~ 3 ~

1.3K 44 0
                                    

RAPUH.

Cewek itu dirangkulnya, diajak kemeja bartender untuk membayar semua minuman yang diminum Fathan dan cewek itu. Mereka mulai berjalan kearah pintu luar..

Namun, apa yang direncanakan cewek itu, matanya mengedipkan pada dua pria berbadan besar yang sedari tadi mengamati kedekatan Fathan dan cewek itu..

Mereka berjalan bak sepasang suami istri. Begitu sangat mesra. Fathan tak canggung lagi melingkarkan tangannya lebih erat lagi kepinggul cewek yang baru saja dikenalnya lima menit lalu itu. Kadang tangan nakal Fathan meremas bokong cewek itu.

Cewek itu pun sama, pelukan mesra dilayangkan agar Fathan lebih dalam lagi masuk kedalam jebakannya. Ia merelakan sebagian tubuhnya di jamah oleh Fathan.

Diluar, hujan sudah tampak reda. Intensitas rintiknya sudah mulai jarang. Fathan dan cewek itu berjalan cepat, menghindari rintikan hujan yang masih turun dari langit.

Masuk ke mobil, Fathan yang dalam keadaan mabok melihat cewek itu terlihat seperti Kayana.
"Kayana?!" Pikirannya sudah dikuasai alkohol. Wajahnya dimajukan dan..

Mereka berciuman sangat lama dengan jari jemari saling meraba. "Sayang.. jangan disini, nanti ada orang liat." Cewek itu cepat tersadar. Menghentikan tangan Fathan yang mulai nakal.

Fathan cuma bergumam pelan. Tampak ia sangat kecewa pada wanita itu, Fathan masih ingin menikmati tiap inci cewek itu.

Cewek itu hanya tersenyum, seakan dia tau betul apa yang diinginkan Fathan saat ini. Kenikmatan semalem. Tangannya mengelus pipi Fathan dengan lembut, seolah-olah cewek itu juga ingin melakukannya pada Fathan. Tapi tidak dengan pikirannya..

"Huuh.. ganteng sih, nih orang.. tapi gue cuma pengen ngambil semua yang dia bawa saat ini. Gak lebih, karena dia mangsa yang lumayan besar untuk ditangkap." Bisik cewek itu dalam batinnya.

Fathan menggenggam tangan cewek itu dan lalu menciumnya. Ia mulai menghidupkan mesin mobilnya dan berjalan keluar gedung itu.

Tak lama Fathan keluar, dua pria komplotan cewek itu mengikuti kemana roda mobil Fathan berputar.

Cewek itu memberi arah mana yang harus mereka tuju. Hingga disebuah jalan sepi yang jarang dilalui orang. Mobil yang dibelakang Fathan berusaha mendahului mobil Fathan dan berhenti didepannya.

ckiiit.. kakinya mengerem mendadak. Hampir saja ia menabrak mobil temen cewek itu.

"Aduuh.. ada apa ini, mas?" Tanya cewek itu pura-pura panik.

Fathan menggeleng.. "gak tau, lebih baik kita tunggu di mobil aja." Usul Fathan sedikit panik.

Dua pria itu turun dan langsung menghampiri mobil Fathan, ditangannya menenteng senjata. "Buka pintunya, atau lu gue tembak." teriak salah satu pria berbaju hitan ketat mengacungkan senjata api tepat dikepala Fathan dari balik kaca mobil. Pria itu terlihat sangar, telinga kirinya tertindik anting. Kalung besar menggelayut di leher. Cewek itu hanya tersenyum melihat wajah Fathan ketakutan.

Fathan diam, tak segera melaksanakan apa yang mereka pinta.

Braaaak.. pukulan keras pada kap mobil Fathan oleh pria satunya lagi. Berkumis tebal dan janggut menghitam legam. "Wooii.. buka pintunya atau kepala lu gue tembak." kali ini pria satu lagi memberi peringatan, berteriak lebih keras.

Cleek.. pintu terbuka pelan. Pria bertindik itu tak sabar menunggu, ia langsung menarik pintu mobil. "Serahin semua yang lu punya, CEPAT." Titah kedua pria itu. Fathan tak bisa berbuat banyak, alkohol membuat ia hanya pasrah menyerahkan semuanya.

Mata Fathan melirik ke senjata api yang dipegang pria itu saat hendak menyerahkan dompetnya. Ada kesempatan untuk melawan penjahat itu dan kabur dari mereka.

SERPIHAN CINTA YANG HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang