❄ Perseteruan • 23

9.3K 347 5
                                    

Sesederhana itu kah membuatmu tersenyum? Walau dalam hal tersulit pun.

-Andra Dirgantara-
_________________
___________________________


Vira memeluk tubuhnya yang menggigil. Mata nya sembab sehabis menangis. Vira meringkuk kedinginan dibalik pintu toilet. Bahkan kulit jari-jarinya mengkerut karena efek dingin dari air.

Bertepatan dengan itu, pintu terbuka. Membuat cahaya langsung menyeruak masuk di ruangan gelap tersebut. Vira terlalu lemas untuk berlari keluar.

"Vira!" Andra beringsut mendekat. Vira mendongak dengan bibir bergetar pucat.

Andra terkejut melihat baju Vira yang basah kuyup dan juga kotor. Gadis itu meringkuk memeluk dirinya.

"Lo bertahan. Oke?" Dengan gerakan cepat Andra menyelimuti Vira dengan jaket yang menempel di tubuhnya. Mendekapnya berharap tubuh gadis itu tetap hangat.

"Vira takut, Ndra. Tadi itu ge-gelap banget. Vira salah apa sampai Kak Delia te-tega ngelakuin itu sama Vira?" lirih Vira dengan air mata yang sudah mengering membuat kedua matanya kaku dan sembab.

Andra merasa iba, tangannya terangkat ingin memeluk Vira. Tak bisa, tak seharusnya ia melakukannya. Alhasil, Andra mendaratkan kepala Vira di bahunya untuk bersandar.

"Jangan takut. Gue selalu ada untuk lo. Selalu ada disamping lo." Suara bernada pelan itu berhasil membuat kondisi Vira agak tenang.

Hanya isak tangis Vira yang seolah-olah menjawab perkataan Andra. Andra menyingkirkan kepala Vira pelan, berucap tanpa menoleh sedikit pun.

"Kita keluar dari sini." ajak Andra mengajak Vira keluar. Andra memegang Vira agar tetap seimbang. Andra membawa Vira duduk di kursi.

"Apa lo benci sama Delia?" tanya Andra tiba-tiba.

"Selama ini, bunda gak pernah ngajarin Vira tentang kebencian. So, sekalipun Kak Delia ngelakuin ini ke Vira, Vira gak pernah benci. "

"Sekalipun dia udah nyakitin lo?" tanya Andra lagi.

"Hu'um. Cuman Vira bingung kenapa Kak Delia ngelakuin itu sama Vira. Vira salah apa sama Kak Delia?"

Andra mengacak rambut Vira gemas. Selain bersisik, Vira juga baik hati. Tak heran ia banyak dikagumi. Selain cantik hatinya juga baik.

"Dia cuman kesal aja karna lo ngedeketin gua mulu. Dari awal kan gua udah bilang ke lo buat ngejauhin gua." ucap Andra datar.

Pletak

"Aaaaaw!" pekik Vira mendapat sentilan di dahi. Tidak begitu keras dari Andra.

"Lo aja yang keras kepala." lanjut Andra nyengir melihat Vira menatapnya cemberut.

'Ini masih awal belum ke inti permasalahan ketika lo makin ngejar gue.' Sayangnya, Andra mengatakan itu di dalam hati. Ia tak mau Vira berusaha untuk menanyakan hal itu.

"Gue tinggal bentar."

"E-eh! Mau kemana?" Vira menahan tangan Andra. "Katanya selalu ada di samping Vira, tapi ini malah ditinggalin." rengek Vira.

Andra mendesah berat, "Lo tunggu aja bentar, sewot amat."

Vira mencebikkan bibir, tangannya mendorong bahu Andra dengan kasar. Mengusirnya terang-terangan.

"Sana! Jangan ngomong kalau gak bisa buktiin."

Andra mendengus kasar.

"Lo nyebelin, pria batu kaku!" teriak Vira ketika Andra sudah jauh.

My Boyfriend Is My Senior🌌 {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang