Keesokkan harinya
Vira duduk di teras rumah, menunggu seseorang yang ia tunggu sejak tadi. Ia sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Vira bersorak senang, tak sabar melihat wajah pria itu. Bukan karna sengaja ataupun tak sengaja, ia hanya kebetulan saja meminta Andra untuk menjemputnya. Terlebih lagi kakaknya sedang sakit sekarang, meriang katanya.
Vira mengayunkan kedua tungkainya di antara kursi untuk penghilang bosan.
Walau bukan kali pertamanya Andra menjemput, Vira tetap merasa bahagia menyambut pria itu.
"Dek!"
Sahutan itu membuat Vira mengelus dada kaget. Kepalanya tergerak ke samping. Gadis itu hampir saja tertawa melihat penampilan laki-laki di sebelahnya.
"Buat apa kakak make baju kayak gitu? Aneh tau gak." tunjuk Vira ke arah Fahri yang memakai sweeter tebal, topi kupluk mbah surip, sarung tangan oven, syal 3 lapis warna warni dan sepatu boot beda warna.
"Gue kan meriang, Vir." jawab Fahri dengan nada bergetar.
"Dimana-mana kalau orang meriang gak juga sampai harus penampilan kek gini kalik kak. Paling di balut pake selimut tebal udah cukup hangat."
"Terserah gue, hidup-hidup gue yang merdeka bukan seperti orang-orang atau manusia."
"Loh, emangnya kakak bukan manusia?"
"Manusia sih. Cuman gue bosan juga jadi manusia." sahut Fahri cuek.
"Kenapa gitu?"
"Gue bosan makan, berjalan, bernapas, ngomong, marah, sen--"
"Mati aja kalau gitu" semprot Vira dengan tak enak.
Fahri terkekeh, setidaknya ia dapat hiburan gratis pagi hari ini. Vira kembali bersenandung dengan ria, Fahri tau adiknya sedang senang sekarang.
"Ngapain masih di sini? Kalau meriang kudu istirahat bukan ngepoin orang nungguin doi. Nanti jadi nyamuk malah Vira yang disalahin." sindir Vira tak mau peduli.
"Bilang aja lo perhatian sama gue,"
"Kakak itu beneran sakit apa kagak sih?"
Dalam sedetik, Fahri memegang kepalanya dan meringis pelan. Menatap Vira dengan raut wajah seolah-olah pucat.
"Kepala gue mules."
"Mules itu perut, bukan kepala."
Fahri nyengir, beralih ke perut dan meringis kesakitan
"Perut gue pusing. Migran sebelah."
"Ketuker mulu posisinya!" jerit Vira.
Fahri mendesis tajam, selalu saja ia yang salah. "Intinya gue sedang sakit sekarang. Kepala gue mules, perut gue migran, badan gue meriang. Kalau lo gak percaya cek aja sendiri."
Kedua bahu Vira mengedik. Tak mau membuat mood-nya down pagi ini. Ia harus tetap tersenyum untuk menunjukkan image yang baik.
Vira menatap tempat bekal di pangkuannya, dengan iseng membuka penutup bekal dan melihat isinya yang ternyata masih panas dan beruap. Gadis itu sengaja membekalkan Andra nasi goreng komplite, supaya pria itu memiliki makanan favorite lainnya selain spageti. Vira kembali menutup tempat bekal dengan senyum sumringah.
Vira menjauhkan wajahnya saat Fahri melempar kertas tepat ke wajahnya tanpa berdosa.
"Bisa gak sih, satu hari aja jangan buat mood Vira down?"
"Gak bisa. Karna ganggu hidup lo udah jadi prioritas gue."
Vira manyun, "Tau ah, kakak memang selalu nyebelin di luar maupun di dalam."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is My Senior🌌 {TAMAT}
Fiksi Remaja[SELESAI REVISI] ____ Suatu rahasia yang perlahan terkuak ketika Andra Dirgantara mulai berhubungan dengan gadis yang bernama Savira Winaya. Gadis yang awalnya sangat merepotkan, berisik, cerewet tapi sangat baik hati. Andra, Senior yang sekaligus...