Semua dimulai dengan Jungkook yang menarik kaus bagian belakangnya dengan cara yang sensual. Menampakan tubuhnya yang indah. Membuat Taeri menarik napas karena itu. Bisep dan vein yang terlihat jelas. Perut dengan beberapa kotak terpampang hasil olahraga yang sering dilakukan. Mungkin ini bukan pertama kalinya Taeri melihat tubuh Jungkook, namun masih selalu menimbulkan keterkejutan. Kegilaan. Terlalu indah dan seduktif tanpa harus melakukan apa-apa. Ditambah bagaimana pinggang kecil dan wajah kekanakan itu. Sinkronasi yang tak sesuai tetapi justru meningkatkan pesona.
"Noona... tak apa melepasnya juga?" tanya Jungkook hati-hati. Taeri mengangguk. "M-mau aku lepaskan?" tawar Jungkook.
Taeri menggeleng. "Aku akan melakukannya sendiri."
Mungkin ketika Jungkook melepaskan pakaian Taeri akan terlihat manis. Tapi bagaimana Taeri melepaskan kancing piyama merah berbahan satinnya satu-persatu lebih membuat Jungkook kehilangan akal sehat. Menyaksikan di depan mata bagaimana Taeri seakan menyerahkan dirinya sendiri untuk Jungkook. Seakan Taeri benar-benar menginginkan ini. Ingin jadi milik Jungkook. Berserah diri. Mungkin berlebihan dengan semua pengandaian yang ada, tapi itu semakin membuat Jungkook bergairah. Terlihat seperti gadis manis yang penurut.
Ketika dua buah dada Taeri terpampang, Jungkook ingin sekali meletakan kepalanya di sana. Mengusak dan menjilati. Tapi dia menahan itu karena tidak mau membuat Taeri merasa tidak nyaman. Belum lagi sebuah kejutan ketika jemari Taeri bermain di ujung celananya.
"Mau aku bukakan?" tawar Taeri sambil membuang semua rasa malunya. Kali ini dia harus berinisiatif.
Jungkook kembali dipermainkan jantungnya karena tindakan berani Taeri. Maka dia mengangguk. "Lakukan."
Dan Taeri menarik celana yang membalut Jungkook sampai miliknya terpampang dan membuat Taeri menelan ludah. Pertama kali melihat langsung milik Jungkook yang membuat wajahnya memerah setengah mati. Menarik napas karena itu.
Jungkook menyentuh wajah Taeri. "Jangan dipalingkan. Aku ingin noona menikmatinya seperti aku menikmati keindahanmu."
Bagaimana bisa Jeon Jungkook membalik keadaannya secepat itu. Taeri sukses dibuat malu sekali bersamaan dengan celananya yang ditarik perlahan sambil bibir Jungkook menciumi terlinganya menghasilkan lenguhan dari bibirnya. Milik Jungkook yang sudah menegang menggesek paha dan perutnya berkali-kali. Tubuhnya terasa seperti terkena sengatan listrik. Mereka sama-sama tak mengenakan apapun lagi saat ini.
Jungkook mendorong tubuh Taeri perlahan sambil memindahkan ciumannya ke bibir. Membaringkan tubuh Taeri dengan lumatan dan hisapan. Gigitan yang membuat mulut Taeri terbuka dan langsung menjejalkan linguanya. Bermain berputar menggelitik langit-langit mulut dan mengabsen deretan gigi satu-persatu. Saling menukar liur sampai basah ke pipi. Terjalin antara mulut ke mulut ketika melepas ciuman itu. Taeri mengambil napas sebanyak-banyaknya.
Dan wajah Jungkook sudah pindah ke tempat yang sebelumnya dia bayangkan. Menggigit dan memutar lidahnya pda pucuk dada sementara sisi yang lainnya sibuk dipilin oleh ibu jari dan telunjuk. Taeri mengerang memejamkan mata. Punggungnya melengkung merasa geli-tergelitik ngilu. Setelah puas di sana, beralih kembari ke leher tetapi tangannya masih sibuk memijat dan memutar bagian dada.
Jungkook memberikan gigitan dan hisapan pada arteri karotid dengan sengaja. Meninggalkan jejak karyanya seolah leher Taeri adalah kanvas yang perlu ditorehkan dengan merah yang indah. Taeri merasa kepayang terlebih bagian basah mereka yang terus bergesekan. Berawal di antara dua paha sampai ke labia. Cairan precum membasahi terasa sampai antara dua pangkal paha. Jungkook dengan sengaja terus menekan-nekan dan menggesek.
Tiba-tiba Taeri mencengkram punggung Jungkook karena tersentak merasakan miliknya didorong kuat masuk ke dalam. "J-jung jangan dimasukan ahn-n," rintihnya karena rasa sakit yang bukan main. Sejak awal Taeri hanya membatasi pada petting dan Jungkook menyetujui hal itu. Ini sudah di luar batas.
"K-kau sudah basah noona. Akan mudah memasukannya. Aku tidak kuat. Sungguh. Aku tahu kau juga."
Jungkook benar. Bohong kalau Taeri tidak menginginkan lebih. Tapi kesiapan bukanlah hal yang sederhana. Saat ini Taeri belum siap dan rasanya sakit sekali. Taeri menggeleng dengan terengah. "Kook jangan. Sa-kit. Kumohon," pinta Taeri frustasi.
Ia berhenti seketika. Memandang Taeri yang matanya berkaca-kaca. Meyakini pasti rasanya sakit sekali. Ini pertama kalinya. "Hanya sedikit. Tidak sampai setengah. Sedikit saja. Agar nantinya tidak sesakit ini. Tidak sampai merobek," bujuk Jungkook.
Akhirnya satu anggukan dilayangkan. Jungkook mulai mendorong pinggulnya kembali dan Taeri langsung menjerit sakit karena itu. Mata Jungkook membelalak dan langsung menutup mulut Taeri. "A-aku berhenti. Jangan berteriak noona." Bisa dibilang saat ini Jungkook panik tak mau orang tuanya bangun. Tapi di samping itu semua, alasan utama yang membuat Jungkook berhenti adalah Taeri yang kesakitan hampir menangis. Jika tangis karena rasa nikmat itu tidak masalah, ini berbeda.
Jungkook langsung menghujani wajah Taeri dengan ciuman. "Aku mencintai noona. Maaf menyakitimu."
Taeri menggelengkan kepala. "H-hanya belum siap."
Pun Jungkook gadis itu erat. "Iya, aku mengerti. Tidak masalah. Aku akan menunggu."
Lalu malam kembali berlanjut bersamaan dengan dua kaki terbuka dan bibir yang sibuk menelisik pada setiap jilatannya. Erangan frustasi mengais pelepasan. Gesekan pada kulit yang lengket dan harum semerbak cairan kepuasan yang memenuhi ruangan.
---
Malam yang penuh gairah selalu meninggalkan lelah yang memuaskan. Begitu juga yang dialami Taeri dan Jungkook. Walaupun semalaman Jungkook sulit sekali tertidur karena tak percaya baru saja melakukan petting bersama Taeri. Masih teringat jelas bagaimana Taeri menolaknya berkali-kali dan menyangkal perasaannya. Sekarang mereka tidur bersama saling berpelukan erat. Taeri sendiri pura-pura tertidur berusaha setenang mungkin. Tak percaya bahwa dia bisa sedalam ini mencintai Jungkook. Menyingkirkan segala kerja otaknya pada setiap sentuhan yang diberikan. Dan juga mengabaikan kenyataan bahwa hubungan mereka tidak seharusnya terjadi.
Suara pintu yang tiba-tiba dibuka membangunkan Jungkook dan Taeri secara bersamaan karena mereka juga belum tertidur sepenuhnya. Sulit sekali. Lebih banyak menghabiskan waktu bercumbu atau berbincang sambil terkekeh bersama. Menghabiskan malam indah yang rasanya tak ingin cepat selesai. Tetapi sosok Ibu mereka yang sudah berdiri di pintu membuat diam telak. Semalam setelah Taeri masuk, dia hanya menutup pintu tak menguncinya. Jungkook sendiri tak terpikir hal itu sama sekali karena ada Taeri di kamarnya. Melupakan bagaimana dia adalah seorang anak yang sulit bangun sampai harus didatangi setiap pagi.
"T-taeri... J-jungkook." Nyonya Jeon menutup mulut tak percaya.
Tak selesai sampai sana, sang Ayah yang berniat menuruni tangga untuk bergegas bekerja, melewati kamar mereka. Awalnya tak begitu sadar dan berniat berhalau begitu saja, tapi melihat istrinya yang sedang mematung di depan pintu membuatnya berhenti. Lalu tubuhnya kaku seketika menemukan kedua anaknya sedang di atas kasur hanya dengan selimut yang menutupi tubuh mereka. Bahkan baju mereka jelas-jelas tercecer di lantai.
Tahang Tuan Jeon mengeras. Ingin meledak tapi dia adalah tipe pria yang lebih dari itu. "Kalian berdua cepat pakai baju dan temui Ayah di bawah," ujar Tuan Jeon dengan begitu mengintimidasi dan penuh penekanan. Jelas sekali marah. Dia segera turun bersama Nyonya Jeon.
Taeri gemetar saat ini. Kepalanya kacau dan merasa pusing sekali. Napasnya terasa sesak. Panik. Jungkook sama kacaunya. Mengusap wajah sambil menghela napas berat. Namun ketika melihat Taeri, dia langsung merasa khawatir. Segera memeluk gadisnya.
"Noona tenang. Noona," ujar Jungkook lembut berkali-kali agar Taeri tidak mengalami panic attack.
"B-bagaimana ini Jungkook? Kita sudah melakukan kesalahan."
Jungkook menggeleng dan menggenggam tangan Taeri. "Tidak. Ini bukan kesalahan. Apa yang kita rasakan ini nyata. Kita akan menghadap Ayah dan Ibu. Noona tenang ya. Ada aku." Dia lalu mengecup tangan Taeri berkali-kali berusaha menenangkan padahal sebenarnya dia sama takutnya.
Takut sekali bahwa harus berpisah dengan Taeri. Namun Jungkook tak ingin semakin membuat Taeri takut. Jungkook akan menjaga hubungan mereka berdua.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP LOVE ✓
Romance[ SUDAH DITERBITKAN - TERSEDIA DI TOKO BUKU DENGAN VERSI LEBIH LENGKAP, SERU DAN BERBEDA] Pernikahan kedua orang tua mereka menjadikan kehidupan Kim Taeri dan Jeon Jungkook serupa neraka dan surga secara bersamaan. Sebelumnya Jungkook tak pernah m...