Dua Puluh Tiga

995 48 1
                                    

Lebih baik memiliki satu teman yang setia daripada banyak tetapi sering memanfaatkan.

*

Fiona membulatkan matanya saat Suga melepas tangan Fiona secara paksa. Ia melihat pergelangan tangannya yang sudah merah.

"Lo gila dateng ke acara pake baju kaya gini?" tanya Suga dengan tatapan tajam.

Fiona menatap Suga dengan tatapan tak mengerti. Suga tertawa kecil lalu merapatkan jasnya yang sudah Fiona pakai. Ia mengancing jas yang terlihat kebesaran oleh Fiona sampai benar-benar tertutup rapat.

"Lo fikir  gue dateng ke acara kaya gini, pake baju ini?" tanya Fiona dengan air mata yang sudah membendung kantung matanya.

"Terus kenapa lo bisa pake baju kaya gini sekarang?" tanya Suga.

Fiona menghela nafas panjang. "Udah lah ya, daripada kita kena masalah banyak, mending kita masuk. Biarin aja orang mau nilai gue kaya apa."

Fiona berjalan meninggalkan Suga. Suga menarik tangan Fiona dan memeluk Fiona dengan erat. "Maaf kalo gue sering kasar sama lo. Tapi, please, jangan pake baju kaya gini."

"Terus gue harus pake baju apa?"

Suga mengeluarkan handphone-nya dan menghubungi panitia yang ia kenal. Ia mendesah kasar saat tak ada yang menjawab panggilannya.

"See? gak ada,  bisa diharapin."

Suga melihat jam tangannya. lima belas menit lagi acara dimulai.

"Lo tunggu sini," ucap Suga yang langsung berlalu pergi.

"Suga!" Fiona berteriak saat Suga pergi begitu saja tanpa seizinnya.

Apa dia gila? acara akan dimulai sebentar lagi. Batin Fiona.

Fiona duduk di kursi. Kakinya mengetuk-ngetuk jalan karna ia semakin khawatir apa yang dilakukan Suga, sedangkan acara akan dimulai. Bahkan, untuk datang terlambat saja sudah dilarang dalam peraturan promnight.

Tak lamanya Suga datang dengan nafas yang tak beraturan. Fiona melihat kantung dengan merk Glamour yang cukup terkenal untuk kalangan atas.

"Itu apa?"

Tanpa menjawab pertanyaan Fiona, Suga segera menarik Fiona kembali ke acara. Matanya menelusuri ruangan acara untuk mencari kepala panitia. Setelah menemukannya, Suga kembali menarik tangan Fiona sampai Fiona mengaduh kesakitan.

"Kak? misi," ucap Suga kepada kepala panitia.

Kepala panitia tersebut menoleh. "Ya? ada apa?"

"Saya mau minta izin. Fiona bajunya sobek, jadi dia mau ganti baju dulu sebentar baru bisa masuk ke meja acara," ucap Suga.

"Oh, okay, siapa namanya? biar kami catat supaya gak ketinggalan absen."

"Suga dari kelas 11 IPS dan Fiona dari kelas 11 IPA," jawab Suga.

Kepala panitia tersebut mengangguk. "Oke, waktunya sepuluh menit ya."

Tanpa menjawab pertanyaan panitia, Suga segera menarik Fiona menuju ruang ganti.

"Cepet ganti." Suga menatap Fiona dengan tatapan dingin. Fiona segera menerima kantung yang sejak tadi Suga bawa.

Tanpa melawan, Fiona segera masuk dan berganti baju. Fiona membulatkan matanya saat melihat isi dressnya.

"Woah." Mata Fiona sampai tidak berkedip saat melihat baju dress yang Suga pilih. Bahkan ia sampai berfikir kalau style yang Suga pilih itu lebih bagus darinya.

Dress panjang berwarna putih pink yang sangat manis saat Fiona kenakan. Dibagian tangan sedikit memiliki motif bunga kecil membuat Fiona sedikit kagum dengan hasil yang designer buat.

"Tapi tetep aja gue harus ganti baju mahal ini," ucap Fiona.

Sadar waktu semakin menipis, Fiona segera keluar ruangan. Suga yang niatnya ingin mengomel akhirnya mengurungkan niatnya saat melihat Fiona dengan balutan dress yang ia pilih.

"Buruan." Suga meninggalkan Fiona begitu saja. Fiona hanya menggerutu kesal lalu mengikuti Suga dari belakang.

Diam-diam Suga mengagumi sosok Fiona.

*

Raka dan Nika melirik kearah Fiona berkali-kali. Sherryl dan Rias yang menjadi pasangan Nika dan Raka hanya mendesah kesal. Gaby memutar bola matanya malas, kali ini rencananya gagal.

"Selamat malam semuanya. Saya Tiara, wakil panitia dalam acara promnight malam ini. Kita akan memulai acara pertamanya dari beberapa tampilan anak-anak vokal kelas 12. Beri tepuk tangan yang meriah!" ucap Tiara dengan teriakan yang membuat semua murid semakin semangat.

Lalu dua perempuan naik keatas panggung dan menyanyikan lagu Kasmaran dari Jaz. Beberapa murid ada yang maju kedepan panggung untuk sekedar berjoget dan bernyanyi bersama. Beberapa juga ada yang mengabadikan kejadian hari ini dengan foto bersama.

Suga tertawa kecil saat melihat wajah Fiona yang melongo. Mungkin Fiona sedang bingung harus melakukan apa. Suga menarik kunciran Fiona sampai terlepas lalu tertawa pelan.

"Kok lo buka sih?!"

Suga tersenyum. Ia senang sekali kalau Fiona sudah marah-marah dengannya. "Lo cantik kalo gak di kuncir."

Fiona memutar bola matanya malas. "Gombalan basi."

Sang penyanyi pun bersorak keras agar suasana semakin ramai. "Ayo dong maju kedepan semuanya! kita dansa sama-sama."

Sherryl tersenyum lebar. Ia menyentuh tangan Nika sampai Nika sedikit terkejut. Sadar Nika tidak nyaman dengan perlakuannya, Sherryl agak menjauh. "Maaf, kita dansa yuk!"

Nika menggeleng. Wajahnya nampak sangat datar. Terlihat sekali kalau Nika mulai bosan dengan acara ini.

Sherryl bangkit dari duduknya dan menarik Nika untuk bangkit. Raka dan Suga yang berada disebelah Nika hanya tertawa kecil. Keduanya beruntung mendapat pasangan yang tidak bawel.

"Saya gak bisa dansa," ucap Nika dengan tatapan tajam.

Tak peduli dengan hal itu, Sherryl tetap melanjutkannya. "Biar gue ajarin."

Sherryl menuntun Nika untuk menyentuh pinggangnya. Tidak nyaman akan hal itu, Nika tidak benar-benar menyentuhnya. Sherryl tersenyum dan menatap Nika. Kakinya mulai melangkah ke kanan dan ke kiri.

Ia tersenyum puas saat ia berhasil melakukannya. Fiona yang menatap itu hanya bisa diam. Ia bisa apa ketika ia cemburu disaat orang-orang tidak ada yang mengetahui hubungannya. Ia hanya bisa memendam sendirian dalam pedih.

"Aw!" Sherryl meringis saat kakinya terinjak Nika. Sebenarnya Nika sengaja melakukannya. Yang ia inginkan harusnya, Fiona yang ada dihadapannya.

Kalau Sherryl ingin bermain lebih lama kepada Nika, maka Nika tidak akan menolak sampai ia menang.

Sherryl lagi-lagi meringis saat Nika menginjak kakinya. Kesal dengan apa yang ia inginkan tidak tercapai, Sherryl meninggalka Nika begitu saja.

Nika tersenyum puas lalu kembali pada tempat duduknya.

"Gile bro. Gue gak nyangka ternyata saudara Fiona lebih agresif dibanding Fionanya," ucap Raka dengan tawanya. Nika hanya tersenyum puas.

Kali ini ia hanya harus menang dalam permainan yang Sherryl buat.

*

21 Agustus 2018
Finish edit!

Hurts To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang