~ 35 ~

533 22 0
                                    

SURAT KEDUA KAYANA.

Fathan segera berlari kala pintu gerbang terbuka. Dia menggedor-gedor pintu.. "Kay.. Kayana buka pintunya, Kay..!! Gue tau kamu didalem..!!" Sambil berteriak memanggil nama wanita yang amat dicintainya.

Dook..

Doook..

Dooook..

"Kay, ayo dong, buka pintunya..!!" Teriak Fathan tak berhenti.

Dibelakang, kaki Tania tertahan oleh tangan Vina yang menarik lengannya. "Mba harus jelasin ini semua." Tanya Vina berekspresi serius.

"Ma..maksud jeng?"

"Udah mba, gak usah nutup-nutupin lagi.. sebenernya ada apa dengan semua ini? Kenapa anak saya hamil anaknya Fathan yang bukan suaminya?" Tanya Vina lagi sedikit memaksa.

"Saya akan jelaskan setelah saya dan Fathan bicara sama Kayana." Jawab Tania tegas.

"Tapi mba, ini menyangkut anak saya. Saya dan suami menjodohkan anak saya sama putera mba bernama Fathir, bukan sama Fathan."

"Jeng, saya ngerti perasaan jeng Vina. Sekarang, saya sama Fathan mau ada yang dibicarakan sama Kayana. Dan saya janji, setelah ini saya dan Fathan akan jelasin ke Jeng Vina." Terang Tania membaca raut wajah Vina yang kuatir.

"Baik, saya akan tunggu..!!" Sahutnya menurut, namun, ia tetap saja bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.

Fathan masih menggedor pintu, berteriak memanggil Kayana dan minta di bukakan pintunya. Sayangnya, Kayana tidak akan membukakan pintu itu.

Tadi, sesaat Fathan masih diluar.

Kayana berjalan menuju pintu belakang rumahnya. Ia menghindari pertemuannya dengan Fathan. Bukan dia tidak menginginkan Fathan, tapi Kayana tidak mau menghancurkan hubungan Dania dengan Fathan. Terlalu naif memang, tapi Kayana ingin mengikhlaskan mantan kekasihnya itu hidup bahagia bersama sahabatnya.

Lewat jalan kecil samping rumahnya, Kayana pergi menaiki taksi yang dipesan lewat telepon. Duduk pada posisi sama ketika ia ke rumah mamahnya. Diam, dengan mata tertuju keluar jendela.

"Maafin gue, Than. Gue gak bisa menikah sama elu. Gue.. gue gak mau nyakitin hati Dania. Dan gue pengen elu bisa ngebahagiain Dania." Gumamnya lirih. Tangannya terus mengelus perutnya.

Fathan mendobrak pintu rumah sesuai perintah Vina. Kayana sengaja mengunci dari dalam untuk memperlambat Fathan bertemu dengannya.

Doooak..

Doooak..

Bruuuaaaak..

Laki-laki kembaran Fathir berlari berhambur keseluruh ruangan di rumah itu. Tak ada Kayana di manapun dilantai 1.

"Coba dikamarnya, Than." Perintah Vina ikut kuatir anaknya tidak ditemukan dimanapun.

Tanpa banyak berpikir, Fathan langsung berlari ke lantai dua. Kamar Kayana. Saat kaki Vina hendak melangkah mengikuti Fathan, tapi Tania sudah lebih dulu menahan tangannya.

Vina menatap Tania..

"Biarkan anak-anak menyelesaikan urusannya." Usul Tania dan akhirnya Vina kembali duduk di sofa.

"Kay..?!" Panggil Fathan mengetuk pelan pintu kamar Kayana.

Tak ada jawaban. Beberapa kali Fathan mengetuk dan memanggil nama Kayana, tapi, tetap tidak ada jawaban.

Engsel pintu pun terbuka perlahan. Dan..

Ia tak menemukan Kayana di kamarnya, cahaya lampu menerangi kamar yang masih tertata rapih. Rupanya, Kayana belum sempat beristirahat di kasur megah itu. "dimana Kayana?!" Pikir Fathan demikian.

SERPIHAN CINTA YANG HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang