"Gimana, Nik?" tanya Rio yang sudah membawa-bawa piala. Kelompoknya mendapat juara dua.
"Saya kalah, karna penampilan dan persiapan saya," ucap Nika.
Raka melirik ke arah Fiona yang sudah menundukan kepala sejak tadi. Fiona semakin merasa bersalah telah menghancurkan semuanya.
Harusnya Nika menang, tapi karna dia, semuanya tak sesuai rencana.
Nika memasang earphone-nya. Mencoba menenangkan hatinya. Raka menepuk pundak Fiona. Fiona menatap Raka dengan air mata yang sudah berlinang di kantung matanya.
"Lo kuat, Fi." Raka tersenyum. Fiona sedikit tersenyum lalu kembali menenggelamkan wajahnya dalam sela kedua tangannya.
Ia memutuskan untuk segera meminta maaf kepada Nika nanti pulang sekolah.
Tapi apa Nika mau memaafkannya? Fiona sendiri masih takut untuk kembali membicarakan soal tadi pagi dengan Nika.
*
Bell pulang sekolah sudah berbunyi. Fiona melirik Nika yang sudah lebih dulu berjalan. Fiona segera bergegas dengan cepat memrapihkan barang-barangnya, lalu ia mengejar Nika.
"Nika!"
Nika memasang earphone-nya. Fiona mendengus lalu berlari dengan cepat mengejar Nika. Fiona menghalangi jalan Nika. Ia merentangkan kedua tangannya agar Nika tidak bisa lewat.
"Saya mau pulang. Jangan buat saya jadi mengulur waktu untuk pulang." Nika menatap Fiona dengan tegas. Tapi Fiona tetap pada pendiriannya.
"Maaf bikin kamu jadi kalah, maaf soal kertas itu, aku bener-bener gak sengaja. Maafin aku." Fiona memejamkan matanya. Menahan air matanya agar tidak mengalir. Sebenarnya ia juga takut.
"Minggir."
"Maafin saya dulu," ucap Fiona.
"Ini bukan salah kamu. Saya mau pulang sekarang, mending kamu minggir." Nika menegaskan kalimatnya. Fiona menggeleng dengan kuat.
"Jangan ngemis-ngemis sama saya, saya gak suka."
Fiona membulatkan matanya. Ia sangat terkejut Nika sampai bicara seperti itu.
"Saya gak ngemis sama kamu. Saya cuma mau minta maaf atas apa yang saya lakuin ke kamu tadi." Fiona memperjelas.
"Iya. Sekarang kamu minggir."
Fiona menatap Nika dengan tatapan tak percaya. Ia memilih mengalah dan memberi jalan untuk Nika.
Nika melewati Fiona begitu saja. Hati Fiona cukup sakit. Tapi Fiona tau, ia tidak boleh menyerah. Ia harus bisa membuat Nika memaafkannya.
*
Fiona duduk di samping Nika. Bis sudah berjalan. Nika memilih pulang menaiki bis karna ia tidak enak dengan Rian yang ingin pulang bersama dengan gebetannya.
Nika membuka novelnya. Ia kembali fokus pada novel yang ia baca. Fiona tak berkutik. Ia takut salah lagi. Fiona lebih memilih diam. Mungkin nanti malam Fiona berkunjung kerumah Nika.
Tak lamanya bis berhenti di depan gang mawar. Nika dan Fiona bangkit lalu turun. Lagi-lagi dia mendahului Fiona.
"Nika." Fiona mencoba berbicara lagi. Walaupun ia tau Nika sedang memakai earphone-nya.
Fiona mengambil nafas. Ia berharap Nika mendengarnya seperti kemarin. "Aku gak ada maksud buat bikin semua rencana kamu berantakan. Aku khawatir banget, aku fikir kamu kesiangan. Bahkan aku kirim pesan tapi kamu gak baca-baca."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurts To Love
Teen FictionKetika cinta melukai, disitu cinta juga semakin menguatkan. Menunggu, sampai dia yang dicinta kembali. Menunggu, sampai takdir mengubah segalanya. Novel ini mengajarkan kalian tentang perjuangan, persahabatan, kekeluargaan dan persaudaraan. Mengajar...