Chapter 24

553 100 10
                                    

👦👦 👦👦

DARREN

Setelah keheningan yang kami ciptakan, setelah penantian beberapa saat kala Maura meminta memilih diantara kami. Aku berdiri tanpa menunggu Maura menentukan pilihannya, karena aku tak ingin ia memilihku dan terjebak dalam cinta butanya padaku, terjebak dalam cinta yang tak mungkin menjaminkan masa depan apapun padanya. Ku tatap Maura dan berdiri di depannya.

"Aku bersyukur... Sangat bersyukur bisa mengenal kamu Ra... Aku gak bisa gambarkan seberapa besar rasaku ini..." Ungkapku. "Maura... Kamu berhak bahagia di luar sana... Kamu bisa melakukan apapun yang ingin aku lakukan..." Tambahku. Maura mengangkat kedua alisnya. "Maka dari itu, dengan segala kebaikan yang kamu berikan ke padaku... Alangkah baiknya jika kamu mendapatkan yang terbaik." Mata Maura berkaca-kaca, seolah bisa menebak apa maksudku, aku menghela nafas panjang, air mataku terjatuh secepat kilat, menetes dan lenyap entah jatuh kemana. "Aku bukan pilihan..." Tambahku. "Aku gak pantes untuk kamu pilih..." Air matanya turut terjatuh, ia mendekat menatapku tajam, menatapku dengan tatapan menekan seolah matanya bertanya-tanya.

Apa itu yang bener-bener kamu mau?

Apa kamu ingin kita benar-benar kamu inginkan?

Apa kamu jujur Darren?

Ia merunduk sejenak, aku tahu ia berusaha menahan tangisnya, ia segera menghapus air matanya sendiri sebelum aku mengambil inisiatif. Ia kembali menatapku tajam, menentangku dengan tatapannya. Namun Rillan menariknya hingga tubuhnya membelakangiku.

"Kamu dengerkan? Orang yang kamu perjuangkan gak pernah mau jadi pilhan kamu!" Tegas Rillan. Maura menangis, ia merunduk dan seketika Rillan memeluknya. "kita lupakan semua Ra... Kita mulai dari awal... Aku akan menerima kamu apa adanya... Kita bisa membangun rumah tangga yang sukses..." Bujuknya. Maura masih terdiam dan menangis tersedu-sedu. "Jika kamu ingin bahagia... Maka aku akan berusaha Ra... Bahkan jika kamu minta keliling dunia... Akan aku lakukan!" Tambah Rillan.

Seketika Maura melepas pelukan Rillan.

"Lan... Kamu pernah lihat orang yang gak cinta menangis ketika melepaskan seseorang yang tidak dia cintai?" Tanya Maura. "Mata hati itu gak pernah bohong Lan... Dan anehnya aku lebih percaya tatapan Darren dari pada ucapan kamu." Jawab Maura. Aku merunduk, sungguh tak bisa ku tahan rasa duka ku, terlalu sulit... Terlalu sakit...

"Lalu aku janji pakai apa Ra? Terus aku gunakan apa supaya kamu percaya... Kalau aku... Kalau aku juga cinta sama kamu..." Desak Rillan.

"Ra... Rillan bener... Aku yakin dia sungguh-sungguh." Tambahku. Maura menoleh dan memelototiku untuk pertama kalinya, matanya memerah, air matanya terus berderai.

"Kalian siapa???" Teriaknya. "Kalian siapa sampe aku harus dengerin kalian berdua? Ini hati aku... Aku adalah orang yang paling berhak menentukan apa yang akan aku pilih, siapa yang aku cinta!!!" Teriak Maura. Aku lagi-lagi teridiam.

"Terus kamu akan memilih laki-laki macam dia??? Laki-laki lemah yang sepanjang hari terbaring di rumah sakit??? Kamu udah gila!!!" Bentak Rillan. Maura mendekati Rillan dan menamparnya.

"Jaga mulut kamu!!! Kamu fikir kamu sempurna? Kamu fikir, dengan kamu memiliki harta yang berlimpah, kekuasaan, tubuh yang sehat kamu sempurna?" Bentaknya. "Nggak Lan... Kamu rendah dimata aku... Aku gak selevel sama kamu..." Mata Rillan terbelalak seolah sebentar lagi Maura akan disantap oleh tatapannya. "Kenapa? Kamu baru sadar?" Tangan Rillan terangkat, sedikit saja aku terlambat mungkin tangan itu sudah menampar keras pipi Maura, namun ku tahan dan ku tutupi tubuh Maura dengan tubuhku.

"Dua kali Lan... Dua kali lo pecahin masalah dengan kekerasan..." Kataku. Ia tampak di penuhi amarah, hidungnya membesar. "Dia orang yang lo cintaikan?"

HOPElessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang