Kim Taeri
Pernahkah kau merasa tahu bahwa apa yang sedang kau lakukan adalah sebuah kesalahan namun tak kuasa menghentikannya. Kau ingin berhenti, tapi sebagian dari dirimu seperti mengosong—terkontrol sepenuhnya. Itu adalah yang sedang aku rasakan ketika ranum Jungkook mendarat dan kemudian berpagutan. Tubuhnya menyamping—condong ke arahku. Melumat bibirku dengan bergairah. Bahkan untuk memproses apa yang sedang terjadi saja tak bisa karna dia seakan mengontrolku. Aku mendorongnya menjauh dengan perlahan.
Dia melepas ciumannya. Menatapku dengan kancing kemeja yang belum tertutup sepenuhnya. Dadanya terekspos bebas. Aku menatapnya dengan bingung sambil mengartikan tatapannya.
"Ada apa?" tanyanya.
Aku terdiam. Bagaimana harus menjawab pertanyaan itu sementara aku rasa harusnya aku di sini yang bertanya. Jin sudah membuatku kacau, tapi Jungkook—mengambil alih semuanya dengan kekacauan yang lebih besar. Tak bisa menjawab apa-apa dan hanya berakhir dengan gelengan kepala singkat.
"Bagus," ujarnya dan kembali menciumku. Kali ini bukan lagi ciuman seperti tadi, dia menurunkan jokku hampir membuatku berbaring sepenuhnya. Aku tersentak terlebih ketika dia pindah ke atas tubuhku.
Bukan! Bukan seperti ini maksud jawabanku! Bukan untuk Jungkook melanjutkan lebih dari sebelumnya. Lagipula mengapa dia melakukan ini?
Sialnya otak dan tubuhku beraksi berbeda. Aku memejamkan mata, menikmati bagaimana kepalanya bergerak ke kanan dan kiri untuk mempedalam ciuman kami. Bibirnya terbuka dan melumat—menjadikanku santapan gairahnya. Jangan ditanya bagaimana responku karna aku bahkan sudah memegang tengkuknya sambil meremas rambut lembutnya. Dia menggunakan lidahnya untuk mengabsen gigiku satu-persatu dan bermain pada langit-langit mulut sampai membuat liur kami bertukar. Basah ke pipi masing-masing. Membuatku terengah kehabisan udara.
Sama-sama butuh mengais udara sebanyak-banyaknya, kami saling melepas. Tapi dia tak berhenti ketika bibirnya turun mengecap leherku. Memberi gigitan dan hisapan dengan satu tangannya mengusap collarboneku dan satunya lagi di jok untuk menumpu tubuhnya.
"J—jung— ini tidak benar. Hen—tikan." ujarku dengan desahan tertahan. Berusaha menarik kesadaranku dari sentuhannya. Tangannya yang mulai bergerilya masuk ke dalam kausku. Mengusap perutku. "Kita adik kakak," tambahku berusaha menggeliat untuk melepas dengan sisa tenagaku. Tentu saja siapa yang tidak lemas dan terlena disentuh seperti itu.
"Aku sudah bilang berkali-kali untuk tidak menganggapnya seperti itu kan, noona." jawabnya dengan suara serak tanpa menghentikan ciumannya di leherku dan terus turun seakan ingin cepat menuju dadaku. Semua tubuhku.
Aku menggeleng berusaha mendorong, tapi dia memegang tanganku dan menguncinya ke atas. "Atau mungkin kau suka sesuatu yang kinky seperti itu. Melakukannya dengan adikmu. Aku tak masalah. Kau bisa menganggap aku adikmu kalau begitu."
Oh shit! Jangan lagi!—maksudku bukan begitu! Jungkook benar-benar membuatku mati kutu. Membuatku tak bisa mengatakan apapun. Aku tidak bisa membiarkan ini. Sekalipun dia hanya adik tiri, tapi bayangkan jika kedua orang tua kami tahu. Harusnya kami jadi sebuah keluarga.
"It's ok. Just feel it. Kau membutuhkan ini untuk melupakan apa yang terjadi tadi. Aku tahu bagaimana caranya memperlakukan wanita, noona."
Sejujurnya Jungkook benar. Semua rasa sakit dan juga air mataku tadi berhenti. Seperti melupakan semuanya. Satu-satunya yang aku pikirkan adalah bagaimana bibir dan tangannya Jungkook menyentuh kulitku. Membuat punggungku melengkung dan menghela napas nyaris mendesah.
"Kau sensitif sekali. Aku suka. Mungkin kau bisa orgasme hanya dengan sentuhanku, noona." Dia tersenyum smirk dibalik mata sayu yang menikmati.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP LOVE ✓
Romance[ SUDAH DITERBITKAN - TERSEDIA DI TOKO BUKU DENGAN VERSI LEBIH LENGKAP, SERU DAN BERBEDA] Pernikahan kedua orang tua mereka menjadikan kehidupan Kim Taeri dan Jeon Jungkook serupa neraka dan surga secara bersamaan. Sebelumnya Jungkook tak pernah m...