Lead You

4.3K 536 16
                                    

"Kau tau kan aku tidak akan berbasa-basi jadi aku akan langsung bertanya padamu. Apa hubunganmu dengan Yoongi hyung?."
Seperti seorang investigator, Taemin memberondong Jimin dengan berbagai macam pertanyaan.
Ia sudah tidak sabar untuk mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

"Seperti yang kau tahu dan yang kau lihat Taemin. Bukankah itu sudah jelas?"
Jimin menyesap kopi hitam miliknya, ia menyeringai "Aku yakin kau sudah melihatnya"
Jimin meletakkan cangkir kopinya dan menatap Taemin sekilas.
Menumpukan kaki kanannya diatas kaki kiri.

Saat Jimin mencium Yoongi, ia dengan jelas mendengar pintu ruangan Yoongi terbuka.
Ia melihat pantulan kedua manusia pengintai itu dari dinding kaca di balik punggung Yoongi.
Namun bukannya menghentikan aktifitasnya, Jimin semakin gencar menyecap bibir Yoongi.

Taemin tersenyum begitu lebar mendapat jawaban dari Jimin.
Yah walaupun tidak ada kata 'Ya kami memang memiliki hubungan' namun setidaknya Pria itu mengiyakan apa yang Taemin dan Minho lihat beberapa hari yang lalu.

"Jadi sejak kapan? Apa aku perlu memberitahu Nenek? Mungkin ia akan sangat senang akhirnya anak bungsunya sudah memiliki kekasih."
Ucap Taemin penuh antusias, anak ini usia dan tingkah lakunya justru berbanding terbalik.
Dosa apa kakak perempuannya memiliki anak seperti Taemin.

Ya Tuhan.

"Aku bisa melakukannya sendiri. Akan lebih baik kalian berdua meluangkan waktu bersama, jadi kau punya kegiatan sehingga tidak mengusikku."
Taemin mencibir, kenapa orang-orang di sekitarnya memiliki mulut yang pedas sekali.
Tidak Yoongi, tidak Jimin keduanya sama.

Ah pantas saja, mungkin Yoongi dan Jimin memang berjodoh.
Mulut mereka sama-sama pedas.
Sifatnya sama-sama dingin bagai es batu yang menghalangi kapal Titanic.

"Pantas saja, kau tidak pernah punya kekasih. Mulutmu pedas sekali 'Paman' sama seperti Yoongi Hyung. Ck ck sungguh pasangan yang serasi."
Jimin, menyeringai sebelum kembali menyesap kopinya. Dasar kekanakan sekali anak ini.

Berbeda dengan Jimin, sebuah ide melintas dipikiran Taemin, ia tersenyum sembari mengeluarkan ponselnya dan mengetik suatu pesan yang dikirimkan untuk seseorang.

"Ya Paman. Nikmatilah waktumu, seperti katamu tadi aku akan meluangkan waktuku untuk Minho Hyung 'kekasihku' jadi sekarang aku akan pulang." Taemin merapikan tas dan mengenakan kembali coat nya yang ia letakan disamping tempat duduknya.

"Minho hyung akan menjemputku, kau yang harus bayar semua makananku. Mengerti!"
Perintah Taemin kepada Jimin sembari berdiri membungkuk hormat dan melangkah pergi meninggalkan Jimin.
Jimin menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku putra kakanya itu.

Jimin sedikit melonggarkan dasinya dan menikmati kesendiriannya untuk beberapa saat.
Sampai kehadiran seseorang mengambil alih atensinya.

Disana, berjalan seorang pria dengan balutan sweater hitam yang senada dengan celana jeans yang ia padu padankan dengan sneaker putih.
Jimin tersenyum, tak berapa lama ia mengenali siapa pria  yang sedang berjalan menuju meja yang sedang ia tempati.

Min Yoongi, nama itu menjadi mantera penyejuk Jimin beberapa hari terakhir ini.

Jimin meletakkan kedua tangannya diatas meja untuk menumpu kepalanya yang tengah memfokuskan mata menatap Yoongi dari awal ia memasuki caffe.

Cara Yoongi berjalan,
Cara Yoongi menhembuskan nafasnya meniup poni yang hampir menutupi matanya.
Cara Yoongi mengerucutkan bibirnya, mungkin ia sedang merasa kesal tapi entah karena alasan apa.

Hm,

Bibir itu, bibir yang Jimin cecap beberapa hari yang lalu.
Membuat Jimin terus ingin merasakannya, lagi dan lagi.
Bagai candu yang membuat Jimin terus ingin mencecapnya tiada henti.

"Permisi, apa Taemin ada disini Park Jimin-ssi. Ia baru saja menghubungiku untuk datang kemari."
Ucap Yoongi pada manusi dihadapannya yang terus saja menatapnya.
Yoongi tidak risi?
Tentu saja ia sangat risi di tatap seperti itu oleh Jimin.
Seakan-akan Yoongi adalah domba yang menyerahkan diri kepada serigala untuk ia mangsa.
Tapi maaf, Yoongi bukanlah domba bodoh yang dengan mudahnya menyerahkan nyawanya pada sang Serigala.

"Seperti yang kau lihat, hanya ada aku disini."
Benar juga, untuk apa ia bertanya pada pria yang masih Yoongi ingat betul betapa kurang ajarnya Jimin yang berani merebut ciuman pertamanya.
Bibir tebal itu bergerak menyesap seluruh inchi bibir kecilnya, seakan pas antara bibir Jimin dengan bibirnya..

Ya Tuhan Min Yoongi, pikiran apa yang baru saja melintas di otak jeniusmu.
Yoongi menggeleng pelan, pikirannya sudah berlari terlalu jauh dari kontrolnya.
Sejak kejadian itu, hidupnya menjadi sedikit tak terkendali.
Pria dihadapannya membuat hidupnya kacau.
Menyebalkan sekali.

"Duduklah, Taemin sudah pulang. Apa ia tidak memberitahumu?"
Jimin memundurkan tubuhnya menyandarkan tubuhnya, menumpukan kaki kanan diatas kaki kirinya.
Masih tetap memandang Yoongi yang tidak bergerak sama sekali.

"Em aku rasa aku akan kembali pulang, Taemin tidak ada disini jadi aku akan pulang. Terima kasih Jimin-ssi. Selamat malam."
Yoongi memutar tubuhnya memunggungi Jimin.
Saat ia hendak melangkah maju, Jimin mencengkeram tangan Yoongi.
Sedikit menariknya hingga Yoongi berbalik dengan tubuhnya yang langsung berada dalam dekapan Jimin, karena posisi Yoongi yang sedikit kaget sehingga membuatnya limbung.

"Jika aku mengatakan duduk. Maka itu berarti kau harus duduk. Atau kau ingin kucium lagi hm?"
Bisik Jimin tepat di telinga Yoongi.
Membuat Yoongi merinding merasakan sapuan nafas Jimin menerpa permukaan kulitnya.
Harum aroma mint menyeruak dari mulut Jimin, namun manis ketika di cecap.

"Jika kau ingin kucium lagi, maka aku sangat tidak  keberatan untuk melakukannya karena aku meny.. "
Sebelum Jimin menyelesaikan kalimatnya, Yoongi lebih dulu melepaskan diri dari Jimin dan melesat duduk di kursi yang tak jauh dari mereka berdiri.

Yoongi tidak sadar, posisi mereka beberapa saat yang lalu cukup menyita perhatian publik yang berada disekitar mereka.
Yoongi hanya terlalu fokus pada detak jantungnya yang disebabkan oleh Jimin.
Jimin kembali duduk di tempatnya semula.
Pria ini menggemaskan sekali.

"Ak..ku sudah duduk. Jadi jangan ungkit apapun soal itu."
Yoongi menunduk, memainkan ujung sweaternya kemudian meremasnya kuat-kuat seakan mampu membantunya menormalkan detak jantungnya.
Yoongi belum berani menatap Jimin sama seperti sebelumnya.
Laki-laki itu terlalu berbahaya jika Yoongi menatap tepat pada matanya.
Mata itu seperti magnet yang terus menariknya untuk tenggelam di dalamnya.

"Makanlah, tubuhmu terlalu kurus untuk melarikan diri dariku. Atau kau memang ingin menyerah padaku secepat mungkin eum?"
Yoongi membulatkan kedua matanya, apa yang orang ini katakan?
Apa hubungannya tubuh kurus dan menyerah kepadanya?

"Yaa.."
Suara Yoongi tertahan ketika sesuap Dark Chocolate Cake masuk kedalam mulutnya yang siap memprotes kata-kata Jimin.
Yoongi dapat melihat senyum Jimin sekilas ketika mulutnya mulai mengunyah perlahan Dark Chocolate Cake dan menelannya.

"Ingin kusuapi atau..?"
Jimin sengaja menggantungkan kalimatnya namun hal itu sukses membuat Yoongi gelagapan "Aku akan makan sendiri."
Hal itu membuat Jimin kembali tersenyum dan mendorong Dark Chocolate Cake kehadapan Yoongi.

"Makanlah. Aku akan mengantarkanmu setelahnya."
Jimin kembali duduk dan menyandarkan tubuhnya.
Ia terus menatap Yoongi yang sedang menyantap makanan dihadapannya dengan tidak nyaman.

Ya Tuhan, kenapa aku selalu terjebak dengan Park Jimin ini.
Menyebalkan sekali- Batin Yoongi

Jika tau hal ini akan terjadi, maka ia akan menolak dengan keras ajakan Taemin beberapa saat yang lalu.
ketika Taemin mengiming-imingi dirinya dengan traktiran daging gratis.

Bodohnya dia tidak mengecek caffe dimana tempat mereka bertemu.
Ia lupa anak itu terkadang sulit dipercaya.

Kalau sudah begini, ia hanya bisa meminta tolong kepada Tuhan.





To Be Continue

Terima Kasih yang masih setia menanti dan tetap mendukung cerita ini dengan vote dan commentnya.

(Completed) Lead You! Need You! Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang