❄ Cemburu • 47

6.5K 267 4
                                    

Cemburu berarti sayang, bukan hal yang berlebihan.

______________________________________________________


Sesuai perkataan Vira tadi pagi, gadis itu kini melangkah dengan girang menuju kelas Andra. Vira tak terlalu peduli dengan tatapan kakak kelasnya yang bahkan menunjukkan tatapan sinis. Yang hanya bisa di lakukannya membalas dengan senyuman ramah.

Segerombolan kakak kelas songong mendekat ke arahnya, ketiga cewek itu melirik sekilas. Vira mengangguk sopan tapi ketika ia lewat dengan sengaja perempuan itu menyandung kaki Vira hingga terjatuh.

"Cewek ganjen jatuh, guys." jeritnya heboh lalu tertawa jahat.

Vira meringis, memegangi lututnya yang sakit. Vira mendongak, menatap ke- tiga cewek di depannya dengan heran. Ia berusaha untuk berdiri walau terlihat sulit. Kakinya sangat perih.

"Kenapa kakak ngelakuin itu? Kakak tau kan itu bahaya banget!"

Salah satu dari mereka maju selangkah. Cewek dengan rambut blonde dan songong. Penampilan yang tidak seharusnya ditunjukkan di sekolahan dengan pedenya ia perlihatkan di hadapan orang.

Cewek itu juga mendorong bahu Vira kasar dengan telunjuknya. "Itu balasan untuk cewe gak tau diri seperti lo. Karena lo, Delia berubah!"

Vira memperhatikan name tag di bajunya, Tari Anastasia Citra Indah. Nama itu mengingatkan Vira pada sesuatu. Ah, iya. Ini nama kakak kelas yang menguncikannya di toilet waktu lalu sama Delia. Ya, Vira mengetahui kejadian itu karna Andra sempat memberitahu dirinya harus berhati-hati dengan perempuan satu ini. Ralat, bukan hanya satu tapi ke-tiganya.

Vira kembali menatap manik mata hitam yang terlihat marah itu

"Berubahnya sifat seseorang dari kemauan dirinya sendiri. Mungkin dia udah sadar kalau perbuatannya itu salah."

Ketiganya berdecih sinis. Melipat dada dan memandang Vira dengan sombongnya.

"Berhenti ngelabrak orang lain kak, hormati orang yang lebih muda atau lebih tua dari kakak."

Lorong di penuhi dengan tatapan kagum, pasalnya tak ada yang berani ngebantah perkataan geng yang paling berkuasa itu. Dan Vira, gadis pertama yang berani menegur sikap salah dari geng tersebut.

Ketiga cewek itu kikuk, mereka seperti kalah saing. Banyak yang membenarkan ucapan adik kelasnya ini.

"Eh, siapa lo berani ceramahin kita-kita. Ingat, lo itu lebih rendah dari kita semua. Lo itu hanya adek kelas yang patut di injak-injak."

"Semua orang derajatnya sama. Gak ada yang lebih tinggi ataupun rendah." celutuk Vira dengan logis.

Ana, menyingkut lengan Tari. Berbisik merasa kalah. "Stt, gimana nih Tar. Di sini kita memang seperti orang bego atau memang salah gak bisa melawan?" desis Ana berbisik.

Tari semakin geram, merasa tersudutkan seperti ini.

"Dasar adek kelas gak tau diri!" Tari mengangkat tangannya, mengambil ancang-ancang.

Vira memejam matanya kuat, tak berani melawan. Hanya pasrah pipinya akan menjadi korban tamparan Tari.

Vira menahan napas, tak ada rasa sakit yang menghantam pipinya. Vira membuka matanya dengan perlahan, kemungkinan ini lebih buruk di bandingkan jika berhadapan dengan bundanya ketika marah. Bundanya ketika marah gak pernah main tangan dan ini kakak kelasnya yang nyatanya bukan siapa-siapa Vira dengan beraninya main kekerasan.

Sebuah tangan menahan pergerakan Tari. Alasan mengapa tamparan itu tak kunjung mendarat di pipinya.

"Lo kakak kelas tapi sikap lo kek bukan kakak kelas. Otak lo mana? Cecer?"

My Boyfriend Is My Senior🌌 {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang