Karya Miftah SN
Semakin kelam,
rasanya semakin erat ia memeluk.
Kehangatan pada setiap rintiknya,
memutar balik jarum jam waktu imajiku.
Berapa puluh tahun yang lalu.
Hal terindah, terenyuh, terpatri mati.
Dan lagi makin larut ia bersama dedaunan yang jatuh.
Lagi teringat terus satu demi satu belaian waktuku.
Biar aku lalu kemudian jatuh dalam lelap kalbuku yang merindu masa laluAir Hitam, 3 April 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Sajak Penantian
PoetrySejatinya penantian adalah milik dia yang punya harap dan cita. Selamat membaca