Nika memasang dasi sekolahnya dengan rapih. Ia berkaca sebentar lalu segera turun kebawah untuk sarapan.
"Ini apa Bunda?" tanya Crystall.
"Ini potongan roti dengan salad," ucap Bunda Nika, Siska.
"Ah, aku tidak menyukai sayur." Niko angkat suara.
"Kamu bahkan harus makan sayur supaya otakmu cerdas." Nika sedikit memukul pundak Niko.
Niko memasang wajah nampak protes. "Aish, jangan memukul dan menganggapku anak kecil lagi. Niko sudah besar tau!"
"Kak Niko bahkan terlihat lebih kecil dari ku." Crystall berbicara dengan mulutnya yang penuh dengan roti hingga semua tertawa.
"Ya!"
Nika sedikit tersenyum. Ia menikmati suasana pagi ini. Sudah lama tidak seperti ini, tertawa bersama, sarapan bersama bahkan menyicipi masakan Bunda yang paling enak menurut Nika. Bagi Nika, tidak ada lagi masakan yang bisa menandingi masakan Bundanya. Hanya Bundanya yang terbaik.
Karna sudah selesai lebih dulu, Nika segera berangkat sekolah. "Nika berangkat dulu."
Siska tersenyum lalu Nika mencium tangan Ibundanya. "Hati-hati ya, Nak."
Nika mengangguk lalu dengan segera memakai sepatunya. Nika memasang kedua earphone-nya lalu segera menuju ke depan komplek untuk menunggu kedatangan bus sekolahnya.
"Pagi tampan!"
Nika melepas satu earphone-nya dan menoleh ke asal suara. Fiona sudah menunjukan cengiran khasnya. Nika menghembuskan nafas, ia fikir hari ini akan menjadi hari terbaiknya. Ia bahkan lupa kalau ia masih memiliki pengganggu hari baik nya.
"Udah sarapan?"
"Mandi?"
"Aku lupa mandi bahkan menggosok gigiku," ucap Fiona.
"Apa?" Nika menoleh ke arah Fiona.
"Just kidding!" Fiona berlarian.
Nika menatapnya dengan tatapan aneh. Sampai di halte, Nika segera duduk di kursi dan mengeluarkan novel yang ia baca semalam. Fiona duduk di samping Nika dan melepas satu earphone Nika.
"Apa yang kamu--"
"Aku bosan,mood ku sedang dalam keadaan tidak baik," ucap Fiona yang sudah mengerucutkan bibirnya.
Nika terdiam. Entah kenapa biasanya Nika akan segera memarahinya, tetapi hari ini tidak. Apa karna mood-nya tadi pagi yang sedang dalam keadaan bagus? tapi tetap saja, kalau diganggu Nika akan mengomel.
"Bis akan datang setengah jam lagi. Aku bingung kenapa aku jadi wanita yang sangat rajin akhir-akhir ini."
Nika sedikit melirik ke arah Fiona. Ia ingin menjawab apa yang Fiona katakan, tapi Nika terlalu gengsi.
"Aku lagi banyak masalah di rumah. Rasanya gak pengen pulang seharian tapi pasti dicariin," ucap Fiona.
Nika mengumpulkan keberanian untuk menjawab apa yang Fiona katakan. Ia menghembuskan nafas lalu segera menjawabnya. "Perempuan itu gak baik kalo gak pulang kerumah."
Fiona membulatkan matanya. "Mwo?"
"Perempuan remaja yang baik itu harusnya gak pulang larut malam, kecuali dia udah izin sama orang tua. Tau gak sih, cowok itu juga nilai perempuan dari sikap dan sifat mereka. Laki-laki pasti nyari perempuan yang baik."
Fiona terdiam beberapa detik sampai beberapa saat setelahnya ia berani berbicara. "Bukan itu maksud aku. Itu barusan kamu beneran mau jawab apa yang aku ucapin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurts To Love
Teen FictionKetika cinta melukai, disitu cinta juga semakin menguatkan. Menunggu, sampai dia yang dicinta kembali. Menunggu, sampai takdir mengubah segalanya. Novel ini mengajarkan kalian tentang perjuangan, persahabatan, kekeluargaan dan persaudaraan. Mengajar...