Aku cemburu pada waktu
yang diam-diam mencumbu nyawamu,
meghanyutkanmu dalam melodi yang mendayu.
Kaulah biru dalam doaku,
yang samar dalam kelamnya malam.Katanya malam ini purnama tiba.
Tapi nyatanya purnama itu bukan untukku.
Kemudian hanyut aku dalam sunyi,
terus mengagumi seorang diri.
Sedang kau masih beku tak mau membalas rindu.
Apalah dayaku, aku debu bagimu yang ayu.Aku cemburu.
Kala melihatmu menuang secangkir kopi tapi bukan disampingku.
Meneguknya sambil dibelai angin malam,
lambat laun derik dedaunan mengunci imajinasimu hingga hanya berpadu pada satu sosok teduh didepanmu.Mungkin seketika itu diam-diam kau sedang menulis bait puisi, atau mendendangkan larik lagu yang kau tulis sendiri.
Atau kau sedang melukis wajahnya?
Entahlah!
Aku hanya melihat dalam khayal laut cemburuku.Yang kutau,
Kau masih biru milikku
Dalam lantunan doa hingga penghujung hariku.Air Hitam, 10 Juni 2020
___________________________________________
Terimakasih sudah membaca
Semoga suka
Jangan lupa kasih Vote ⭐nya ya 🙏🏼☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Sajak Penantian
PoetrySejatinya penantian adalah milik dia yang punya harap dan cita. Selamat membaca