xxiii

49.8K 4.4K 421
                                    

Seharian penuh di kantor Taeri tidak dapat bekerja dengan tenang sama sekali. Gelisah, cemas dan gugup. Menunggu-nunggu Seokjin yang pasti akan memanggilnya. Taeri sendiri bahkan benar-benar tak tahu akan seperti apa nantinya. Tak ada banyangan sama sekali karena mereka sendiri belum mengakhirinya secara resmi. Eunbyul sempat bertanya mengapa Taeri terus-terusan melirik ke ruangan Seokjin. Menggoda bahwa Kim Taeri sedang kasmaran jadi baru beberapa saat sudah merindu tak sabar untuk menerima cumbuan dari Seokjin. Taeri hanya menyengir saja berusaha terlihat biasa. Tidak mungkin dia memberi tahu hal yang belum pasti. Pada saatnya dia akan menceritakan pada Eunbyul selaku sahabatnya. Tapi tentu saja Taeri tetap tidak akan menceritakan keseluruhan secara mendetail terutama tentang Jungkook dan dirinya. Persahabatan itu tolak ukurnya bukan perkara merambah ruang lingkup pribadi tapi bagaimana tetap menjalin dan menjaga hubungan selalu baik. Bukan berarti juga kita tidak dapat menceritakan hal pribadi karena untuk beberapa hal kadang kita perlu meminta pendapat atau sekadar mengutarakan perasaan. Namun tidak segalanya dapat diceritakan dengan gamblang. Setiap orang memiliki batasan yang hanya ingin mereka sendiri yang tahu.

"Seokjin sajang-nim memanggilmu ke ruangannya," ujar Ciara si sekertaris yang kembali berdiri di depan mejaku.

Taeri membeku. Sudah waktunya tepat pukul setengah tujuh malam. Setengah jam lagi menuju jam pulang kantor. Jin sengaja menunggu atau memang keadaan kantor sedang sibuk namun dia tetap meluangkan waktu. Orang-orang di sekitar sedang pura-pura mengabaikan seolah tidak peduli tetapi terlihat jelas melirik diam-diam dan memasang kuping. Setelah kabar mengejutkan tentang hubungannya dan Seokjin yang tersebar tentu sekarang selalu menjadi sorotan apalagi dirinya kembali dipanggil ke ruangan. Tak sedikit yang berbisik-bisik. Salah satunya Taeri bisa menangkap ocehan mereka menggosip bahwa dirinya dan Seokjin akan bercumbu dengan panas. Mengingat terakhir kali itu yang mereka lakukan sampai harus menutup jendela agar tidak terliha, Taeri mengerti mengapa mereka sampai bisa berkata seperti itu. Tapi kali ini pastinya itu tak akan terjadi.

Tak menunggu waktu lama seperti sebelumnya. Permintaan yang berlangsung alot karena tidak dituruti, kali ini Taeri langsung bangkit. Membuat Eunbyul kegirangan sendiri sebagai sahabat yang mendukung percintaan temannya bersama boss yang kaya raya. Masuk di akal. Tapi tentu alasan Taeri langsung pergi menuju ruangan Seokjin karena tidak mau pria itu langsung yang datang dan membuat keributan. Lagipula memang dia bertanggung jawab untuk menyelesaikan semuanya mengingat bagaimana pertemuannya dengan Seulbi.

Kenop pintu terbuka, Jin yang sedang memakai kaca mata sambil menunduk frustasi dan menautkan kedua tangan, langsung menatap gadis yang muncul dari sana. Kim Taeri yang masih berstatus kekasihnya bagaimanapun. Matanya langsung terlihat sendu menatap Taeri yangs egera duduk di depannya. "Jangan bersikap seperti kita sedang sebagai atasan dan bawahan."

"Kita masih dalam jam kerja," ujar Taeri menunjuk jam dinding dengan dagunya.

"Kim Taeri..."

Suara Jin terdengar lembut sekalipun Taeri tahu pria itu sedang kesal. Lelah. Maka dirinya sendiri merasa bersalah. Menghela napas berat karena tahu ini tak akan selesai jika dirinya masih seperti itu. Semua juga berawal dari dirinya. "Kau pasti sudah mendengar dari Seulbi kan?" tanya Taeri langsung pada inti pembicaraan namun tetap melempar umpan agar melihat reaksi. Seperti biasa pasif-agresif.

Seokjin langsung menggenggam tangan Taeri. Menatap jauh ke dalam mata gadis itu. Seokjin itu ideal tipe yang dimiliki semua wanita apalagi saat menatap seperti ini. Membuat seperti masuk ke dalam sebuah drama dengan tokoh utama yang kelewat sempurna dan melemahkan. "Jelas itu adalah alasan aku memanggilmu ke sini. Aku sebenarnya ingin mendatangimu tetapi ingat kau tak menyukai itu. Aku tak mau kau membenciku."

Kalimat terakhir sungguh melemahkan Taeri bagaimana Sokjin selalu bersikap yang terbaik untuk dirinya. "Seokjin... Kita tidak bisa seperti ini. Kita sudah selesai. Semuanya sudah berakhir. Kita harus menghentikannya," ujar Taeri lirih sambil menggelengkan kepala. Berusaha agar tidak luluh. Bohong kalau dia mengatakan bisa melupakan Seokjin secepat itu.

STEP LOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang