❄ Tugas atau Khawatir? • 2

19.8K 683 5
                                    

Sensasi yang selalu aku rasakan di dekat mu berbeda dari yang lain. Ini terasa lebih dingin dan sakit pada waktu bersamaan dalam satu rasa.

-Savira Winaya-
_________________________
__________

Seseorang mengguncang tubuh Vira dan menepuk pelan pipinya. Suara familiar itu membuat Vira memaksakan untuk membuka mata. Tangannya menyentuh pelipis kepalanya yang masih terasa berdenyut.

Matanya berkedut menyesuaikan cahaya, cahaya silau memaksa masuk ke kornea matanya. Vira menggusal matanya sebelum akhirnya ia terbiasa.

"Raa ... Vira lo udah sadar? Gimana, masih pusing nggak?" Suara itu membuat Vira mengerutkan dahi.

"Fifah? Um, Vi-Vira dimana?"

"Lo ada di UKS, Vir. Tadi lo pingsan."

Vira mematung. Pingsan? Jadi, bagaimana dengan hukumannya?

"Bego, Vira bego!" Vira menepuk jidat. Fifah mengerut heran.

"Vira harus balik ke lapangan sekarang!" jeritnya tertahan, ingin bangkit. Namun, tubuhnya ditahan oleh gadis di sebelahnya.

"Ngapain balik ke lapangan lagi? Lo nyari mati?" tanya gadis itu sinis.

"Udahlah, di sini aja. Lo masih lemah. Lupaiin hukuman itu. Mereka juga pasti paham kok." Perkataan tajam itu membuat Vira berpikir sejenak, lalu mengangguk kecil. Ada benar nya juga.

"Kenapa tadi lo dihukum lari?"

"Terlambat," Vira cengengesan.

"Kebiasaan!" Fifah menoyor jidat Vira. "Pasti ngebo kan tidurnya? Dasar, gak berubah banget lo."

Tak lain ternyata Fifah, sahabatnya sewaktu masih duduk di bangku Smp. Teman yang selalu ada untuknya. Gadis dengan nama lengkap, Afifah Azahra Adinda. Gadis yang kerap di panggil Fifah. Memiliki postur tubuh tinggi dan memiliki rambut tergerai panjang sebahu. Gadis itu cantik dengan kulit seputih susu yang ia miliki. Berbeda dengan Vira yang cenderung memiliki warna kulit sawo matang. Fifah juga memiliki mata yang sipit sedangkan Vira memiliki mata bulat dan besar.

"Kok Fifah bisa tau Vira di Uks?"

"Jenguk lo lah. Tadi ceritanya gue habis dari toilet trus gue lihat banyak yang datang ngerumunin lapangan, ya gue penasaran lah. Jadi gue lihat ada apa sebenarnya. Eh taunya lo yang pingsan, Vir."

Vira menghela napas kasar.

Ekspresi Fifah langsung berubah, ia seperti melewatkan obrolan yang penting. "Eh Ra, lo tau gak siapa yang gendongin dan bawa lo kesini?" Fifah melirik Vira yang tampak biasa saja.

"Gak tau. Emangnya siapa?"

"Ketua Osis yang famous itu. Aduh siapa sih namanya, gue lupa,"

Vira menatap Fifah yang tengah mengetuk pelipisnya dengan jari telunjuk. "Kalau gak salah namanya Al ... An ... ndra. Ya! Andra namanya." serunya.

Mata Vira mengerling dengan kedua alis hampir menyatu, seperti baru saja mengenali sosok tersebut. Sontak saja ia kembali terbayang dengan bola mata hijau itu. Bola mata yang begitu teduh, siapapun yang melihatnya akan terkesima takjub. Bola mata yang menatap dirinya ketika di lapangan tadi.

Vira tertawa sumbang dan memukul lengan gadis itu pelan. "Ah, jangan bercanda deh Fah. Vira nggak--"

"Aelah, si curut. Siapa yang bercanda ondel." potong Fifah akhirnya.

My Boyfriend Is My Senior🌌 {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang