❄ Dua Pesan • 41

6.8K 312 67
                                    

Aku lemah ya, ngeliat senyum kamu aja aku udah ambyar

-Savira Winaya-

_____________________________________________

Andra menatap Vira di depannya, menunggu perkataan yang sempat terhenti. Andra memajukan tubuhnya yang di batasi meja makan dan menaruh kedua tangannya di atas meja.

Apa ia harus mengatakannya? Tapi ia takut gadis itu akan terluka lagi karenanya.

Andra menghela napas kasar, mencoba menepis pikiran terburuknya. Ia bisa melakukan ini.

"Vir, gue pengen keputusan gue balik lagi seperti awal."

"Maksudnya?" tanya Vira tak paham.

"Jauhin gue."

Jantung Vira berdesir kuat. Mendadak ia sedih mendengar kalimat yang keluar dari mulut Andra. Pria itu selalu meminta dirinya untuk menghindar. Apa yang sebenarnya yang terjadi?

"Ta-tapi kenapa?" lirih Vira dengan suara parau.

"Gue gak bisa bilang alasannya kenapa. Yang jelas ini menyangkut tentang pribadi lo, terlalu berisiko,"

"Vira gak peduli, mau itu merugikan atau menguntungkan. Yang penting Vira masih bisa tetap di samping Andra."

"Pliss, Ra. Kali ini aja dengerin apa kata gue." pinta Andra lembut.

Vira menggeleng.

"Enggak. Vira gak bakalan narik perkataan Vira tadi." tekan Vira melipat kedua tangan di atas meja.

"Apa lo gak merasakan dari awal kalau lo itu di intai?" ucap Andra masih tak menyerah.

Vira diam, ia tak bisa menjawab. Gadis itu menunduk, memainkan cincin di jari manisnya.

"Lo inget gak pas acara prom night party? Disitu ada tragedi, kalau saja gue gak ada di samping lo mungkin lo saat ini gak ada di depan gue." lanjut Andra mencoba mengorek kejadian minggu lalu.

"Semua itu terjadi ketika gue ada di samping lo, Vir. Lo gak nyadar sama sekali, hem?" sambung Andra.

Vira diam sejenak, menggigit bibir bawahnya seperti ada yang dipikirkannya.

"Itu kebetulan aja, Ndra. Semua gak ada sangkut pautnya dengan tragedi itu. Tragedi itu hanya kecelakaan." sungut Vira dengan santai disertai tawa kecil yang terdengar seperti paksaan.

"Vir, gue gak bercanda sekarang!" ucap Andra menekankan kata-katanya.

"Siapa juga yang bercanda." balas Vira balik. Tangannya terkepal di bawah meja,menahan rasa sakit.

"Vir kalau lo sampai kenapa-napa gue--"

Vira berteriak, menyela omongan Andra seraya menutup telinga. "Vira gak dengar, gak mau dengar permohonan lagi."

Andra mengacak rambutnya frustasi, Vira memang keras kepala. Perkataannya bahkan tidak satupun meresap di otak gadis itu.

"Jalan terbaiknya hanya dengan cara itu." Andra memberitahu.

"Dengan jauhin gue. Dengan begitu tak ada yang ngancam lo."

Andra menghela napas, menggapai tangan Vira. Gadis itu menunduk, Andra tau kalau Vira kenapa-napa.

"Karna gue peduli sama lo. Ntah kenapa gue tidak tenang kalau lo ..."

Andra tidak melanjutkan ucapannya. Vira yang tadinya mendengar seksama kini menunggu jawaban itu selanjutnya.

My Boyfriend Is My Senior🌌 {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang