Sulit menemukan yang baru, karna yang lama sudah terlalu membekas dalam hati.
*
Fiona menghampiri Raka yang sedang duduk santai di kantin. Fiona sengaja datang lebih awal ke sekolah karna kalau tidak, Fiona akan bertemu dengan Ayahnya.
"Raka!"
Raka menoleh dengan mulutnya yang penuh dengan roti. "Oi! Fi."
"Tumben udah dateng," ucap Fiona seraya duduk di sebelah Raka.
Raka mengangguk. "Orangtua gue pagi-pagi udah ribut, jadi dateng pagi-pagi deh."
"Kenapa?"
"Biasalah, urusan kerjaan," ucap Raka. "Lo sendiri kok dateng cepet? Rian aja yang rajin jam segini belum dateng."
"Gak apa-apa. Bosen aja di rumah."
"Oh iya! Maaf ya minggu kemarin gue gak bales pesan lo terus gak ada jam 6 di depan rumah lo. Gue kesiangan terus kuota gue abis buat bales, maaf banget ya."
Fiona tertawa. "Santai aja, Ka. Lain kali aja kita lari paginya."
Raka membulatkan matanya saat ia melihat sudut bibir Fiona yang terluka. "Itu cokelat atau apa?"
Fiona mengeryit. "Apanya?"
"Itu, sudut bibir lo."
Fiona menepuk keningnnya. Ia lupa memberi bedak di bibirnya agar tidak terlihat.
"Fi?"
"Ah, ini kepentok sudut meja." Fiona sedikit tertawa. Sebenarnya ia tidak ingin ada yang tau soal ini. Cukup dirinya saja.
Raka manggut-manggut. "Mau roti? Gue punya satu lagi nih."
Fiona membulatkan matanya. Wajahnya langsung ceria, karna Fiona juga belum sempat sarapan. "Wah, kamsahamnida."
"Apa tuh?" Raka mengeryit.
Fiona nyengir. "Itu Bahasa Korea, artinya terimakasih."
"Ada-ada aja."
"Oh iya, mau nitip barang nih," ucap Fiona.
"Apa tuh?"
Fiona mengeluarkan sapu tangan Nika lalu menyodorkannya ke Raka."Ini, punya Nika. Gue nitip lewat lo ya?"
"Loh katanya kalian udah baikan?"
"Kalo gue yang ngasih, gue takut kena marah sama dia." Fiona langsung cemberut membayangkan wajah datar Nika nanti saat Fiona yang mengembalikannya.
"Oke deh. Kok ini bisa ada di lo?" tanya Raka.
"Itu kemarin--"
"Ketinggalan di kelas." Tidak, itu bukan Fiona yang mengatakannya.
"Panjang umur," ucap Raka seraya salaman ala lelaki dengan Nika dan Rian yang baru saja datang. Nika segera mengambil sapu tangannya dan duduk di depan Fiona.
Apa-apaan dia, gengsi bilang kali yah? batin Fiona.
"Tumben udah berduaan aja di kantin?" Rian menunjukan cengiran khasnya. Fiona berdecak lalu matanya menatap Nika yang hanya diam saja menatap novel yang ia baca.
Apa lelaki selalu menyebalkan seperti ini? Lagi dan lagi batinnya berceloteh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurts To Love
Teen FictionKetika cinta melukai, disitu cinta juga semakin menguatkan. Menunggu, sampai dia yang dicinta kembali. Menunggu, sampai takdir mengubah segalanya. Novel ini mengajarkan kalian tentang perjuangan, persahabatan, kekeluargaan dan persaudaraan. Mengajar...