Chapter 27

524 101 13
                                    

👧👧👧👧

MAURA

1 Tahun berlalu...

Aku duduk diatas bukit, menikmati Sunrise yang merubah gelap dunia menjadi jingga. Membidik pancaran cahaya itu dengan lensa kamera. Aku tersenyum ketika kudapatkan gambar yang indah. Memeriksa kembali angle yang pas dari posisi dudukku diatas batu besar.

"Darren pasti suka..." Gumamku.

Ku nikmati semilir angin yang dingin, menusuk kedalam hidungku. Ku pejamkan mataku, kembali mengenang saat kami duduk berdua di bukit ini satu tahun yang lalu. Aku tersenyum memabayangkan Darren tertawa saat itu.

ㅡㅡㅡㅡ

1 Tahun yang lalu...

Menuju Gunung Bromo...

Berkali-kali prof Vera memeluk Darren. Begitupun dengan prof Juan. Aku tahu betapa berat membiarkan putra berharga mereka pergi agak jauh. Berkali-kali mereka membisikkan sesuatu dan menciumi Darren, Darren tersenyum dan mengangguk.

Mereka bilang tak bisa ikut berangkat hari itu, dan akan menyusul malam harinya, karena ada oprasi mendadak di rumah sakit.

"Aku akan baik-baik aja, ibu ingatkan seminggu yang lalu aku kepantai? Gak ada masalah dengan kesehatan aku" Kenang Darren. Prof Vera mengangguk.

"Inget ya nak, obat itu hanya boleh kamu minum bila kamu merasa tubuh kamu terserang alergi dan sesak nafas." Pintanya, Darren kembali mengangguk.

Kamipun berjalan masuk menuju pemberangkaatan, kebetulan kami naik pesawat. Darren bilang, ini bukan pertama kalinya ia naik peswat, karena ia pernah berkali-kali berobat ke Jerman atau keSingapure ketika ia masih kanak-kanak. Aku lega...

Juga,

Aku lega karena aku lihat Darren baik-baik saja setelah liburan singkat kami ke pantai minggu lalu, ia tertawa bahagia di bawah sianar matahari. Darren yang berkilauan di mataku, semakin berkilau dengan tawanya.

Ku raih tangan Darren dan kami saling menggenggam, ia tersenyum padaku. Genggaman ini seolah penegasan bahwa tidak ada yang perlu di takutkan selama kita saling memiliki, selama kita saling percaya bahwa cinta ada diantara kita berdua.

Kami masuk kedalam pesawat dengan tangan yang tak terlepas, kami duduk disamping jendela pesawat. Kami duduk saling pandang, seolah pemandangan wajah kami adalah yang terindah daripada apapun. Aku menyenderkan kepalaku di bahunya yang hangat. Ia membelai tambutku penuh kasih, dan mengelus pipiku lembut.

"Tidurlah, nanti aku bangunin kalau udah sampe." pintanya. Aku mengangguk sambil memeluk tangannya.

Nyaman, wangi dan hangat. Aku bisa menghirup aroma tubuh Darren yang segar. Ia.memakaikan kacamata hitam padaku dan tersenyum.

"Cantik." Gumamnya. Aku tertawa geli. Ia kembali membelai rambutku hingga aku terlelap dan jatuh kedalam mimpi yang sangat indah.

Saat itu,

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

👦👦👦👦

DARREN

Peswat lepas landas dengan cepat, kami berada diantara langit, ku pandangi awan-awan putih beriringan, ku pandangi Maura yang terlelap di bahuku. Tentu saja ia terlelap begitu menemukan tempat yang nyaman, karena dari kemarin ia adalah orang yang paling sibuk mengurus kepergian kami. Ia tak ubahnya seorang bidadari. Kecantikannya memenuhi segala aspek. Ia sangat cantik secara fisik, hati juga fikiran. Ia banyak memberiku inspirasi dan kekuatan. Darinya seolah Allah telah memberiku kekuatan, tenaga, sampau terkadang aku termenung... apa yang sesungguhnya yang ia miliki hingga bisa memberiku banyak kebahagiaan.

HOPElessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang