vi

65.3K 5.8K 698
                                    

Rasanya Jungkook mendadak menjadi tolol ketika melihat kakak tiri-nya pulang dari bekerja. Mata bulatnya semakin membesar dengan bibir yang terbuka sedikit. Harusnya menjadi lucu, tapi tatapannya begitu nyalang dengan rahang tegas seperti pahatan yang siap melukai. Bukan karna Taeri pulang hampir menjelang pagi, pukul setengah dua belas malam—tapi karna matanya menangkap mobil yang sangat dia kenal dari balik jendela rumah. Sekalipun jauh karna Taeri turun dari depan pagar, tapi Jungkook terlalu awas untuk tak menyadarinya. Mungkin karna sekalipun dia menyangkal, tapi keberadaannya pada pukul sekarang, duduk di ruang tengah sementara Ibunya sudah tidur –sang Ayah bekerja di luar kota– adalah memastikan Taeri baik-baik saja setelah pesannya sama sekali tak dibalas.

Dan sekarang terjawab semua setelah melihat Kim Seokjin memberikan kecupan sekilas di bibir sebelum Taeri masuk. Jungkook berdecak. Perkara tentang ketololan, lebih mengarah pada dirinya sendiri. Otaknya jadi tak dapat memproses apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa dia harus peduli dan bingung bereaksi seperti apa. Memahami dirinya sendiri menjadi lebih sulit ketika Taeri masuk dalam dunianya. Jungkook benci itu. Benci kehadiran Taeri seperti yang kerap dia katakan. Dia seperti menjadi kehilangan arah pada dirinya sendiri.

"Hei, kau belum tidur rupanya." ujar Taeri basa-basi saat masuk ke ruang tengah untuk segera menaiki tangga dan menuju kamarnya. Jungkook belum tidur itu adalah hal biasa. Kamar Taeri bersampingan dengan kamar Jungkook, mendengar pria itu terjaga sepanjang malam sambil memaki karna bermain overwatch adalah hal biasa. Tapi keberadaan Jungkook yang di ruang tengah seperti disengaja. Membuatnya teringat pesan terakhir yang tak ia balas.

Taeri bukan tidak peka—walaupun kadang memang kalau menyangkut diri sendiri seperti itu—dia tahu jelas bahwa sedang dalam posisi tidak tahu diri. Jungkook jelas menolong dan menenangkannya, tapi dia malah kembali bersama Seokjin. Tapi jika melihat dari sudut pandang lain, menurutnya itu adalah keputusan tepat. Bukan perkara mudah luluh atau tidak tegas, tapi berpikir untung-rugi pada sisinya. Selain itu, Taeri adalah seseorang yang percaya bahwa sesuatu bisa diperbaiki. Dan yang terpenting, dia merasa bahwa hal yang dilakukannya bersama Jungkook ketika sedang putus dengan Seokjin, adalah sebuah kesalahan. Sebelum memperpanjang segalanya menjadi lebih rumit, kembali pada Jin adalah pilihan terbaik.

Tak mendapatkan jawaban atau sedikit respon, mungkin memang itu yang diinginkan Taeri. Membuat kakinya segera melangkah menaiki tangga sambil merenggangkan otot leher yang lelah. Pulang malam dengan acara makan bersama romantis yang di akhiri sesi ciuman panas di mobil. Kim Seokjin selalu bisa membawanya ke awang—terbang tinggi.

Tapi sialnya selama bibir mereka saling mengecap dan tangan yang mencoba meraih titik nikmat tertentu, kepala Taeri membawa ingatan pada suatu waktu di mana sesi lain dalam mobil terjadi. Jungkook dan sentuhannya yang gila. Bukan hanya sekadar membawa terbang tinggi tapi mempersilahkan berbaring dengan nyaman di antara gumpalan awan. Dia sampai harus menarik dirinya pada kesadaran bahwa memori itu tak pantas di ingat.

Tangannya membuka kenop pintu. Membawa satu langkah masuk sebelum Jeon Jungkook entah bagaimana sudah berada di lantai yang sama dengannya. Kentara sekali mengikuti—mengejar mungkin dengan langkah terburu. Tapi pria itu sama sekali tak menoleh menyapa. Masih sama seperti tadi. Melewatinya begitu saja. Tapi kalimat yang keluar dari mulutnya seperti meludah parah dari sekadar sumpah serapah.

"Kau dan Ibumu sama saja. Merayu adalah keahlian utama kalian."

Taeri membeku sesaat. Bukan tak mengerti dan perlu mencerna dalam-dalam. Tapi terkejut dengan kurang ajarnya bibir tipis yang merah sedikit bsah itu berani mengucapkan kalimat sampah seperti itu.

Seharusnya, bibir itu lebih pantas untuk melumat bibirnya, Tidak, tidak seperti itu, Kim Taeri!

Tak jadi masuk ke dalam kamar, Taeri melangkah dengan penuh amarah ke ruangan sampingnya—kamar Jungkook. Sebelum pria itu masuk ke dalam, Taeri sudah menarik tubuh Jungkook. Memberi tamparan yang begitu kencang ke pipi. "Hati-hati kalau bicara, brengsek. Kau bisa menghinaku. Tapi tidak Ibuku!" kecam Taeri.

STEP LOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang