Scene : 33

3.5K 484 63
                                    

Semua tampak berbeda saat Yoongi membuka matanya perlahan, aroma yang tercium bahkan begitu asing bagi Yoongi.
Yoongi menatap langit-langit ruangan tersebut yang sangat berbeda dibanding terakhir Yoongi menatap langit-langit kamar Jimin.

Matanya membulat sempurna, ia bangkit seketika tatkala ia sadar bahwa sekarang ia tengah berada di tempat yang bahkan ia tidak tahu dimana ia berada saat ini.

Ini bukan kamar Jimin, bukan kamar yang mereka tempati.

"Jimin."
Yoongi berujar lirih. Menyebut nama Jimin sembari menenangkan diri karena ketakutan mulai menyeruak dalam dirinya.
Yoongi tidak tahu dimana dirinya saat ini, terakhir kali ia tertidur di kamar Jimin karena pening yang tiba-tiba ia rasakan saat itu.
Dan terbangun di tempat entah dimana ia tidak tahu.

"Jimiin."
Yoongi mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan.
Kamar tersebut minim pencahayaan walau dapat Yoongi lihat hampir separuh dinding kamar tersebut terbuat dari kaca karena terdapat gorden penutup berwarna hitam mengelilingi ruangan.
Bukan hanya penutup jendela, bahkan hampir seluruh ruangan tersebut berwarna hitam.

Jimin memang menyukai warna hitam namun kamar Jimin yang sebelumnya ia tempati begitu berbeda dengan kamar ini, nuansa dalam kamar ini begitu menyeramkan bagi Yoongi.
Yoongi yang sebelumnya duduk diatas sebuah king size bed berusaha untuk bangkit dan mencoba mencari tahu dimana dirinya saat ini. Namun sebelum kakinya menginjak lantai kamar, pintu yang berada cukup jauh dari tempat ia duduk berderik dan mulai terbuka.

Keadaan kamar yang begitu gelap tanpa cahaya membuat Yoongi tidak bisa melihat wajah orang yang mulai berjalan mendekat kearahnya dengan jelas.
Orang itu bukan Jimin, bukan Jiminnya.
Jantungnya berdegub semakin kencang saat sosok yang tergambar sebagai seorang pria semakin mendekat kearahnya.
Yoongi meringsut mundur, namun pergerakannya terhalang oleh kepala bed yang sudah bersinggungan dengan punggungnya.

"Jimin."
Hanya nama Jimin yang terlintas dalam benak Yoongi saat ini.
Yoongi hanya ingin melihat Jimin, ia membutuhkan Jimin saat ini.
Ia sungguh ketakutan setengah mati hingga sesak kini merayap menggenggam paru-parunya.

"Jimin."
Suara Yoongi mulai bergetar ketika memanggil nama sang kekasih.
Pria yang mendengar Yoongi memanggil nama Jimin hanya bersecih.
Ia tertawa pelan dalam gelap yang semakin menakutkan bagi Yoongi.

"Aku bukan Jimin sayang."
Yoongi tersentak ketika mendengar suara lelaki tersebut.
Jantungnya seakan tertohok dan palung hati terasa diiiris begitu perlahan mendapati bahwa orang itu kini ada dihadapannya.
Pria yang tidak ingin ia lihat barang batang hidungnya sekalipun.
Karena sudah cukup melebur dan menguap bersama waktu.
Kenapa dirinya bisa bersama dengan laki-laki tersebut?
Apa yang telah ia lakukan pada Yoongi.

"Masih mengingatku, Yoongi sayang."
Suara derap langkah yang begitu pelan mendekat, membuat Yoongi bergerak menghindar. Beringsut semakin jauh agar jarak cukup memisahkan Yoongi dengannya.

"Berhenti disana. Jangan mendekat!"
Ketakutan hampir menguasai diri Yoongi hingga tubuhnya sulit untuk digerakkan.
Yoongi menunjuk ke arah pria yang hanya terlihat siluetnya dari pantulan cahaya yang sedikit masuk dari celah gorden jendela. Yoongi hanya bisa berteriak untuk menghentikannya semakin mendekat.

"Kenapa? Aku kekasihmu sayang."
Kekehan pelanpun Yoongi dengar diakhir kalimat yang sekarang justru terdengar begitu mengerikat saat pria tersebut mengucapkannya. Yoongi hanya ingin Jimin saat ini.

"Tidak. Menjauhlah dariku Taehyung."
Pria yang ternyata adalah Taehyung tersebut tersenyum dalam gelap.
Akhirnya Yoongi menyebutkan namanya.
Suara itu terdengar bak alunin musik surga yang begitu merdu menenangkan.

(Completed) Lead You! Need You! Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang