~ 36 ~

508 19 0
                                    

PERNIKAHAN YANG GAGAL.

Hari terus berubah. Dari senin menjadi selasa, hari rabu muncul dan digantikan kamis, kamis menghilang hari Jum'at pun menghampiri hingga minggu hadir di dalam sebuah kalender. Terus bergulir, bergantian. Kemudian malam berubah menjadi pagi lalu siang dan kembali menjadi malam yang gelap. Satu bulan sudah berlalu, bulan-bulan berikutnya pun berlalu dengan cepat.

Kehamilan Kayana, sudah memasuki bulannya. Hanya tinggal hitungan hari anak yang dikandungnya akan lahir. Menurut prediksi dokter, ia akan melahirkan sekitar dua minggu lagi.

Dan..

Hari itu pun tiba..

Kayana mendadak mules-mules. Kontraksi-kontraksi kecil mulai berdatangan ditambah air ketuban yang semakin banyak keluar.

Empat bulan yang lalu.., ia memutuskan pergi ke rumah adik dari papahnya di Palembang, sendirian. Menghindari Fathan dan Tania. Begitu juga dengan Vina, Kayana sengaja tak memberitahu mamahnya agar keberadaannya tidak bocor ke Fathan maupun Tania.

Adik papahnya sangat syok mendapati Kayana yang penuh dengan peluh disekujur tubuhnya. Bajunya basah. Kelelahan.

Hari-hari Kayana dihabiskan di rumah Tantenya sambil menunggu kelahiran anaknya. Hasil USG menyatakan, anaknya berkelamin laki-laki.

Dan hari ini, ia dilarikan kerumah sakit dengan menahan rasa sakit perutnya. Mulesnya seperti orang yang hendak buang air besar. Pinggangnya serasa pegal, nyeri. Tak tertahankan.

Peluh terus membanjiri tubuhnya. Nafasnya kadang menderu, hembusan nafas dihempaskan beberapa kali dalam hitungan menit. Tangan menggenggam tangan tantenya, semangat dan seruan terus menggaung ditelinganya. Kayana tak tahan. Namun ia harus bertahan agar anaknya tak lahir dalam mobil.

Dan dirumah kediaman Fathan. Hari ini juga, bebarengan dengan Kayana yang hendak melahirkan, ia sedang mempersiapkan pernikahannya. Pagi yang sibuk, semua sibuk. Merapihkan pakaian, merias diri. Semua berbaur menjadi satu di ruang tamu. Saudara dari papahnya, suadara dari mamahnya pun datang berkumpul menunggu momen ini. Semua terlihat bahagia mendengar Fathan menikah.

Lalu..

Bagaimana dengan Fathan..?

Ia terlihat murung, wajahnya muram. Tak ada senyuman yang menghias disana. Bagaikan hari yang akan dihemoas badai. Terlihat samar. Entah apa yang ia pikirkan. Dia hanya duduk termenung didepan jendela kamarnya.

Ada yang mengganjal di hatinya. Ada perasaan yang hilang semenjak keberadaan Kayana tidak bisa ia ketahui. Semua saudara dari keluarga Kayana tak ada satupun yang tau dimana ia berada, itu yang membuat Fathan putus asa dan tak semangat.

Selama empat bulan, ia menjalankan hubungannya dengan Dania tanpa ada rasa yang membuatnya ia melupakan keberadaan Kayana.

Suara helaan nafas terdengar berat. Seberat ia menjalankan pernikahaannya saat ini.

Tok..

Tok..

Tok..

Suara ketukan pintunya membuat ia harus mengakhiri semua lamunannya. Fathan menoleh sebentar dan.. "masuk..!!" Katanya kembali pada luar jendela. Aktifitas diluar sana lebih menarik perhatiannya dibanding siapa yang datang ke kamarnya itu.

Tania berjalan pelan, balutan kebaya biru laut dan kain membuat ia susah bergerak leluasa. Ditambah high heels bikin ia harus berhati-hati melangkah.

"Kamu udah siap, Than." Kali ini, Tania sudah lebih bisa menerima Fathan setelah ia merasa kehilangan dua orang yang dicintainya. Dan ia tidak mau kehilangan seseorang yang ia cintai untuk ketiga kalinya.

SERPIHAN CINTA YANG HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang