xi

63.2K 5.2K 744
                                    


"N-noona terjatuh. Bruk!-begitu." jelas Jungkook terbata-bata , panik. Menalan ludahnya sendiri dengan wajah tegang. Mata yang membulat lebih dari biasa. Dan Kim Taeri hampir berteriak karna itu terlihat lucu sekali.

Serius, cara menjawabnya itu.

"Jatuh?" Ibu mereka mengulang kalimat Jungkook. Melirik dua anaknya itu yang dalam posisi-sangat tidak wajar.

Taeri langsung menyadarinya. Buru-buru melirik Jungkook dan memberikan kode. Sementara pemuda yang mirip kelinci itu malah tak mengerti situasinya. Menatap balik Taeri yang sudah melotot sambil matanya mengarah-menunjukan bahwa Jungkook harus segera enyah dari atas tubuhnya.

Masih sama. Jungkook hanya terdiam bingung. Raut inosen yang tidak mengerti. Memang lucu, tapi sekarang sungguh bukan waktu yang tepat. Pun Taeri habis kesabarannya karna tahu akan percuma. Dia mendorong Jungkook dengan kasar sampai berguling ke sisi samping kasur. Jungkook kaget, tak terima. Sementara Taeri tak peduli sama sekali.

Mungkin kalau kakinya tidak sedang sakit, dia akan menendang adiknya itu.

"Jungkook membantuku. Maksudku-menggendongku. Lalu dia mau memijatnya." Taeri ikut andil dalam penjelasan sebelum terjadi salah paham. Entah apa salah paham yang dimaksudkan dalam keadaan saat ini.

Taeri dan Jungkook memang benar-jujur. Benar-benar jatuh, digendong dan berniat dipijit. Mereka hanya tak mengatakan kejadian lengkap bagaimana semalam menjadi kejadian tak terlupakan dalam tiap detiknya.

"Noona membangunkanku. K-kita hari ini ada rencana berkeliling kan? Aku kan susah sekali bangun, jadi noona berniat membangunkanku." Jungkook cukup pintar dalam penjelasan karna masuk akal sekali. Terlebih menggunakan kekuatan 'kakak-adik' yang selama ini diinginkan kedua orang tua mereka untuk wujud keluarga yang sebenarnya.

Sangat pintar.

Tapi masalahnya adalah-pakaian Jungkook yang tercampakan begitu saja di lantai.

"Jungkookie, kau masih suka tidur tanpa baju? Kau bisa sakit nak." gumam Nenek Jeon sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Jungkook dan Taeri sedang berteriak gembira, bersyukur dan menyembah pada dewa atas apa yang dikatakan neneknya. Sangat menolong sekali.

Jungkook buru-buru mengangguk dengan cukup canggung. "I-iya."

Seketika orang-orang dewasa itu tertawa. Menganggap Jeon Jungkook adalah adik kecil yang sangat lucu.

Tuan Jeon melirik jam tangan. "Jadi, Taeri tidak bisa ikut pergi bersama kita kan? Sayang sekali. Tapi sungguh sepertinya itu harus ditangani. Atau Ayah akan mengantar Taeri ke rumah sakit yang ada di kota."

"Tidak perlu!" seru Taeri buru-buru. Dia jadi merasa tak enak sendiri menghancurkan liburan yang seharusnya menyenangkan. "Ini tak separah itu. Akan segera sembuh. Tenang saja, Hanya perlu menunggu sedikit saja sambil dipijit-pijit. Aku bisa melakukannya sendiri."

"Ibu akan menemanimu."

"Ah-tidak perlu bu. Serius, kau dan Ayah harus menghabiskan waktu bersama. Apalagi kita jarang bertemu Nenek kan. Aku benar-benar baik-baik saja." Taeri merengek.

Jungkook memperhatikan kakaknya itu dan diam-diam tersenyum. Lucu melihat Taeri seperti itu. Karna selama ini yang dia lihat adalah kedewasaan-tentunya ditambah sifat galak dengan bibir yang selalu melontar sarkastik. Tapi yang menurut Jungkook paling manis adalah rengekan Taeri bukan untuk dirinya sendiri melainkan kebahagian orang lain.

Bagaimana ya rasanya? Ingin peluk dan mencium.

"Aku akan menemani, noona." ujar Jungkook menjadi relawan dengan raut wajah seakan dia adalah seorang malaikat.

STEP LOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang