Sebelas

1.4K 81 1
                                    

Kala embun pagi terlihat, percayalah, rindu juga mulai menyapaku.

*

Sejak Nika mengatakan kalau ia mau Fiona berbagi dengannya, mereka menjadi diam dalam canggung. Fiona hanya sedang berfikir keras, ada apa dengannya kali ini? ia seperti biasa saja mendengar hal itu dari Nika. Ada apa dengan perasaannya?

Nika sejak tadi melirik kearah Fiona. Fiona pun tidak mengerti dengan Nika hari ini. Ia tidak bisa mengartikan apa maksud dari perkataan Nika. Apa ia hanya kasihan dengan Fiona? atau ia ingin Fiona benar-benar berbagi dengannya?

Nika menatap kearah luar jendela bis. "Kalo kamu mikir saya kasian sama kamu, saya gak gitu kok. Maksud saya, saya mau bantu kamu. Saya gak mau orang yang nasibnya hampir sama dengan saya, jadi seseorang yang memperburuk dirinya sendiri."

Fiona hanya diam. Lagi-lagi ia seperti kesulitan menjawab apa yang Nika katakan. Rasanya berat sekali berbicara dengan Nika.

"Aneh ya saya tiba-tiba banyak ngomong? yaudah saya diem lagi aja."

Fiona memaki dirinya saat dirinya masih tidak bisa berbicara. Ia hanya bingung dengan perasaannya kali ini. Bukankah ini kesempatannya untuk dekat dengan Nika? tapi kenapa ia sangat sulit menjawabnya?

"Sudah sampai," ucap supir saat menghentikan bis sekolah. Satu persatu murid turun dengan tertib.

Fiona bangkit lalu membulatkan matanya saat Nika kembali menariknya.

"Kalo mau keluar bis liat-liat dulu dong," ucap Nika.

"Ma-maaf, Kak."

Fiona membulatkan matanya saat menyadari Nika baru saja menolongnya yang hampir saja tertabrak adik kelas yang terlihat buru-buru untuk turun. Ah, kemarin dia juga menolong Fiona karna tempat duduk bis tersisa satu. Mungkin Nika benar-benar hanya kasihan dengan Fiona.

"Ayo."

Fiona tersadar dari lamunannya lalu segera turun dari bis. Ia tidak melangkah, dan ia melihat Nika yang kembali seperti biasa. Berjalan lebih dulu di depannya.

"Ternyata dia cuma kasian ya?"

*

Raka berlari dari luar kelas lalu menghembuskan nafas lega saat ia tidak melihat guru duduk di depan. Lagi dan lagi seperti biasa, Raka datang terlambat.

"Kenapa telat bro? dikejar anjing tetangga lagi ya?" tanya Rian dengan sahutan tawa dari Rio.

"Sialan, tadi gue dikejar banci." Raka merapihkan rambutnya lalu segera duduk. Matanya langsung tertuju kepada Fiona yang sedang memakai earphone.

Wajahnya nampak murung. Tidak seperti biasanya. Biasanya kalau Raka datang telat pasti Fiona sudah menghadap ke arah Nika, hanya untuk mengganggu. Tapi kali ini tidak.

"Fiona kenapa?" tanya Raka kepada Rio.

Rio mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu. "Tapi tadi dia dateng sama Nika sih kaya biasa."

Raka menghela nafas lalu menatap Nika. "Nik." Lalu Raka menarik satu earphone yang sedang Nika pakai.

"Apa? Gak usah ditarik, saya denger."

"Fiona lo apain lagi hari ini? lo beneran gak peka ya? atau bego?" tanya Raka dengan berbisik.

"Lo bilang lo suka sama Fiona kan? yaudah silahkan aja kamu tanya langsung ke Fiona, saya gak akan halangin," ucap Nika mengundang perhatian teman sekelasnya.

Hurts To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang