~ 7 ~

979 38 4
                                    

GUNDAH.

Fathan langsung membanting tubuhnya di kasur. Tangannya dibentangkan, pasrah. Dengan Kaki menjuntai kelantai. Mata coklat itu menatap kosong kelangit - langit kamarnya.

Pikirannya mulai dipenuhi tentang hari-hari dirinya yang akan berubah dengan kehadiran Kayana dirumahnya kelak.

"Apa yang akan gue lakuin kalau Kayana bakalan tinggal disini?" Pikiran Fathan mulai membayangi semuanya. Namun, beberapa saat kemudian ia menghentikannya. "Gue gak akan pernah bisa rela melihat dia bermesraan dengan cowok lain walau itu dengan kakak gue sekalipun." mengusap rambut hitamnya kebelakang.

Pikiran Fathan terus melayang ke masa putih abu-abu. Dimasa ia merindukan masa itu. Masa perkenalan dengan bumbu perdebatan, dan kadang ada amarah dan kata yang merayu.

Dan ia pun ingat masa dimana ia menyatakan cinta pada Kayana di malam dengan guyuran hujan yang merintik.

Hujan yang semula kecil intensitas airnya. Lama kelamaan menjadi hujan lebat yang membasahi keseluruh tubuh dari ujung rambut hingga ke kaki.

Motor berhenti disalah satu pertokoan yang sudah tutup. Fathan berlari kecil berteduh dipertokoan itu. Malam yang sedikit sepi. Guyuran hujan terus membasahi jalan diselingi suara petir menggelegar.

Kayana diam, menikmati tiap tetesan air yang jatuh. Kepalanya itu akhirnya mendongak, membiarkan wajahnya ditetesi rintikan hujan yang sudah membesar itu.

"Lu gak mau berteduh disini? Bisa-bisa lu masuk angin kalo terus disitu."

"Biarin aja.. gue suka ujan. Dan gue juga ga tau kenapa sangat suka ujan. Ujan kayak obat penenang jiwa gue selama digantung sama elu." Kayana merentangkan tangannya, kepalanya masih mendongak. Seolah matanya mampu menembus batas berapa banyak air hujan yang turun. Lalu, tubuhnya mulai berputar-putar.

Fathan berjalan sambil tertawa mendengar kalimat Kayana itu. Dibiarkan tubuhnya basah oleh yang seolah dimuntahkan dari langit itu. "Emangnya elu mau jadian sama gue?"

Kayana diam sejenak. Memandang lekat wajah laki-laki yang bikin ia susah berpaling ke cowok lain. Mata sendunya, membuat Kayana tak kuat memandangnya. Selalu ada getaran bila matanya beradu pandang dengan mata Fathan.

"Menurut lu?" Tanya Kayana membuat pertanyaan baru. Fathan hanya tersenyum, memegang dagu Kayana dan..

"Ayo kita jadian." Ujar Fathan lembut namun bikin jantung Kayana berdebar kencang.

"Iih.. gak romantis nembaknya.." Kayana menepis tangan Fathan. Wajahnya cemberut.

Fathan terkekeh. "Lu mau yang romantis??" Tanya Fathan sedikit menantang.

Kayana mengangguk pelan. Tangan Kayana ditarik Fathan kemudian, tubuh Kayana sudah berada dekat dengan Fathan. Tatapan mereka saling beradu. Diam. Dada Kayana seolah lagi direbus. Mendidih, sama seperti kayak jantungnya yang bertabuh.

Cup.. Fathan mencium kening Kayana. "Elu mau kan jadi pacar gue..??" Tanya Fathan setelah itu, bikin Kayana tak bisa berkutik. Dari dulu, itu yang Kayana mau. Diakui sebagai pacar dari seorang Fathan. Kekasihnya.

Tapi sekarang, keindahan itu tinggal kenangan. Kenangan pahit yang terus diingat dibenak Fathan. Tak pernah bisa hilang walau sedetik saja.

Fathan berguling kekanan. Dan masih dengan ingatan yang tetap sama. Ingatannya silih berganti tanpa dikehendaki, datang begitu saja dan pergi tanpa bilang. Persis kayak jailangkung.

Begitu juga dengan Fathir. Nafasnya terengah, jantungnya mendadak sakit saat ia teringat percakapan Fathan dan Vina. Ada yang Fathan sembunyikan tentang pacar yang sering disebut tadi, sepanjang perjalanan.

Tangannya meremas, denyutnya menyakitkan. Nyeri. Kadang jantung itu seakan talah berhenti berdetak. Dan ia menginginkan jantungnya berhenti berdetak selamanya untuk sekarang agar pernikahan itu tak terjadi sebelum ijab qobul diucapkan.

Tapi.. perasaannya tak bisa dibohongi. Ia mencintai Kayana. Pertemuan tak sengaja di salah satu mall lima bulan lalu bikin jantungnya berdebar keras. Pandangan mata yang sangat menggoda jiwa dan hatinya itu tak bisa berpaling dari tingkah Kayana.

Ia berjalan sendiri untuk menikmati hari yang tak pernah ia lakukan selama ini. Semenjak penyakit itu menyerangnya, ia hanya duduk diam ditaman belakang rumahnya sambil menikmati sinar matahari pagi menyentuh lembut kulitnya. Dan hari ini, ia bagai burung lepas dari sangkar emasnya. Sangat menikmati apa yang ada di Mall itu.

Tiba-tiba..

"SAYAAANG..!!" Teriak Kayana memeluk Fathir tanpa bertanya. Tangannya sudah bergelayut manja dilehernya. "Katanya lu ada meeting, tapi kok malah jalan-jalan disini?"

Fathir hanya terdiam, menatap heran tingkah Kayana yang bersikap manja padanya. "Ma..maaf mba.., mba ini siapa ya??" Ia semakin risih dengan apa yang dilakukan Kayana didepan umum. "E..emang.. kita saling kenal ya..??"

"Iih.. apaan sih lu? Sama pacar sendiri pake lupa..??"

DEGH!!

"A..APA..!! PA..CAR??" Batin Fathir tersentak. Selama ini, ia belum pernah sekali pun dekat dengan seorang gadis. Ia juga belum pernah satu pun mengenal anak cewek. Jadi.. tidak mungkin Fathir mempunyai seorang pacar. Atau..

"Sayang.. elu kenapa sih? Dari tadi aneh banget sikapnya..? Atau kamu punya cewek lain..!!"

Fathir menyernyit dahi, bibirnya tersungging senyum getir. "Eeeh.. gak kok.. gue belum punya cewek lain selain elu..!!" Seru Fathir berbohong. Ada getaran sejak pertama bertemu. Itu yang membuat Fathir tak bisa melupakan Kayana. Dan dihari itu, Fathir berusaha menjadi laki-laki yang dicintai Kayana. Yaitu Fathan.

Entah angin apa, perjodohan itu juga tertuju pada dirinya. Ia juga tidak pernah tau, kenapa ia mesti yang dijodohkan? Kenapa bukan Fathan. Dan ia juga tak pernah menyangka, ternyata cewek yang dijodohkan Rama pada dirinya adalah Kayana.

Fathir duduk menunduk, butiran-butiran bening mulai menghias dahinya. Tangan itu masih meremas dadanya. Sakit.

"Apa yang dimaksud Kayana waktu itu adalah Fathan?"

****

Kayana masih duduk didepan cermin. Ada yang mengganggu dipikirannya. Tentang pertemuannya dengan Fathir. Saat ini ia berpikir sama dengan apa yang Fathir pikirkan. Dugaan hatinya sama persis apa yang diduga Fathir.

Matanya menatap kedepan, seolah ia dapat melihat kenangan itu didalam cermin. Ia memeluk Fathir, bahkan ia berani bersikap manja padanya. Dulu, Kayana sempat curiga dengan sifat Fathir yang berbeda dengan Fathan. Lebih pendiam dan menjawab hanya seperlunya. Mimik wajah Fathir waktu itu pun tidak menunjukan seperti apa yang Fathan tunjukan padanya.

"Jadi.. dia itu Fathir..? Dia.. dia bukan Fathan?" Kayana tak habis pikir tentang kejadian itu. Terlalu cepat ia menganggap Fathir itu adalah Fathan.

Akan tetapi.. wajah mereka tak ada bedanya. Keduanya sangat mirip, tak ada celah satu pun bila berbicara fisik keduanya.

Namun, Fathan sedikit lebih berisi, supel, dan temperamental.

Fathan, Fathir dan Kayana.. tiga anak manusia yang dilanda gundah dengan pikiran mereka masing-masing.

Dan lalu.. apa yang akan terjadi pada mereka di hari-hari berikutnya. Sanggupkah mereka melewatinya..??

Lets see next.. jangan lupa tekan bintang.. biasakan tinggalkan jejak ya setelah membaca. Terima kasih.. see you..

****

Bersambung..

SERPIHAN CINTA YANG HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang