Begitu keluar dari lift, sebuah ruangan terbuka lebar. Ada meja resepsionis yang dijaga oleh beberapa orang panitia. Ipeh menuju ke sana. Mengisi daftar hadir dan menyerahkan persyaratan yang diminta. Ternyata pria tadi juga memasuki ruangan yang sama dengan Ipeh.
“Wah kita ternyata ada di satu acara. Oya, belum berkenalan. Saya Alvin.” Pria itu mengulurkan tangan. Ipeh menyebutkan namanya seraya menangkupkan kedua tangan di depan dada. Lagi-lagi pria itu tersenyum.
“Oke, selamat mengikuti acara.” Kata Alvin. Ipeh mengangguk.
Para peserta berkumpul, kemudian dimulailah acara pembukaan. Setelah itu makan siang dan dilanjutkan dengan memasuki kamar masing-masing. Ipeh sekamar dengan seorang perempuan berwajah keibuan bernama Mila.
Kegiatan sehari itu berjalan lancar, Ipeh bisa merasa bebas tanpa gangguan Fira. Meski gadis itu sibuk mengirimi Ipeh pesan, tak terlalu diladeninya. Apalagi saat malam, Ipeh bisa istirahat dengan sangat tenang. Suasana kamar yang tidak terlalu terang, pendingin ruangan yang sejuk, sangat berbeda dengan suasana kamar kosannya.
Kejadian aneh yang sudah diingatkan Kayla pun terjadi. Ipeh hendak mandi, ada kamar mandi bath tub dan shower. Dia puas berenang di dalamnya, dengan kecipak yang suaranya hanya terdengar di kamar mandi. Namun saat dia buang air, tiba-tiba ada air yang menyembur dari bagian bawah toilet. Membasahi pintu, Ipeh sampai mau keluar kamar mandi saking terkejutnya. Dia segera sadar bahwa semburan air itu otomatis bila dia menekan sebuah tombol.
“Wah, enak bener ya kamar mandinya. Mau cebok aja otomatis. Hihihii.....” gumamnya. Dia puaskan dirinya bermain air di kamar mandi, sementara Mila keheranan mengapa Ipeh sampai satu jam lamanya di sana. Padahal ada materi malam. Terpaksa dia meninggalkan gadis itu terus berkecipak di kamar mandi.
Barulah ketika dia keluar, heran kenapa Mila tidak ada. Ipeh tak ambil pusing, dia segera bersiap kemudia menuju ruangan untuk mengikuti materi lagi. Dia terburu-buru mengejar pintu lift agar jangan dulu tertutup. Saat dia berhasil masuk lift, rasa terkejutnya bertambah-tambah. Bayangan seseorang terpantul di dinding lift, persis di sebelahnya.
“Oh, ya Allah.. Ini pasti mimpi. Kenapa sampai di sini pun aku harus ketemu dia?”
Pintu lift terbuka. “Biasa aja dong, Peh. Kayak lihat hantu gitu.” Ujar pria itu. Satria.
Ipeh memandanginya berjalan menuju sebuah ruangan yang bersebelahan dengan ruangan Ipeh. Dilihatnya tanda bahwa yang mengadakan adalah Dinas Kesehatan. Barulah Ipeh sadar bahwa dia sudah terlambat ke acaranya. Bergegas dia lari, dengan napas terengah dia duduk di meja bersebelahan dengan Mila.
“Mbak Ipeh, maaf ya tadi saya tinggalin.” Ucap Mila.
“Nggak apa-apa Mbak. Saya yang salah, kelamaan.” Balas Ipeh. Hatinya masih gundah memikirkan pertemuannya barusan dengan Satria. Bagaimana dia bisa menghadapinya lagi kalau bertemu dengannya di lain waktu?