ini mungkin karma gue karna dulu pernah gak peduli sama perasaan dia. Sekarang giliraan gue yang ngejar dia."

Fiona mentap tangannya yang sudah digenggam erat oleh Nika. Raka melihat itu dan dia sedikit terluka. Begitupun Sherryl yang diam terpaku mendengar itu. Apa tak ada harapan lagi untuknya?

"Omong kosong," ucap Gaby dengan tawa kecil menyertainya.

Raka benar-benar tidak bisa berkutik. Ia harus benar-benar bisa melepas Fiona dengan cepat bagaimanapun caranya. Raka hanya takut menyesal mengambil keputusan seperti ini.

"Karna yang benar-benar tulus itu gak akan pernah yang namanya ninggalin orang yang ia sayang begitu aja, Raka."

Setelah Nika mengatakan itu, Ia semakin sulit melupakan Fiona.

*

30 August 2018
Finish edit!

Hurts To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang