Aku gak keberatan jika harus menunggu untuk beberapa saat. Tapi tetap harus beri aku kepastian. Karena aku juga manusia biasa yang bisa capek, lelah jika menunggu sesuatu yang tidak pasti kau berikan.
-Savira Winaya-
_____________________________________
"GUE DISINI!"'Kok gue denger kayak ada yang teriak di belakang'
Fifah menoleh ke belakang dimana ia mendengar seseorang berteriak. Fifah gelagapan ketika rombongannya tertinggal jauh, bingung harus kembali atau mengikuti rombongan.
"Eh, kalian denger gak?" teriak Fifah pada rombongan kelompok. Menghentikan beberapa anak yang melakukan pencarian.
"Lo denger apa Fah?" tanya salah satu dari mereka.
"Sssstt, semua diam. Kalian denger sendiri." ucap Fifah dengan telunjuk di bibir. Memerintah semua untuk diam.
"HEY GUE DISINI!" Lagi dan lagi suara itu kembali menyeruak di hutan yang sepi.
"Iya, gue denger. Semuanya, kita ke tempat semula!" suruh Toni si ketua rombongan, semua mengangguk kembali ketempat semula.
Betapa terkejutnya mereka melihat seseorang yang mereka cari sudah berdiri di mana mereka memberikan sebuah kain yang mereka ikat di pohon tadi.
Semua mendekati Andra dan juga Vira. Semua menatap dengan tatapan bingung.
Apa Vira terluka?
"Lah, ini Vira kenapa digendong sama lo?" sinis Fahri menatap tidak suka Andra. Ia masih ingat, penyebab adiknya begini adalah Andra sendiri.
"Kakinya keseleo makanya gue gendong." jawab Andrq tak kalah sinis dengan raut datar.
Fahri sekilas melihat ke kaki Vira bergantian memandang Andra dengan tatapan tidak sukanya.
"Naik ke punggung kakak dan jangan membantah!" tegasnya dengan membungkukkan badan.
Vira mengangguk kecil, menuruti kemauan Fahri. Kalau kakaknya sudah marah seperti ini kelihatan ...
'Serem' batin Vira bergidik ngeri.
Andra menurunkan Vira perlahan lalu beralih naik ke punggung Fahri. Delia yang melihat kejadian barusan nyengir tidak suka ke arah Vira.
"2 pangeran perhatian banget sama cewek tengil kek dia." lirih Delia pelan dengan tatapan tajamnya ke arah Vira yang tak berhenti menebar kebencian.
Alasan ia ke sini untuk mencari Andra. Bukannya melihat drama murahan seperti ini. Delia bergematuk marah.
***
Kini semua kembali ke perkemahan. Fahri masih menggendong Vira sedangkan Andra mengekori dari belakang.
Andra menatap datar abang-adik itu. "Sok kalem lo, Ri." sinis Andra.
Delia berjalan di sampingnya. Daritadi mengoceh nggak jelas, membuat Andra ingin sekali menguburnya hidup-hidup. Delia merengek sembari menunjuk Vira, tidak terima jika cewek itu terus saja dekat bersama prianya.
"Ndra, kok kamu bisa sama cewek tengil itu sih? Kamu tau gak, aku khawatir banget sama kamu setelah aku denger dari anak- anak bahwa kamu--"
Andra menggeram. Langsung menghentikan langkahnya dan menatap Delia yang kini juga menghentikan langkahnya. "Lo bisa diem gak? Pusing kepala gue denger lo ngoceh terus, lo dengan dia sama saja. Berisik, cerewet!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is My Senior🌌 {TAMAT}
Novela Juvenil[SELESAI REVISI] ____ Suatu rahasia yang perlahan terkuak ketika Andra Dirgantara mulai berhubungan dengan gadis yang bernama Savira Winaya. Gadis yang awalnya sangat merepotkan, berisik, cerewet tapi sangat baik hati. Andra, Senior yang sekaligus...