That Is The Reason : Number 1

4.1K 536 52
                                    

"Ah seperti itu rupanya, jadi setelah bertemu dengan pria lain malam sebelumnya sekarang menemui pria lain?"
Ucap seseorang diiringi dengan hak sepatu yang saling bersentuhan dengan lantai caffe menimbulkan bunti yang membuat Yoongi menghentikan acara makannya, karena merasa pernah mendengar suara perempuan yang baru saja ia dengar.

Entah apa yang dimaksud oleh wanita itu.

Seorang pria bertemu dengan pria bukankah wajar? Ada-ada saja.

Sedangkan Jimin, ia menatap malas  wanita bergaun merah ketat dengan heels warna senada berjalan sembari melipat kedua tangannya menghampiri meja dimana ia sedang bersama Yoongi.
Ia tersenyum kepada Jimin dengan senyuman menawannya.
Wanita itu sungguh sangat cantik, tapi tidak untuk Jimin.

"Selamat malam Jimin. Apa aku boleh bergabung denganmu?"
Tanpa mendengar jawaban Jimin, ia menarik kursi paling dekat dengan Jimin dan mendudukan dirinya dengan anggun disamping Jimin.
Menumpukkan kaki kanannya di atas kaki kiri dan meletakkan clutch hitamnya diatas meja.

Jimin tidak memperdulikan kehadiran Seulgi sama sekali, ia malah kembali menatap Yoongi yang tetap menyantap Dark Chocolate Cakenya tanpa berniat memperhatikan Seulgi bahkan dirinya yang sedang menatap Yoongi.

"Ah kita bertemu lagi, em siapa namamu? Min,,, Min Yoongi eum?"
Yoongi yang tadinya tidak ingin berinteraksi dengan perempuan yang pernah terjebak dalam situasi tidak menyenangkan dengannya itu, terpaksa menatap sekilas sembari berdengung "hm" dan kembali menikmati makanan dihadapannya.

Sungguh, ia kehilangan rasa hormat pada wanita sejenis ini.

"Shh, tidak sopan sekali."
Seulgi berujar lembut namun sedikit membuat telinga Yoongi tidak nyaman.
Jimin hanya diam saja, mengabaikan Seulgi dan tetap memandangi Yoongi.

Bukannya ia tidak mendengar apapun yang keluar dari mulut Seulgi, tapi ia rasa belum saatnya ia ikut turun tangan menanggapi kekonyolan Seulgi.

Ia percaya Yoongi dapat mengatasinya.

"Jimin-ssi, bolehkan aku pulang. Aku sudah selesai menghabiskan makanan yang kau berikan."
Ucap Yoongi, meletakkan sendok diatas piring kosong dengan rapi.
Tanpa memandang ataupun melirik Seulgi sedikitpun Yoongi memundurkan kursinya,  memandang Jimin namun tidak menatap mata sabit pria Park itu.
Karena hal itu dirasa sangat berbahaya, alarm dalam otaknya masih berfungsi normal untuk memperingatkan dirinya atau ia akan menyesal jika menatap mata itu, maka bersiaplah jatuh pada pusara yang tak akan pernah melepaskanmu.

Seulgi tersenyum karena ia hampir mengusir Yoongi secara halus, ia bukanlah makhluk bar-bar yang akan langsung menyeret Yoongi keluar dari Caffe ini dan membiarkan dirinya menghabiskan malam dengan Jimin. Ia adalah wanita kelas atas yang mengedepankan otak dari pada otot.
Bukankah begitu?

"Oh jadi selain penyuka sesama jenis, pria ini juga tidak punya sopan santun. Buruk sekali"
Ucap Seulgi dengan sengaja mengeraskan suaranya dengan tujuan untuk menyindir Yoongi.

Kali ini bukan hanya Yoongi yang geram dengan kekonyolan Seulgi, bahkan Jimin langsung menatap tajam Seulgi yang malah menatapnya dengan senyuman yang ia tunjukkan selembut mungkin.

"Kau bicara apa Seulgi?"
Itu Jimin. Ia tidak percaya, wanita dihadapannya ini mencoba merendahkan orang lain dengan berkata demikian. Bahkan dengan mudahnya ia mengatakan privasi seseorang di tempat umum seperti ini.

"Ada apa Jimin? Aku mengatakan yang sebenarnya. Apa kau tidak mengetahuinya eum?"
Seulgi menyentuh lengan Jimin, ia malah tersenyum tanpa menampakkan rasa bersalah sedikitpun.

"Maaf noona, apa aku pernah mengusik hidupmu? Sepertinya kau haus akan perhatian dariku."
Yoongi yang hendak beranjak pergi kembali duduk ditempatnya semula, memandang Seulgi tak kalah tajamnya tatkala wanita itu memandang Yoongi penuh kebencian yang berkobar nyata dimatanya.

Namun bukan menjawab pertanyaan dan pernyataan Yoongi, Seulgi mengusap lengan Jimin sambil berucap..

" Bagaimana aku menyebutnya Jimin? Beberapa malam yang lalu dia pergi menghabiskan malam dengan pria lain, ia adalah tunangan sahabatku dan sekarang ia mencoba merayumu yang jelas-jelas adalah calon suamiku. Murahan sekali"
Yoongi mendesah tak percaya, bisa-bisanya kalimat tuduhan itu keluar dari bibir seorang wanita cantik seperti Seulgi.
Bahkan ia tidak merasa melakukan apapun yang Seulgi tuduhkan padanya.

Hati Jimin seakan teriris mendengar kalimat yang Seulgi lontarkan.
Jelas sekali bahwa Seulgi sedang mencoba menjatuhkan Yoongi dihadapannya.

"Berhenti disana Kang Seulgi."
Jimin mulai naik pitam, ia tidak pernah memperdulikan apapun yang Seulgi lakukan selama itu tidak mengganggu dirinya, tapi sekarang wanita itu jelas-jelas menghina Yoongi di hadapan matanya.

"Siapa namamu? Kang Seulgi? Dengar baik-baik Nona Seulgi. Apapun yang kau katakan dan kau pikirkan tentang diriku, aku sama sekali tidak memperdulikannya. Apalagi yang kau tuduhkan itu, aku tidak pernah merasa melakukannya, seandainya aku melakukannya semua itu bukan urusanmu bukan? Jadi kau tidak perlu repot-repot mengurusi hidupku. Aku rasa telingamu tidak tuli untuk mendengarkan apa yang baru saja kuucapkan".
Jimin menyeringai mendengar penuturan Yoongi, ditambah lagi wajah Seulgi yang berubah muram. Bibirnya mencebil kesal.
Dan seperti dugaannya, ia tidak perlu turun tangan langsung untuk memberi pelajaran pada Seulgi.

"Jimin-ssi terima kasih untuk makan malamnya, aku rasa aku harus pulang. Berada disini terlalu lama tidak baik untuk kesehatanku."
Yoongi berdiri dan membungkuk sopan kepada Jimin, ia sedikit beruntung bisa lepas dari Jimin namun agak kesal karena orang yang tidak tau apapun tentang dirinya berani-beraninya berucap hal semacam itu . Yoongi dapat pastikan bahwa wanita itu memiliki otak yang masih terbungkus plastik bubble wrap.

Belum pernah digunakan sama sekali.

"Aku akan mengantarmu. Dan jangan menolak atau aku akan menciummu."
Ya Tuhan, Park Jimin ini memang tidak kenal situasi. Ingin rasanya Yoongi melemparkan sepatunya kearah Jimin.

Sialan sekali. Tidak ada pilihan lain.

Jimin ikut berdiri, namun tangannya ditahan oleh Seulgi, yang sedikit tak percaya dengan apa yang telah Jimin ucapkan kepada Yoongi.

"Jangan tinggalkan aku Jimin, aku datang kemari untuk menemuimu."
Seulgi menahan lengan Jimin yang siap melangkah pergi.
Yoongi jengah melihat tingkah wanita dihadapannya ini.
Untung saja ia bukan penyuka wanita, setidaknya jika ia menyukai wanita maka bukanlah sebangsa Seulgi yang ia inginkan.

"Aku tidak pernah memintamu datang kemari. Jadi apa yang kau lakukan bukan urusanku."
Jimin melepaskan tangan Seulgi kemudian berjalan menghampiri Yoongi dan langsung menarik Yoongi mengikuti dirinya.
Meninggalkan Seulgi yang terus menyerukan namanya, namun Jimin tak bergeming sama sekali.
Tetap berjalan meninggalkan Caffe dengan Yoongi yang ikut bersamanya.

"Jimin-ssi, bisakah kau lepaskan aku? Aku bisa berjalan sendiri."
Yoongi sedikit mengibaskan tangannya agar terlepas dari cengkraman Jimin.
Namun Jimin tetap menarik Yoongi mengikuti Jimin menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari Caffe.

Membuka pintu mobil dan menyuruh Yoongi memasuki mobilnya.
Yoongi hanya menurut karena tatapan Jimin sedikit berbeda setelah kedatangan Seulgi.
Lebih menyeramkan.

"Pakai sabuk pengamanmu, aku akan mengantarmu."
Yoongi buru-buru memakai sabuk pengaman dan menyamankan diri di kursi samping kemudi.
Yoongi sedang memfokuskan diri pada jalan saat namanya disebut oleh Jimin.

Namun saat Yoongi memalingkan wajahnya, jantungnya seakan jatuh melorot lepas menuju perutnya. Membuat kepalanya terasa pening seketika saat dengan sadarnya Jimin kembali mencium bibir Yoongi.
Menyesap lembut bibir atas Yoongi selembut mungkin, seakan bibir itu ada porselen mahal yanh rentan rusak.

Tidak ada pergerakan yang menuntut dari ciuma. Itu, Jimin hanya ingin mengecap kembali bibir candu milik Yoongi.

"Hanya aku yang boleh mengejarmu. Mengerti?"

Jimin mengusak lembut kepala Yoongi kemudian menjalankan mobilnya membelah jalanan kota pada malam itu.
Menikmati kesunyian yang menyelimuti keduanya dengan berbagai macam pikiran-pikiran yang bercabang kemanapun batinnya menginginkan.



To Be Continue

Semoga masih bisa untuk dibaca.
Terimakasih selalu untuk Vote dan Commentnya.

(Completed) Lead You! Need You! Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang