xxii

48.4K 4.4K 285
                                    

Kembali lagi pada pagi hari seperti biasanya. Tapi kali ini sang adik sedang berbaring teramat nyaman di atas kasur bersama kakak kesayangannya. Tentu saja hubungan mereka bukan dalam arti kakak-adik yang sebenarnya. Lebih dari itu. Jauh sekali. Matahari bermain-main melalui sinarnya masuk menyelinap pada celah-celah jendela. Sama sekali tak mengusik tidur dua pasangan yang mirip seperti kelinci dan kucing itu.

Kecuali bagaimana kamar sebelahnya terdengar ketukan dan suara memanggil-manggil yang diketahui dengan jelas adalah Ibu mereka. "Jungkook, kau tidak kuliah, nak? Bukankah hari ini kau ada kelas pagi?"

Taeri langsung terbangun begitu saja dalam keadaan super panik. Siaga satu. Beruntung dia adalah tipikal orang yang sangat peka terhadap bunyi-bunyian dan memang tidak bisa tertidur dalam keadaan benar-benar terlelap. Dia berusaha menggoyangkan tubuh Jungkook yang begitu pulas memeluknya erat-tanpa pakaian yang membalut bagian atas. Namun Jungkook sama sekali tak bergeming. Mata masih sukses terpejam dengan mulut sedikit terbuka. Malahan menggumam protes tapi semakin erat memeluk. Suara Nyonya Jeon di luar sana terus terdengar dan naik beberapa oktaf. Taeri menggeram kesal dan mengeluarkan seluruh tenaga untuk menyingkirkan buntalan kelinci dari atas tubuhnya. Segera bangkit untuk menyelamatkan mereka berdua sekaligus.

"Ibu, Jungkook sudah berangkat kuliah daritadi. D-dia ijin padaku." ujar Taeri dengan kepala yang keluar dari celah pintu yang hanya terbuka sedikit. Kalau dia membuka semuanya maka akan terlihat Jungkook yang terbalik di atas kasurnya.

"Oh begitu. Pantas saja tidak keluar daritadi Ibu panggil. Tapi kenapa mobilnya masih ada?"

Ah, sial!

"I-itu, Jungkook bilang biar aku saja yang membawanya. Aku sedang sakit. Ibu mengertikan? Dia sedang dalam tahap memperbaiki diri sebagai adik yang baik." Taeri lalu tersenyum dengan dipaksakan. Agar tidak menimbulkan kecurigaan. "Ah dan aku yang akan menjemput dia pulangnya. Kebetulan kami pulang di jadwal yang sama," tambah Taeri buru-buru.

Nyonya Jeon terlihat tidak curiga sama sekali dan mengangguk tenang. "Ibu harus ke butik saat ini juga. Sedang persiapan event. Ayahmu sudah berangkat terlebih dahulu karena harus pergi setidaknya tiga hari. Kau tidak apa-apa kan?"

Taeri buru-buru mengangguk. "Tentu. Aku bisa membuat sarapan sendiri, bu." Lalu Taeri segera memberi kecupan dan menutup pintunya. Selang beberapa detik, membuka kembali untuk mengintip Ibunya yang benar-benar menuruni tangga lalu keluar rumah. Taeri bisa bernapas lega saat ini.

Pandangannya lalu beralih pada bayi besar yang masih bergerumul manis di atas kasur. Dalang masalah pagi ini. Bahkan dia masih tertidur tanpa dosa sama sekali. "Jungkook! Bangun!" teriak Taeri dengan sengaja di telinga sang adik.

Rasanya Jungkook seperti disambar petir karena teriakannya tak ditahan sama sekali. Belum lagi cubitan kecil yang diberikan bertubi-tubi. Paginya mengenaskan. Matanya terbuka mendapati Taeri sedang memandangnya nyalang. Terlihat kesal dan marah. Tapi dia hanya memberikan senyuman manis yang membuat pipinya membulat dan matanya menyipit terlihat semakin sayu karena baru bangun tidur. "Eung, Taeri-ku."

"Ouch! Yak-Jung!" Taeri berteriak protes-kaget. Alih-alih bangun dan meminta maaf menyadari kesalahannya, Jungkook malah menarik Taeri. Mungkin lebih tepatnya menggendong Taeri. Membuat dirinya sudah berada di atas tubuh Jungkook. Dikunci dengan pelukan erat.

"Jangan galak-galak. Masih pagi. Butuh asupan senyuman manis dari noona ku ini."

Taeri memutar bola matanya. "Jeon, ayo bangun!" ujar Taeri susah payah sambil berusaha bangkit namun gagal. Sekalipun Jungkook baru bangun tidur dan masih mengantuk, kekuatannya tetap tidak main-main.

"Cium dulu..."

"Kau belum gosok gigi! Aku juga belum!"

"Tidak apa-apa. Aku suka kok."

"Jeon, serius itu jor-" Bibir Taeri sukses dilumat oleh Jungkook. Dan pada akhirnya berusaha menyeimbangkan ciuman dari adiknya itu. Ciuman pagi yang tidak bisa dibilang biasa saja. Jungkook mencium dengan penuh gairah. Melumat bibir atas dan bawah begitu bersemangat. Menyapu langit-langit mulut dengan lidahnya. Mengabsen deretan gigi Taeri satu-persatu. Membuat terengah.

Taeri kira ciuman pagi sehabis bangun tidur akan terasa manis dan ringan, tapi kenyataannya sebaliknya. Tangan Taeri meremas dada bidang Jungkook ketika bibir bawahnya digigit. Berusaha bangkit menyingkir dari sana tapi malah jatuh dan tak memiliki jarak sama sekali. Taeri mulai menyadari bahwa ada bagian yang sedang bereaksi saat ini. Pria saat baru bangun tidur. Harusnya Taeri sadar sejak awal akan hal itu. Tangan Jungkook bergerilya menyusuri lekuk tubuh Taeri dan berakhir dibokong. Meremasnya berkali-kali setelah mengusap. Menggerakan pinggul agar miliknya menekan dan menggesek Taeri sekalipun sedang berada di bawah. Membuat pagi mereka berakhir dengan bercucuran keringat dan napas terengah.

"Noona..."

"Jungkook... Jangan sampai kelewat batas ya?" pinta Taeri lirih. Matanya memandang Jungkook sayu. Kepayang dibuat adiknya sendiri.

Jungkook mengangguk. "Kalau sudah siap, bilang padaku ya?"

Dan Taeripun ikut mengangguk.

---

Bahkan di hari ketiga mereka menjadi sepasang kekasih sudah dihadapkan dengan perdebatan. Pagi hari di mana baru saja beberapa saat lalu membuat celana basah sampai harus menghentikan sebelum terjadi hal yang setengah diinginkan dan setengahnya lagi tidak. Bergegas mandi di kamar masing-masing untuk mencegahnya.

"Aku tidak mau ke kampus. Aku ingin bersama mu, noona!"

"Kook, aku harus bekerja!" Sekarang Taeri sedang merasa seperti mengurusi seorang anak kecil. Ya kenyataannya pria di depannya ini adalah adiknya.

"Ya sudah kita bolos bersama. Ayo berkencan! Aku sudah mencari tahu tempat berkencan yang bagus di internet. Noona tinggal pilih mau kemana. Laut? Taman hiburan? Atau toko buku? Museum? Pame-"

"Tidak, Jungkook! Jangan seenaknya!"

"Whoa! Apa noona baru saja membentakku? Kau tidak mencintaiku ya?" tuduh Jungkook langsung yang sukses membuat Taeri membuka mulut karena kehabisan kata. Dia tidak pernah tahu Jungkook akan sekekanakan itu.

"Kook, dengar. Aku harus bertemu Jin."

"Ah, begitu." Jungkook mengangguk-anggukan kepala. "Harusnya aku menyadari sejak awal kalau noona ingin bertemu dia," tambah Jungkook sambil membuang muka dan terkekeh miris.

Taeri menghela napas berat. Memegang kedua bahu Jungkook agar menghadapnya. Menatapnya. "Aku perlu menyelesaikan semuanya. Dia terus menghubungiku. Hanya itu, Jungkook. Bukankah kau yang bilang ingin kita bersama? Memangnya kau mau kalau aku sendiri belum ada kejelasan?"

Jungkook terdiam memandang Taeri. Dan lalu perlahan tersenyum-namun berusaha ditahan. Pria dalam batinnya sedang kegirangan saat ini. "Oh begitu. Kenapa tidak bilang daritadi sih, noona."

Bagaimana bisa bilang kalau belum apa-apa sudah mencak-mencak seperti itu? Ujar Taeri dalam hati.

"Dan, satu lagi-" Raut wajah Taeri langsung berubah. Tidak lembut. Rahangnya mengeras dan bibirnya mengerucut namun tak berniat sama sekali untuk terlihat lucu karena jelas matanya menunjukan niat mengintimidasi.

"Bagaimana dengan kau dan Kekasihmu Lee Subin itu? Seingatku bukankah kau berpacaran denganya? Wah aku hampir melupakan itu dan terima saja kau menyebutku kekash padahal jelas-jelas aku sedang diduakan."

Giliran Jungkook yang kelabakan saat ini. Taeri yang seperti ini lebih menyeramkan daripada yang biasanya. Ketika marah saat menjadi kekasih malah membuatnya merasa terpojok. Takut apa yang dia ucapkan salah dan malah membuat malapetaka. "Aku tidak mau putus dengan noona!" jawab Jungkook dengan pasti.

"Aku bahkan tidak membahas itu. Apa hubungannya dengan pertanyaanku?"

"Noona..." rengek Jungkook langsung memeluk Taeri. Erat. Sampai Taeri terkaget dan rasanya sulit bernapas. "Aku kan berpacaran dengan Subin noona hanya untuk membuatmu cemburu. Iya maaf. Maaf. Aku akan memutuskannya. Lagipula di matanya kan aku hanya anak kecil. Dia juga tidak serius menyukaiku. Hanya bersenang-senang dengan yang lebih muda saja."

Taeri terkekeh mendengar itu. "Kau juga anak kecil lho di mataku."

"NOONA!"

[]

STEP LOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang