xvii

52.8K 4.4K 522
                                    

"Jadi Jeon Jungkook, sejak kapan kau berkencan dengan Lee Subin?" todong Jimin langsung tanpa basa-basi. Tidak ada penghantar kata atau mengingat keberadaan Kim Taeri di sana. Atau mungkin menurut Jimin, keberadaan Taeri malahan penting mempengaruhi jawaban dan cara berpikir Jungkook. Berani taruhan kalau Jungkook jelas ingin Taeri tahu namun juga tak ingin kehilangan gadis itu. Jawaban yang diberikan akan berada di tengah-tengah—tidak sekadar penjelasan sekenanya yang keluar dari mulut.

Dan saat itu juga Kim Taeri langsung memasang telinganya baik-baik. Pura-pura melihat ponsel sambil duduk seakan tak peduli. Kenyataannya jelas dia penasaran. Padahal selama ini dia selalu mengumandangkan baik-baik bahwa mereka adalah adik-kakak.

"M-memangnya kenapa? Tidak boleh?" tanya Jungkook balik dengan tergagap. Melirik diam-diam pada Taeri yang terlihat tak peduli.

"Bukankah kau tidak menyukainya? Aku tahu kalau dia menyukaimu. Semua orang tahu kalau temannya Jin hyung itu tertarik padamu."

Teman Jin? Whoa. Jungkook berkencan dengan teman dari kekasihnya sendiri. Entah mengapa menurut Taeri itu membuat segalanya saling berhubungan dan terlihat rumit juga sederhana secara bersamaan.

"Aku—menyukainya. Pokoknya seperti itu."

Baiklah, jawabannya memang tidak begitu jelas. Tapi benar seperti yang dia duga di awal. Kehadiran Taeri membuat segalanya terlihat jelas, bagaimana Jungkook tak berhenti melirik gadis itu pada tiap kata yang keluar dari bibirnya.

"Memangnya kenapa sih, Jim? Ini Lee Subin lho. Cantik dan dari keluarga terpandang. Cocok dengan Jungkook. Pilihan yang tepat. Aku kalau jadi Jungkook juga akan menerimanya. Tak ada rugi dari sisi manapun," bela Taehyung berdasarkan logika.

Taehyung tidak salah. Hanya saja tak mengetahui yang sebenarnya terjadi. Jungkook menginginkan Taeri—itu saja. Semua yang dia lakukan berporos pada hal itu.

"Ya sudah," ujar Jimin tak mau mengambil masalah. Membiarkan begitu saja dan memilih memantau segalanya. Lagipula sekarang Jungkook sudah dewasa, Jimin harus mempercayainya. Dia harus berhenti khawatir atas apapun yang dilakukan Jungkook.

"Tapi—" Taehyung menggantung ucapannya. Melirik Taeri dan memberikan senyuman kotak yang terlihat lucu. Manis sekali. "Menurutku sih Taeri noona lebih cantik. Terbaik! Tipeku sekali."

Kim Taehyung brengsek! Maki Jungkook dalam hati.

Sementara Taeri sedang terkekeh menanggapi itu. Taehyung ikut tertawa kegirangan seakan sudah berhasil beberapa langkah untuk mendapatkan Taeri. Padahal jelas di sini dia sudah siap kapanpun untuk menarik Taeri –merebut– dari Seokjin.

"Tapi bagi Taeri noona, kau bukan tipenya hyung. Sudah kubilang kan?" sela Jungkook di tengah tawa yang tidak dia suka. Tak peduli membuat hening seketika.

Taeri termangu. Bagaimana bisa Jungkook mengatakan seperti itu sementara dia masih ada di sana. Jungkook bukan dirinya. Dia saja tidak menganggap Taehyung bukan tipenya.

"Maksudmu tentang Taeri noona memiliki kekasih? Itu aku mengerti kok. Tapi ya—" Taehyung kembali lagi menatap Taeri. Menggigit bibir jelas untuk mengoda dan tatapan mengintimidasi. Biasanya hal seperti ini ampuh untuk memikat wanita. "Pada akhirnya, siapa yang tahukan?"

Taeri tidak memberi respon buruk, tidak pula baik. Hanya tertawa sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan Taehyung. Tentu saja Taehyung itu tampan sekali –Taeri mengakuinya– tapi untuk keterkarikan lebih tidak sama sekali. Bagi Taeri, Taehyung hanyalah teman adik tirinya dan juga teman kekasihnya. Tidak lebih. Begitu juga perihal Jeon Jungkook, Taeri sudah mantap pada Kim Seokjin yang lebih matang dan dewasa sekalipun kadang bersikap kekanakan. Maksudnya di sini jelas dari umur, Jin dapat membuatnya percaya. Menjaganya. Kalau Jungkook, rasanya tidak mungkin.

STEP LOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang