Bagian Lima

88 4 0
                                    

Satria segera masuk ke toilet wanita. Tampak Ipeh menunduk, sedangkan air terus mengalir. Tak ada siapa-siapa yang menolongnya. Air terus tertumpah, tapi dia diam saja. Perempuan tadi nggak salah ngomong, memang bener-bener gila tuh anak! Gumam Satria kemudian masuk ke TKP setelah menyodorkan jaket hitamnya ke Ipeh.

Ipeh yang kini bengong. Satria berusaha menyumpal kran air tersebut tapi air tak jua berhenti mengalir. Pakaiannya juga sudah basah kuyup, lantas dia berjalan ke suatu tempat. Tampak mencari-cari sesuatu. Klik! Saklar air dimatikan, air berhenti mengalir. Tinggal genangan air setinggi tumit yang perlahan mengalir menuju saluran pembuangan. Setelah itu Satria memperbaiki kran yang jebol. Ipeh menarik napas lega.

Satria memandangnya sebal. “Udah puas main airnya?!” sambil berlalu pergi.

Ipeh masih mematung sambil menatap air yang perlahan surut. Agak lama, ia keluar. Berpapasan dengan Satria yang sudah berganti pakaian kering dari toilet pria. Spontan Ipeh menyerahkan jaket hitam Satria yang menerimanya dengan wajah datar.

Namun tepat saat terjadi serah terima jaket tersebut, Fira dan Kayla hendak ke toilet wanita. Mereka berdua kaget mendapati fakta di depan mata yang belum jelas menceritakan tentang apa.

Segera saja Fira menggoda, “Kalian abis ngapain?”

Satria tanpa menjawab langsung meninggalkan mereka. Kayla mendekati Ipeh, “Kenapa lo? Basah semua gini pakaian lo. Abis ngapain sih?”

“Ng...nggak! Nggak! Nggak ngapa-ngapain kok. Beneran!”

“Kalo nggak ngapa-ngapain, kenapa muka lo ketakutan gitu?”

Tentu saja Ipeh takut kalau dimarahi marbot masjid lantaran kekacauan yang diperbuatnya.

“Teh Ipeh! Awas yah kalo sampai ngapa-ngapain sama Bang Tri!” ancam Fira.

Dengan roman muka masih gugup dan ketakutan, Ipeh meninggalkan mereka berdua. Mengambil pakaian kering lalu kembali lagi ke toilet untuk menggantinya. Kali ini dia memilih kamar mandi yang lain dan berusaha untuk tidak melirik pada kran air. Takut jebol lagi.

Ketika Ipeh sudah selesai berganti pakaian, Kayla dan Fira sedang duduk di pinggir lapangan samping masjid yang digunakan oleh para pedagang aneka makanan dan minuman serta souvenir. Walaupun tengah malam tetap ramai oleh pengunjung.

Kayla dan Fira tampak bercanda, entah menertawakan apa. Di tangan mereka ada jagung bakar yang terlihat lezat. Ipeh mendekati mereka.

“Beli jagung bakar di mana?” tanya Ipeh.

“Kamu mau?” tiba-tiba saja Satria sudah berada di belakangnya mengangsurkan jagung bakar panas. Ipeh salah tingkah, sedangkan Fira dan Kayla  senyum-senyum menggoda.

Ragu-ragu Ipeh menerimanya.

“Asik nih yeee. Setelah tadi basah-basahan, sekarang anget-angetan makan jagung bakar...” ujar Fira.

“Mesum lo Piii!” sambar Kayla.

Jengah mendengar celotehan tiga bidadari aneh itu, Satria beringsut ke sudut lain yang lebih temaram. Duduk mencangkung sendirian sambil khusyuk menikmati jagung bakarnya. Ipeh makan dengan berjuta perasaan aneh dalam dadanya. Hari ini, Bang Sat udah tiga kali nolongin gue. Pertama waktu mimjemin sandalnya di Kebun Raya, kedua waktu di labirin Taman Bunga. Dan barusan nolongin gue dari banjir bandang.

“Peh, lo gak doyan? Sini gue aja yang embat!” ucap Kayla.

“Oh, eh...” sedetik kemudian Ipeh lupa pada rasa malu dan gugupnya. Jagung bakar itu segera disikatnya habis tak sampai lima menit. Fira tertawa-tawa geli, Kayla geleng-geleng kepala.

Saipeh BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang