Aku tak memintamu hadir dengan segudang hadiah.
Tidak !
Aku hanya memintamu hadir dengan seonggok kata-kata terindah.Pada hati yang hanya seorang diri ini, harusnya kau tau aku hadir bukan dari 21 abad yang lalu.
Aku hadir di abad ini dan untuk 1 abad peradaban kedepan.Kalau sekiranya undanganku tak seindah ekspektasimu.
Tak bisakah kau hadiahkan seutas kritikan.
Mungkin lain waktu akan ku undang dengan lebih megah elegan sekalipun.Kalau sekiranya aku terlalu arogan atas kebisingan rona bahagiaku hari ini.
Untaikan sepucuk surat untukku.
Aku akan terima langsung dari tangan hangatmu.
Biar kuciumi aroma tintamu yang warnanya merekah lebih indah dari kuntum mawar."Kamu" panggilan yang tak lebih romantis dari panggilan manjamu.
Aku masih menyimpan kata tanya. Tak sudikah hadir dalam satu detik senyumku. Lebih kuat bertahankah dalam diam yang tak ingin kuketahui itu.Kupikir kaulah yang arogan. Terlalu angkuh dengan caramu memendam.
Tak akan tumbuh sehelai daunpun karna bukan bibit tanaman yang kau tanam.
Menimbunnya hanya membuang beberapa hela nafasmu.Bandar Lampung, 18 September 2019
"Kalau undangan dari masalalu pun kau hadiri. Kenapa undangan dari masadepanmu tak kau penuhi? Bukankah kau akan pergi menujunya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Sajak Penantian
PoetrySejatinya penantian adalah milik dia yang punya harap dan cita. Selamat membaca