xv

57.1K 4.8K 401
                                    

Ternyata tidur satu kamar bersama Taeri bukan hal yang mudah untuk Jungkook. Ditambah lagi mereka berada dalam satu kasur bersama. Jungkook yang biasanya mudah terlelap di sembarang tempat sekarang bahkan tak sedikitpun mengantuk di atas kasur yang jelas sekali nyaman. Mungkin perlu dikoreksi, dia mengantuk tapi tak dapat tidur sama sekali. Jarum jam bahkan sudah menunjukan pukul setengah tiga—nyaris menuju pagi dengan matahari yang akan nampak begitu ponggah. Matanya terbuka besar menatap langit-langit kamar dengan posisi terlentang. Satu tangannya ke atas dan satunya lagi lurus kaku berusaha tak menyentuh Taeri yang berada di sampingnya.

Jungkook tidak mau mengganggu Taeri tidur maka rasanya untuk bernapaspun dia sangat berhati-hati. Tak mau membuat gadis itu terbangun. Pasalnya beberapa jam lalu dia terang-terangan mengutarakan perasaannya yang membuat dirinya sendiripun kaget. Lalu setelahnya keadaan menjadi begitu canggung.

Lagipula apasih yang dia pikirkan sampai mengatakan itu? Cinta? Seriously, Jeon?

Jungkook rasanya ingin bergerak menendang-nendang kakinya ke udara. Tapi kembali lagi berahir hanya terdiam—kaku. Jangan sampai noona bangun. Jangan. Dia baru saja memulai, lucu kalau sudah kalah hanya karena membangunkan Taeri. Pointnya sebagai calon pacar berkurang. Tidak boleh terjadi!

Di samping kegugupan karena perasaannya itu, tentu saja tidak dapat dipungkiri ada hal lain. Iya mari kita tandai kata 'hal lain'. Berada di atas kasur bersama Kim Taeri yang kerap dia jadikan fantasi liar, tak dapat membuatnya setenang itu. Mustahil kalau pikirannya tidak kemana-mana. Melirik sekilas pada Taeri yang tidur menghadap ke kanan membuat Jungkook dapat melihat lekukan tubuh Taeri. Pinggangnya itu kecil dan bokongnya besar. Jungkook segera menggelengkan kepala menyingkirkan pikiran itu.

Aneh memang rasanya beberapa hari yang lalu dia masih bisa seenaknya menyentuh Taeri. Menganggap gadis itu dapat menjadi pelampiasan nafsunya atau rasa kesalnya. Ingin mempermainkan dan menikmati setiap reaksi Taeri. Tapi sekarang yang jelas-jelas terangsang hebat dalam jarak sedekat itu, pintu yang tertutup rapat, Jungkook tidak melakukan apa-apa.

Iya, di kepala Jungkook telah berputar beberapa simulasi adegan untuk memilah keputusan apa yang harus dia ambil. Jungkook bisa saja menarik Taeri, membanting keras dan mengunci tubuh gadis itu dalam kungkungannya. Tidak akan dapat berontak terutama jika dia menindihi tubuh yang ukurannya kalah dari dia. Hal berikutnya tentu saja merobek apa yang dia inginkan sambil menghentak keras.

Tapi Jungkook tak melakukan itu. Tidak akan. Berbeda dari sebelumnya, dia tidak mau membuat Taeri membencinya. Dia benar-benar mengakui kalau dia mencintai kakak tirinya itu. Atau sebenernya jika dipikir-pikir mungkin dia sudah merasakan itu sejak awal tetapi berusaha menampiknya. Pasalnya sampai sekarang dia tidak meniduri Taeri kecuali mendapat ijin dari wanita itu.

Jungkook kembali melirik Taeri. Tersenyum simpul menatap punggung gadis itu. Menyadari bahwa di tengah kepelikan yang biasanya akan membiuatnya kacau, Kim Taeri berhasil mengalihkannya. Memenuhi isi kepalanya.

Kim Taeri tidak dapat tidur sama sekali. Terjaga dengan keadaan kaku. Canggung. Tentu saja dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana mengingat Jungkook –adik tirinya– baru saja mengatakan bahwa mencintai dirinya. Sudah gila!

Dirinya juga sama anehnya karena merasa kebingungan sekarang. Muncul pertanyaan-pertanyaan retorik dalam kepala. Dan menyesali seharusnya sejak awal dia pergi. Persetan dengan ancaman Jungkook akan membawa gadis-gadis ke dalam. Bukan urusannya. Sekarang malah jelas-jelas menjadi urusannya karena terjebak di atas kasur bersama Jungkook.

Tidak akan tertipu dengan wajah lucu seperti kelinci. Taeri tidak dapat tidur sama sekali. Takut kalau Jungkook menyerangnya tiba-tiba. Tidak lucu bangun dengan keadaan telanjang dan nyeri karena semuanya telah direbut.

STEP LOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang