Kim Taeri
Pagiku tak begitu baik ketika merasa tak enak badan. Padahal sebelum tidur aku merasa baik-baik saja. Tak juga mengalami jadwal menyibukan. Maksudku, aku memang sibuk, tapi sama seperti hari-hari biasanya. Bahkan malam itu juga aku tak jadi mengikuti pesta. Mungkin pikiran dapat berdampak dengan keadaan tubuh, karna jelas aku sedang tak baik-baik saja. Jungkook membuat aku kesal dan ingin memaki. Membayangkan harus menjalani sisa hidupku dengan seorang adik seperti itu bukan hal yang aku inginkan. Bagaimana bisa wajah seperti malaikat tapi kelakuannya seperti iblis. Karna itu juga aku memutuskan untuk tak masuk kantor hari ini. Ijin sakit ke bagian personalia.
Ku langkahkan kakiku menuruni tanga menuju ruang makan yang bersebelahan tepat dengan dapur. Mengambil sereal dan juga susu. Menyantap untuk sarapan pagi. Ibuku juga memasuki ruang makan setelah membersihkan ruangan. "Kau tidak bekerja?"
Aku menggeleng sambil menyuap sereal ke mulut. Menyelipkan rambutku ke belakang telinga. Baru saja bangun tidur membuat rambutku cukup berantakan. "Tidak enak badan," jawabku setelah selesai mengunyah sampa habis. Tapi segera memasukan lagi ke dalam mulut. Aku bukan tipe orang yang terbiasa dengan sarapan, mungkin karna mudah sekali membuat berat badanku naik. Jadi aku terbiasa melakukan makan hanya sekali, sisanya buah atau tidak sama sekali. Tapi pagi ini, aku butuh makan.
"Ah, kau bisa menjemput Jungkook?"
Aku terdiam dengan kening berkerut. Akar masalah dari sakit di pagi hariku keluar dari mulut Ibu. "Menjemput?" Jungkook bahkan membawa mobil sementara aku tidak memilikinya. Kami punya dua mobil, satu untuk Ayah bekerja dan satu lagi untuk si anak menyebalkan itu. Aku tidak protes sama sekali karna sejak awal itu memang miliknya. Walaupun Ayah mengatakan bahwa akan membelikan mobil untukku juga nantinya, tapi aku merasa belum membutuhkan. Atau mungkin lebih tepatnya merasa tak enak.
Tapi sungguh, untuk apa menjemput Jeon Jungkook yang jelas-jelas memiliki kendaraan dan bukan anak kecil yang bisa tersesat?
"Jimin tadi menelpon, sepertinya Jungkook sedikit mabuk. Jadi, tak bisa pulang sendiri. Nanti siang juga dia ada kelas."
Sekarang aku benar-benar dituntut peran sebagai seorang kakak. Padahal anak itu jelas-jelas menegaskan kebalikannya. Tapi aku hanya bisa mengangguk. Aku tak ingin Ibu khawatir. Melihat ibu bahagia dengan kehidupannya sekarang, membuatku bahagia juga. Aku tak akan membiarkan semua itu hancur hanya karna satu orang. Walaupun itu berarti aku harus naik taksi ke rumah Jin, kekasihku.
---
Ketika aku sampai tepat di kediaman Kim Seokjin, mayor kota Abel Wood—aku menelpon si pemilik rumah terlebih dahulu. Jalanan begitu sepi sama seperti rumah besar yang ada di depanku. Berbeda sekali dengan semalam dengan musik mendentum kencang. Panggilan cukup lama tak diangkat, nyaris membuatku menyerah sampai akhirnya diangkat juga.
"Halo baby," sapa suara di sebrang sana dengan serak.
"Kau baru bangun tidur?" tebakku.
"Ehm," jawabnya singkat dengan malas. Aku tersenyum tipis membayangkan bagaimana tampannya kekasihku itu sehabis bangun tidur.
"Well, jadi kau tidak bekerja? Kau di rumah?"
"Iya, begitu. Kepalaku pusing karna kau tahu pesta semalam. Aku rasa aku ijin hari ini."
Aku terkekeh. "Oke, boss bisa melakukan hal sesuk hati," ledekku. Terdengar kekehan balik dari Jin di sebrang sana.
"Kau di kantor? Jangan bilang merindukan aku hanya karna tidak bertemu sehari saja."
Aku tersenyum mendnegar itu karna sekarang sudah masuk ke dalam ingin memberikan kejutan. Suasana rumah sangat kacau dan berantakan. Ada beberapa orang tergeletak tak berdaya—mabuk atau tertidur. "You wish!" jawabku langsung menutup ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP LOVE ✓
Romance[ SUDAH DITERBITKAN - TERSEDIA DI TOKO BUKU DENGAN VERSI LEBIH LENGKAP, SERU DAN BERBEDA] Pernikahan kedua orang tua mereka menjadikan kehidupan Kim Taeri dan Jeon Jungkook serupa neraka dan surga secara bersamaan. Sebelumnya Jungkook tak pernah m...