xxiv

52K 4.3K 938
                                    

"Oke Jungkook, hyung harus mengatakan ini." Jin mengangkat kedua tangannya dan tertawa. Matanya menyipit lucu. Sama lucunya dengan ucapan yang dia perkirakan akan dilontarkan. "Hyung tahu kau pasti kecewa. Tapi inilah yang terjadi. Hyung juga ingin menjadi kakak kandungmu. Menikah dengan Taeri. Pasti akan jadi manis sekali hubungan kita. Sayangnya kami telah berpisah. Tenang saja, bagaimanapun kita tetap kakak-adik. Sama seperti dulu."

Taeri melirik Jin dengan sedikit masam karena terjadi kesalah pahaman menangkap reaksi Jungkook. Namun ia juga bersyukur karena Jin tak menyadari apa yang terjadi. Sekalipun dia menangkap kemarahan di wajah Jungkook, itu tak berarti sepenuhnya. Kembali aman.

Jungkook tersenyum asimetris dan menarik Taeri perlahan agar berdiri di sampingnya. Taeri terkesiap seketika.Matanya membelalak sambil berharap bahwa anak itu tak melakukan hal aneh. Jin hanya bertanya-tanya tanpa tahu sama sekali-clueless. "Tidak apa-apa, hyung. Aku juga tidak sama sekali berharap kau dan noona akan menikah."

Jungkook melingkarkan lengannya di pinggang Taeri. Menarik gadis itu sangat dan mencium pucuk kepalanya. Jin terdiam bertanya-tanya sejak kapan mereka menjadi sederkat itu. Tapi di sisi lain merasa bersyukur juga karena tentu dia tahu selama ini hubungan Taeri maupun Jungkook tidak baik. Maka mereka berdua sudah menjadi seperti keluarga seharusnya.

"Ah dan ya, aku yang akan mengantar noona pulang." Jungkook mencium pipi Taeri.

Jin membeku butuh beberapa saat untuk mencerna apa yang dia lihat. Taeri terkesiap tak percaya.

"Bukan hanya saat ini tetapi untuk seterusnya. Aku akan mengantar jemput noona." Jungkook mencium bibir Taeri.

Jin sukses melongo.

Taeri benar-benar tak habis pikir apa yang barus aja Jungkook lakukan. Sampai di dalam mobil rasanya ingin meledak memaki namun kenyataannya Jungkook yang memimpin dengan emosinya. Jungkook marah. Hampir setengah jam mereka hanya berada di dalam mobil yang menyala. Hening. Ketika Taeri mencoba membuka suara, Jungkook membentak untuk dirinya menutup mulut. Sangat mengangetkan. Maka berakhir Taeri yang harus menahan amarah untuk bersikap dewasa menghadapi kekasihnya yang kekanakan itu. Dan Jungkook yang memijat pelipisnya sendiri sambil menghela napas berat berkali-kali.

"Aku lelah, Jungkook. Bisakah setidaknya kita pergi dari sini? Aku baru saja bekerja dan ingin pulang istirahat. Bukan terjebak seperti ini. Kalau kau tidak mau membawa mobilnya, berikan kuncinya padaku. Atau aku bisa pulang dengan taksi." Taeri sudah tidak tahan dan membuka suara.

"Tidak. Kau pulang denganku dan aku yang akan menyetir," jawab Jungkook tegas.

"Wow, kau bisa berbicara rupanya!" sarkas Taeri.

"Tidakah kau merasa bersalah, Kim Taeri?"

"Jeon Jungkook, bukankah sudah kujelaskan sebelumnya bahwa aku perlu menyudahi hubunganku dengan Jin? Kami berbicara tadi. Tak ada hal khusus. Kau melihat sendiri juga kan bagaimana Jin "

"Tentu! Aku menegaskan kalau kau milikku, noona. Milikku!"

Taeri menyisir rambutnya dengan jemari. Kali ini lelah yang dia rasakan bukan hanya karena pekerjaan tetapi juga seorang pria bernama Jeon Jungkook yang tepat ada di sampingnya.

"Mungkin kau tidak mengerti. Mungkin kau merasa benar, noona. Baiklah kau benar. Aku tak masalah dengan apapun yang kau katakan tadi. Aku mengerti. Aku memang kekanakan. Aku sadar. Tapi aku tidak diam saja denganitu. Aku di sini juga berusaha untuk menyamaimu. Menjadi dewasa dan memaklumi semuanya."

"Lalu apa masalahnya?"

"Masalahnya adalah bagaimana kalian tertawa. Dia mengusap rambutmu berkali-kali. Kau terlihat bahagia sekali dengannya. Bahkan dia merangkulmu sekalipun kau tak sadar. Kalian seperti-pasangan ideal. Dan itu membuat diriku merasa rendah. Tersingkir dan tidak pantas bersamamu."

STEP LOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang