Kim Taeri
Aku benar-benar merasa butuh istirahat. Menenangkan diri dari semua yang terjadi hari ini. Ku pikir setelah Jungkook berangkat kuliah dan Ibu seperti biasa ke butik miliknya, aku dapat beristirahat. Atau setidaknya mungkin itu terwujud sampai sore hari. Pintu bel rumahku berbunyi berkali-kali mengganggu tidurku. Saat-saat seperti ini, aku sedang merutuki diri mengapa menjadi orang yang terlalu peka dan sensitif. Suaranya bahkan jauh di depan dan kamarku ada di lantai dua.
Dengan langkah gontai dan malas, aku menuruni tangga. Yang jelas itu bukan keluarga kami karna masing-masing memegang kunci. Biasanya adalah petugas pengantar barang yang paling sering ditujukan oleh Jeon Jungkook. Ada saja yang dibeli anak itu berhubungan dengan game. Kalau saja dia tidak memiliki teman, mungkin hidupnya hanya akan berada di kamar bermain game. Pun sebenarnya dia atau diriku sama saja, kita adalah tipe orang yang introvert.
Ketika aku mengintip dari balik jendela, yang ada di luar sana bukan seperti yang aku kipikirkan. Bahkan sangat tidak aku harapkan. Kim Seokjin berdiri dengan sabar menunggu pintu tebuka. Mencoba memencet bel lagi. Aku benar-benar tidak ingin menemuinya saat ini. Bagaimana bisa dia mendatangiku sementara tadi pagi dia baru tertangkap basah tidur dengan gadis lain. Persetan dengan dia berusaha meminta maaf atau apapun itu. Aku butuh waktu untuk semua ini. Aku butuh menangkan diri. Hanya dengan melihatnya saja hatiku kembali pilu teringat kenangan keadaan paginya setengah telanjang.
"Taeri, kau ada di sana kan? Taeri?" panggil Seokjin tiba-tiba. Aku jadi tersentak dan panik sendiri. "Ku mohon bukakan pintunya. Kita perlu bicara sebentar saja. Aku ingin menjelaskannya. Aku tidak bisa seperti ini. Aku mencintaimu."
Dua hal yang sedang terjadi dalam diriku saat ini. Saling berdesak untuk menentukan siapa yang lebih dominan. Pertama, adalah makian dan keyakinan bahwa membukakan pintu adalah hal terbodoh yang aku lakukan bila itu terjadi. Kedua-sekalipun aku tidak dibutakan cinta, tapi kami sedang dalam tahap mengebu dalam hubungan ini-mustahil untuk mudah melupakan segala. Apalagi ketika mendengar kata cinta yang sejujurnya pun aku ragukan. Mungkin aku sedang mengalami hidejack.
Aku mundur beberapa langkah sambil merapal berkali-kali untuk meyakinkan diri tak membukanya. Segera memacu langkah setengah berlari menaiki tangga dan memasuki kembali. Kalau aku masih berada di sana, aku akan luluh. Aku tak ingin itu. Tak menutup kemungkinan mungkin aku akan memaafkannya-semua bisa terjadi-tapi tidak untuk saat ini. Tak akan semudah itu dia mematahkan hatiku dan menginjak harga diriku, kemudian aku akan membiarkan dirinya merengkuh tubuhku sambil mengeluarkan ribuan kata manis yang malah akan jadi lebih pahit .
Jin tahu jelas aku sedang ada di rumah karna ketidak hadiranku di kantor. Ada kemungkinan aku keluar, tapi saat sepertinya cukup kecil. Selebihnya intuisi dan logikanya bekerja sama dengan baik membentuk keyakinan yang tepat-aku di rumah. Entah kenapa aku panik sendiri sekarang. Aku takut akan bertemu dengannya. Jika dia terus berada di depan pintu, apapun bisa terjadi membawanya berdiri di depanku. Ku gigiti kuku sambil kakiku begerak tak nyaman, panik. Mencoba berpikir apa yang harus aku lakukan untuk mengenyahkan dia dari sana. Bertemu dengannya saat ini akan menambah rasa sakit di hatiku. Bohong kalau saat ini aku baik-baik saja tanpa air mata yang berembun. Ketika melihat wajahnya sekilas dari balik jendela saja, aku mungkin akan menangis karna teringat hal tadi pagi. Tapi aku tak membiarkan itu terjadi. Tidak akan.
Begitu saja aku mendial nomor ponsel Jungkook. Padahal bisa dibilang aku tak pernah seperti ini sebelumnya. Hubungan kami berdua sangat berjarak. Ada tembok besar yang tak terlihat. Tapi sekarang aku malah menelpon dirinya mengabaikan bahwa tadi pagi dia baru saja menciumku dan memberikan sentuhan yang sulit terlupakan.
Ku kira Jungkook tak akan menjawab. Dia pasti sibuk di kampus atau sengaja tak menjawab-seperti dulu. Tapi dia menjawabnya cukup cepat. Aku terkesiap ketika mendnegar suaranya menyapa di sebrang sana. Aku sampai benar-benar bungkam dan dia harus memanggil berkali-kali dengan nada kesal untuk mengembalikan kesadaranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP LOVE ✓
Romance[ SUDAH DITERBITKAN - TERSEDIA DI TOKO BUKU DENGAN VERSI LEBIH LENGKAP, SERU DAN BERBEDA] Pernikahan kedua orang tua mereka menjadikan kehidupan Kim Taeri dan Jeon Jungkook serupa neraka dan surga secara bersamaan. Sebelumnya Jungkook tak pernah m...