Kembali lagi ia bangkit dari kubangan itu,
padahal sedari tadi hujan telah mengguyurnya dengan lebat.
Tak lelah juga ia meraung-raung,
aku saja lelah mendengarnya.Kutatap mata hitamnya,
ada sedikit rasa iba, tapi untuk apa?
Dia sama sekali bukan sesuatu yang pantas ku kasihani.
Diriku lebih berhak aku kasihi.Matahari tidak akan menghangatmu sore ini,
sebentar lagi malam akan menyelimutimu.
Tak usah menghindar dari warna kelam itu.Tapi jujur aku dapat melihat merah meronamu mencoba menarik jiwaku.
Biar begitu tak akan kubiarkan kau bangkit. Sudah! Tenggelamlah!Way Tenong, 7 Maret 208
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Sajak Penantian
PoetrySejatinya penantian adalah milik dia yang punya harap dan cita. Selamat membaca