chapter 12

656 93 15
                                    

👧👧👧👧

MAURA

Malam ini aku datang seperti biasa, melupakan kejadian heboh malam kemarin dengan angan-angan Darren telah menungguku di ruangannya. Namun belum saja aku tiba di rungan Darren, aku di cegat dengan ramainya beberapa dokter magang dan perawat di bagian papan Informasi. Akupun melihat Tasya yang nyaris pergi dari kerumunan. Ia menghampiriku yang terpaku memandang heran kerumunan itu.

"Udah gak usah heran begitu, jadwal praktek kita diganti jadi siang." Jelas Tasya. Aku semakin terpaku, tak percaya dengan apa yang aku dengar, dengan tergesa-gesa ku pastikan namaku ada disana. Dan, memang benar nama itu jelas-jelas terpampang di kolom sift siang.

"Loh bukannya jadwal tuh berubah 1 minggu lagi yah..."

"Iya nih, ko bisa dirubah dadakan gini sih..."

"Lo liat juga dong posisinya dirubah juga..."

Desas-desus dibelakang telinga ku membuatku tersadar, jika aku pun di gantikan posisinya, aku tak lagi jaga di ruangan khusus namun sama-sama di IGD layaknya Tasya. Lagi-lagi tangan lembut itu melingkar dibahuku. Ku lirik Tasya, matanya menguatkanku seolah aku harus ingat dengan janjiku pada ayahnya Darren tadi pagi.

Ku turunkan tangan Tasya dan berlari menuju ruangan profesor Vera yang jaraknya tak jauh dari ruangan Darren, aku tak memperdulikan apapun yang aku inginkan adalah alasan mengapa ia dengan mudan menyatukan prasaan diantara pekerjaan.

Aku menghela nafas panjang ketika aku tiba di ruangannya, aku terpaku di depan pintu, tangan kananku ku angkat untuk bisa mengetuk pintu, namun belum saja ku ketuk pintu itu terbuka lebar hingga membuat jantungku berdebar. Wajah jutek dan dingin itu terpampang di hadapanku. Aku kembali menghela nafas panjang berusaha setenang mungkin menyampaikan pendapatku.

"Malam prof, boleh saya bicara sebentar?" Tanyaku. Ia memandangku tanpa ekspresi apapun, hanya posisinya berubah, dan aku tau sepertinya ia siap mendengarkan keluhanku.

"Tentang jadwal?" Tebaknya. Aku mengangguk, tiba-tiba keringat muncul di seluruh sisi tubuhku, rasanya gugup terlebih aku dengan mudah mengingat bagaimana ia marah padaku pagi tadi.

"Kenapa semua jadwal dirubah prof dan posisi kami juga?" Tanyaku.

"Jawabanya sudah jelas. Kamu gak sadar?" Tanya ia balik, tanganku semakin bergetar.

"Saya tau saya salah, tapi prof gak harus merubah keseluruhan jadwal sebelum waktunya. Hanya karena kesalahan saya." Bujukku.

"Kalian itu tim, satu orang membuat kesalahan dalam tim itu artinya tim kamu juga akan merasakan akibat dari perbuatannya itu." Jelas prof Vera sambil memangku tangannya. "Ada lagi?"

Aku terdiam, ia berdiri cukup lama menanti penjelasan dariku, namun tak juga mampu ku keluarkan, akhirnya prof Vera berlalu di depanku. Namun, aku kembali mengejarnya.

"Prof... saya mohon tetap ijinkan saya tugas di ruangan khusus." Pintaku.

"Kamu gak malu dengan kejadian kemarin?" Tanya profesor Vera menatapku tajam. "Saya merubah semua jadwal sebagai peringatan buat kamu, bahwa peraturan yang ada itu bukan hanya untuk di baca tapi di patuhi! Kamu fikir saya akan membiarkan kamu begitu saja setelah dengan semena-mena kamu bertindak seperti kemarin?" Aku terdiam. "Ini kesempatan terakhir kamu, kamu tau apa yang paling buruk bagi dokter magang ketika ia membuat masalahkan?" Aku kembali terpaku, dengan air mata tiba-tiba terjatuh di pipiku. "Satu lagi," matanya semakin tajam. "Jangan pernah berani-beraninya mendekati ruangan Darren!" Aku tersentak, aku kembali mencegat langkah profesor Vera karena mendengar pernyataan akhir yang membuatku berfikir aku tak bisa diam saja menyangkut Darren.

HOPElessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang