Scene : 35

4.1K 446 83
                                    

Hai, selamat malam.
Maaf untuk keterlambatan update untuk cerita yang alurnya sudah kesana kemari ini.

Selamat membaca dan selamat malam.



--



Keadaan kamar Jimin kembali senyap setelah kedua orang tua Yoongi, Taemin dan juga Minho pergi meninggalkan kamar Jimin.
Menyisakan Yoongi yang kini sudah berselimut mimpi dengan iringan dengkuran halus yang keluar dari mulutnya.
Membuat Jimin tersenyum simpul sembari mengusap rambut hitam Yoongi dan mengecup lembut kening sang kekasih sebelum ia memutuskan untuk membersihkan diri.

Tidak ingin berlama-lama Jimin segera kembali ke kamarnya dan berganti pakaian menggunakan piyama hitam satin yang begitu pas melekat pada tubuhnya.
Mengahampiri bed queen size untuk ikut berbaring bersama Yoongi, memposisikan tubuhnya menyamping menghadap Yoongi agar bisa menikmati wajah malaikat sang kekasih yang tengah tertidur pulas.

"Ingatkan aku untuk tidak menggagahimu malam ini Yoongi."
Bisik Jimin saat jemarinya menyentuh permukaan kulit pipi Yoongi yang masih tetap sama.
Masih tetap halus dan lembut, menciptakan kenyaman dalam hatinya yang sempat bergemuruh karena mengingat betapa kulit pipi Yoongi lebih halus dari pada kulit dadanya.
Jimin tidak bisa mengabaikan rasa yang ia dapatkan saat telapak tangannya bersentuhan dengan kulit Yoongi.
Walau mereka sama-sama pria namun tetap saja kulit Yoongi lebih lembut untuk ukuran pria pada umunya.

Bagaimana jika Jimin menyentuh bagian lain?
Ah jangan bayangkan hal-hal terlalu jauh.
Itu tidak baik.

"Jimin."
Suara lirih Yoongi menggugurkan fantasy Jimin yang hampir menggila hanya karena kelembutan kulit Yoongi.
Sungguh, pikirannya begitu mudah terpancing hanya karena hal kecil yang berhubungan dengan Yoongi.
Ia sungguh seperti seorang maniak anak-anak.

"Ya Sayang, aku disini."
Jimin meraih tangan Yoongi dan mengecupnya, menatap pendar Yoongi yang melemparkan pandangan menggemaskan dan semakin menyeret Jimin tenggelam dalam pesona Yoongi.
Menuntun Jimin menunduk menyamakan posisi wajahnya dengan Yoongi dan mengecup bibir kemerahan yang sangat menggoda dirinya.

"Beristirahatlah sayang, besok adalah hari yang besar untuk kita. Kau harus memiliki cukup tenaga untuk itu."
Jimin tersenyum lembut kepada Yoongi, mengusap surai gelap milik Yoongi yang sudah mulai memanjang.

"Bisakah kau menemaniku? Aku masih takut."
Yoongi melesakkan tubuhnya menempel erat memeluk Jimin yang balas memeluk tubuh yang mulai bergetar tersebut.
Sudah tidak ada kecanggungan dalam diri Yoongi untuk melakukannya.
Yang ia tahu saat ini adalah Jimin kekasihnya, orang yang akan menjadi teman hidup disisa kehidupannya.

Dan ini adalah Jimin yang baru.
Memperlakukan seseorang dengan kelembutan yang tak pernah Jimin tunjukkan pada siapapun.
Memilih menyimpannya jauh di dalam dasar dirinya yang dulu sempat ia kubur begitu dalam dan tak akan pernah mengijinkannya untuk keluar.

"Tentu. Aku akan disini."
Mencium pucuk kepala Yoongi, menyamankan posisinya ketika mendekap tubuh mungil Yoongi yang begitu pas dalam pelukannya.
Bukankah ini pertanda bahwa Yoongi memang diciptakan untuk dirinya.
Itulah kepastiannya.

Jimin pikir Yoongi sudah terlelap dalam tidurnya, nyatanya tidak begitu.
Ia masih betah membuka matanya dan menatap dada Jimin yang begitu dekat terpampang di depan wajahnya.
Membiarkan otaknya bermain dan berfantasy dengan apa yang ada di balik kain piyama yang Jimin kenakan.
Yoongi sesekali mengerjap dan berdecih pelan merutuki kebodohannya yang entah sejak kapan begitu menyukai Jimin sebagai objek kemesumannya.
Sejak kapan seorang Min Yoongi begitu berpikir kotor?

(Completed) Lead You! Need You! Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang