Kalimat itu sekedar membuatmu membenci diriku sementara.
*Andra Dirgantara*
________________________
__________"ARG KAKAK!!"
Vira melihat ada sesuatu menggeliat di bahu nya. Bewarna hijau, kecil dan menjijikan.
Vira ketakutan dengan hewan kecil itu, menyingkirkan ulat tersebut yang mulai menggeliat kesana kemari dengan ranting pohon di tangannya. Ulat tersebut berhasil ia singkirkan dari bahunya.
"Vira harus cari jalan ke--" Vira memekik, kakinya terperosok ke bawah. Lalu terjatuh dengan posisi berguling-guling di atas tanah dataran miring.
"Ya Allah sakit. Vira harus kuat. Gak boleh cengeng." racaunya berusaha bangkit.
Vira memegang lehernya yang sulit untuk bernapas. Berusaha bangkit dengan tenaga yang ada. Vira meringis Ketika akan berdiri. Kakinya terasa nyeri dan sakit. Ia menebak jika kaki kirinya terkilir.
Vira tidak bisa berbuat apa-apa selain berteriak minta pertolongan. Siapa tau ada seseorang yang lewat di sekitar hutan tersebut. Walau kemungkinan kecil.
"Tolong! Tolongin Vira, siapa pun disana! Tolong! Haloooo!" teriak Vira dengan suara yang kian bergetar.
Jujur Vira sangat takut akan kesendiriannya disini. Ditambah lagi hari semakin sore dan kegelapan sebentar lagi menghampirinya.
Tak mungkin ada seseorang yang lewat di hutan yang tak berpenghuni ini. Vira menunduk lemas, mendapati ada sesuatu yang menetes dari kening ke tangannya.
Darah
Vira mengusap keningnya. Benar, ternyata tercetak darah segar tanpa ia sadari. Tangan Vira gemetaran melihat ada darah yang mengalir di keningnya.
Ia phobia darah.
Vira tak sadar kepalanya sempat membentur batu. Muka Vira terlihat pucat karena banyak kehilangan darah. Vira gemetaran, tak tau harus berbuat apa sekarang.
"To-tolongin Vira." teriaknya lemas dengan kekuatan yang masih ada. Vira merasa kepalanya berat, pandangannya berputar. Vira mencekal pelan lehernya yang terasa semakin sulit bernapas.
Vira mengerang pelan, berusaha membuat dirinya tetap sadar. Dia tak mampu menahannya, pandangan gelap itu terus saja datang. Pandangan Vira remang-remang, kabur dan pada akhirnya gelap. Tak ada suara yang dapat ia dengar, hanya pandangannya yang menggelap.
Vira pingsan dalam keadaan kacau.
***
"VIR! VIRA LO DIMANA? VIR,"
"JANGAN BUAT GUE KHAWATIR GINI!"
"VIRA!" teriaknya terakhir kali lebih keras. Dada Andra naik turun karna napas yang mulai terengah-engah.
"Gue Andra! Lo harus teriak nama gue jika dengar suara gue."
"Sebut nama gue!" ucap Andra didalam hati. Seolah melakukan telepati bersama gadis itu.
Andra terdiam di tempat. Tak ada suara siapa-siapa selain suara penghuni hutan dan detakan jantungnya yang berdetak kuat. Andra tak tahu harus gimana lagi sekarang. Andra mendongak, bahkan sinar matahari tak menembus lebatnya daun.
"Kenapa lo harus masuk ke hutan dan nyelakain lo sendiri?" lirih Andra memindai sekitaran hutan yang lebat.
Pandangan Andra tidak terlepas menelusuri setiap sudut di hutan dengan jeli. Andra menggerutu karna beberapa kali ia tersandung ranting. Tak kehabisan akal, dia mengeluarkan ponselnya dengan tangan yang gemetaran. Mencari nomor Vira dengan tergesa gesa lalu menekan tombol Call.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is My Senior🌌 {TAMAT}
Teen Fiction[SELESAI REVISI] ____ Suatu rahasia yang perlahan terkuak ketika Andra Dirgantara mulai berhubungan dengan gadis yang bernama Savira Winaya. Gadis yang awalnya sangat merepotkan, berisik, cerewet tapi sangat baik hati. Andra, Senior yang sekaligus...