vii

66.5K 5.7K 753
                                    

Kejadian itu mau tak mau merubah keseharian Taeri dan Jungkook. Kecanggungan yang sebelumnya memang sudah tercipta semakin besar—bahkan lebih terlihat. Perbedaannya adalah alasan dibalik itu semua. Dulu, segalanya berpusat pada Jungkook yang terang-terangan mengatakan tak menyukai Taeri sebagai keluarganya. Tak menganggap. Jadi mereka harus berpura-pura di depan kedua orang tua dengan rasa canggung. Sekarang, bukan perkara saling ingin menghindarri lagi—tapi canggung karna ingin berdekatan tapi berusaha menyangkal.

Beberapa hari setelah kejadian di mana dia hampir tak dapat mengontrol diri –kurang lebih dua minggu– Jungkook semakin memikirkan perasaannya. Terakhir kali dia mengatakan kalau menginginkan Taeri dengan cara yang tidak seharusnya—dan itu semakin menjadi-jadi. Menemukan alasan awal mengapa dia tak ingin menganggap Taeri sebagai kakaknya mungkin karna ketertarikan tertentu. Tak ingin membuat mereka hanya sekadar adik-kakak. Tapi di sisi lain, Jungkook tak juga menganggap itu adalah cinta. Tidak semudah itu.

Untuk seorang Jeon Jungkook, ini semakin rumit terlebih ketika hal seksual mulai bersemangat melahapnya. Hanya dengan bertemu Taeri tak sengaja ketika mereka sama-sama ingin masuk ke kamar masing-masing atau mengambil minum tengah malam, dapat membuat pikiran Jungkook meliar.

Pernah sekali berakhir dengan jemari yang menggenggam bergerak ke atas-bawah dan lotion beraroma bayi yang digunakan. Membayangkan kakak tirinya dengan tindakan senonoh yang membangkitkan birahi. Merelakan tubuh untuk dilecehkan dan merengek sentuhan seksual padanya. Sesuatu yang mustahil, tapi dia jadikan nyata di dalam kepala.

Waktu itu, Taeri sadar apa yang Jungkook lakukan. Awalnya tak begitu peduli dengan beberapa desahan terdengar—kamar mereka bersampingan. Jungkook sendiri juga berusaha menahan desahannya. Namun napasnya tentu terengah dengan bunyi flop berkali-kali. Saat itu sudah tengah malam, pukul dua. Taeri jadi takut karna mengira ada sesuatu menyeramkan. Maka dia memasang telinga memastikan dengan jelas suara apa itu.

Termangu ketika mendengar jelas—

"Ahn—Taeri noon—na—"

Jungkook bermasturbasi sambil membayangkan dirinya. Wajah Taeri memerah sendiri. Bingung apa yang harus dia lakukan. Ke kamar untuk melakukan itu, memaki. Tapi terlintas bisa saja Jungkook yang sedang terangsang itu malah akan melanjutkan fantasinya dengan dirinya langsung. Maka dia mengurungkan niatnya.

Alhasil Taeri memilih untuk tidur. Segera memejamkan mata sambil membiarkan kenyataan kalau dirinya dijadikan fantasi seksual oleh adiknya sendiri yang tepat di samping kamarnya. Harusnya Taeri marah, tapi dia merasa tak seemosi itu. Bahkan sialnya dalam mimpi dia menemukan Jungkook yang menciumnya. Bukan Seokjin.

Keadaan semakin sulit untuk Kim Taeri ketika di sebuah siang yang terik namun masih dengan hawa menusuk tulang belulang, Jungkook melempar sebuah kalimat yang menyajikan beku dan panas secara bersamaan.

"Tidak masalah, aku akan menyusul ke rumah nenek dengan kereta berdua bersama noona."

Ibu dari Ayah tiri Taeri –Ayah kandung Jungkook– sakit. Ayahnya adalah anak satu-satunya, tentu saja sangat khawatir mendengar kabar itu. Bahkan Ayahnya memutuskan untuk segera kembali ke Korea dan meninggalkan pekerjaan yang ada di luar. Hal itu membuat Taeri menyadari betapa penting kehadirannya juga. Walaupun Ayahnya tak memaksa karna mengerti Taeri tentu sibuk bekerja, tapi Ibunya meminta pengertian Taeri untuk memberikan waktu sedikit.

Meminta ijin cuti sebenarnya bukan hal yang sulit bagi Taeri. Boss tempat dia bekerja adalah kekasihnya sendiri. Tapi Taeri merasa tak enak untuk menggunakan posisinya terlebih skandal tentang mereka berdua semakin menyebar walaupun tak pernah ada konfirmasi langsung. Taeri meminta Jin tetap dia dan biar saja mereka berekspektasi sendiri.

STEP LOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang