xii

65.8K 5K 708
                                    

"Padahal nenek berharap kalian bisa lebih lama lagi di sini. Apalagi Taeri." Nenek Jeon memeluk Taeri ketika mereka semua harus segera kembali ke Seoul.

"Wah Nek, apa sekarang posisiku tergeser? Nenek lebih menyayangi noona daripada aku?" ledek Jungkook sambil terkekeh. Sebenarnya dia menyukai itu. Rasanya seperti melihat kekasih yang dekat dengan keluarganya. Seperti membawa pacar untuk bertemu Neneknya. Walaupun jelas tidak seperti itu adanya.

Nenek Jeon menepuk Jungkook pelan. "Kau ini! Tidak puas selama ini menjadi kesayangan Nenek? Satu-satunya? Sudah saatnya kau berbagi kasih sayang nenek. Dua-duanya kan cucu nenek." Rambut Jungkook diacak-acak dengan gemas. Mengundang tawa dari semuanya.

Taeri juga tertawa. Dan berakhir dengan senyuman tipis sambil memandang Jungkook dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Begitu lembut dan menimbulkan banyak presepsi. Jungkook ikut tertawa. Tepat ketika dia menoleh—dua manik mereka saling bertatapan. Jungkook mendapati Taeri yang tersenyum menatapnya. Membuat dia bertanya-tanya apa artinya sekaligus berdebar. Sementara Taeri malu setengah mati. Ditambah tawa Jungkook yang sangat renyah. Wajahnya langsung memerah. Taeri sangat salah tingkah. Buru-buru membuang muka.

Jungkook senang sekali. Sangat senang.

"Nanti kalau kami sudah menikah, kami akan sering mengunjungi nenek. " ujar Jungkook lagi.

Suasana hening seketika.

Mata Taeri membelalak kaget dengan penuturan Jungkook. Kalimat itu terlalu rancu terlebih kalau mengetahui apa yang terjadi antara mereka berdua sebenarnya. Tapi berbeda lagi dengan yang lain, mengartikan ucapan Jungkook dengan makna—mereka sama-sama menikah dengan orang lain. Bukan menikah berdua.

Jungkook hanya membalas senyuman jahilnya seraya Taeri menatapnya penuh intimidasi. Tak gentar dan malah semakin menjadi-jadi. Menggoda sambil mengerucutnya hidung dan menyipitkan matanya. Menyebalkan dan gemas secara bersamaan.

"Terlalu lama, kalau liburan saja kau ke sini dengan Taeri ya?"

Lagi-lagi Taeri dibuat melotot. Tapi belum sempat mengatakan apapun, Jeon Jungkook sudah lebih unggul. "Tentu. Pasti!"

Taeri sungguh kehabisan kata terlebih ketika Ayah mereka mengusap kepala Jungkook dengan bangga. "Jungkookie benar-benar senang ya sekarang tidak kesepian lagi. Sudah ada Ibu dan kakak."

"Iya, Ayah. Sangat senang."

Persetan dengan senang yang Jungkook katakan!

Tapi keberuntungan di pihak Kim Taeri sesudahnya. Jungkook jelas kalah terlihat dari wajahnya yang ingin melempar ribuan protes namun berakhir dengan bibir terbuka dan mata memelas. "Kau duduk dengan Ayah dan Taeri dengan Ibu."

"K-kenapa begitu?" tanya Jungkook sambil berusaha tidak terlihat terlalu kesal. Tapi sungguh, dia sudah membayangkan akan seperti kemarin. Duduk di kereta bersama Taeri. Memeluk Taeri sambil tidur atau setidaknya berpegangan tangan. Kalau beruntung bisa membubuhi kecupan di—bibir. Jungkook tahu dia mulai kurang ajar, tapi pintu itu telah terbuka. Jungkook tak akan pernah berhenti sekalipun diberi peringatan.

Namun yang terpenting dari itu semua adalah meminta jawaban pertanyaannya kemarin. Berselingkuh, berpacaran—atau apapun itu. Jungkook ingin membuat hubungan mereka ke tahap lebih tinggi. Sesuatu yang tidak didasari hanya pada situasi tertentu. Ingin benar-benar dalam keadaan bertempo tetap.

Tapi hal itu kandas begitu saja. Jungkook sudah bertekat ketika sampai di Seoul nanti, dia akan langsung bertanya. Tak peduli sekalipun belum sampai rumah. Ketika keluar dari kereta dan memiliki kesempatan, Taeri tak akan bisa menghindar lagi.

STEP LOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang