~ 47 ~

642 19 0
                                    

KOMA..?

Kayana berdiri tak tenang. Didepan ruang bedah ia terus menatap lampu yang berada diatas pintu ruangan itu. Kadang, ia berjalan mondar-mandir agar hatinya merasa tenang.

Dan.., pikirannya tidak selalu fokus pada operasi anaknya. Ia melirik panjang koridor rumah sakit. Menanti Fathan yang hanya pamit ingin ke kamar mandi. Tapi, sudah hampir setengah operasi itu berlangsung. Fathan juga tak kunjung datang.

Ia mendengus, lalu duduk di kursi. Saat ini, ia butuh seseorang untuk menemaninya. Menemani dan memeluk agar dirinya tenang barang sejenak saja.

Lalu Dania, ia duduk diam di teralis jendela hotel. Angin berhembus manja menyentuh pipinya yang masih dibasahi bulir bening. Ditatap surat pengunduran diri Fathan yang diberikan padanya tadi pagi.

Jakarta, 18 Maret 2018

Surat Pengunduran Diri

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : M. Fathan Ardiansyah
Tempat lahir : Jakarta
Tanggal lahir : 15 Juni 1990
Jabatan : Direktur Pemasaran

Mulai terhitung hari ini, tanggal 18 Maret 2018 hingga seterusnya tidak lagi bekerja di perusahaan Bapak/Ibu atau mengundurkan diri.

Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan pada saya selama ini.

Demikianlah surat pengunduran ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari siapapun. Atas perhatian dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

M. Fathan Ardiansyah

Tulisan itu sedikit membias, pudar dalam air yang jatuh membasahinya. Ya, surat itu bikin hati Dania tercabik. Fathan seenaknya saja mundur dari perusahaan tempat Dania bekerja. Dulu, selepas laki-laki bernama lengkap M. Fathan Ardiansyah itu keluar dari hukumannya, Dania lah yang mengkoneksikan Fathan agar diterima di perusahaan tempatnya bekerja.

Kemampuan Fathan dalam bidang pemasaran tidak diragukan lagi. Sangat sempurna ia menggaet pembeli, baik wanita maupun laki-laki. Kata-kata yang keluar dari bibirnya magnet tersendiri bagi pembeli.

Namun sekarang, surat pengunduran diri itu ada ditangan Dania. Ia seakan tak rela Fathan pergi dari perusahaan itu. Dania meremasnya, lalu melempar kedalam tong sampah. Dan ia juga tidak bisa menunggu terlalu lama hasil operasi Fathan datang kepadanya.

Dania menyambar tas, seharusnya ia melangkah ke kantor cabang. Tetapi, taksi itu meluncur ke rumah sakit.

Kaki Dania melangkah tergesa-gesa menuju ruang operasi setelah sesampainya dirumah sakit. Kemudian, kaki itu mulai melambat saat matanya mendapati Kayana duduk gelisah dengan raut wajah yang susah ditebak. Ada rasa cemas dan takut juga menghias mimik wajahnya hari ini.

Dania berhenti dibeberapa centi dari Kayana terduduk menundukan wajahnya. Kepala itu diangkat segera. "Ma..mah..?!" Panggil Kayana salah terka. Wanita dihadapannya bukan wanita yang ia harapkan kedatangannya. "Da..nia?!" Wajah senyum Kayana cepat sekali berubah ekspresi.

Kayana berdiri. "E..lu?" Ia tidak tau harus mengucapkan kata apalagi. Menggantung, memang sengaja ia hentikan kalimat itu.

Keadaan menjadi canggung, sudah lama dia dan Dania tak ketemu setelah kejadian malam itu di rumah mertuanya. "Apa kabar?" Tanya Kayana ingin berjabat tangan.

SERPIHAN CINTA YANG HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang