~ 37 ~

488 17 2
                                    

HARAPAN YANG TERHEMPAS.

Dania duduk tak berdaya di lantai. Isak tangisnya mulai terdengar. Amarah ayahnya terlihat jelas di wajahnya yang mulai berkerut-kerut.

Dan Fathan..,

Terus berlari ke parkiran masjid. Semua orang berbisik, dan menatap mencibir. Ia tak peduli. Buat Fathan, yang terpenting saat ini menemukan Kayana dan menikahinya.

Mesin mobil mulai dihidupkan. Persneling berganti posisi. Lalu gigi mobil pindah ke satu. Kaki Fathan mulai menginjak gas. Roda pun mulai bergerak pelan keluar area masjid.

Dibelakang..

Dania berlari sambil berteriak. Diikuti beberapa orang yang penasaran. Sayangnya, Fathan sudah tak lagi mendengar suara Dania. Sudah terlalu jauh untuk di jangkau telinganya. Namun, mata itu menyaksikan betapa Dania sedang berusaha mengejarnya sekuat tenaga.

"Maafin gue, Dan.. sekali lagi maafin gue." Gumamnya terus melajukan mobilnya.

"FATHAAAN.. FATHAN JANGAN PERGIII.." Teriaknya lirih. Lalu jatuh terduduk kembali. Tubuhnya terasa lemas menerima kenyataan yang hari ini terjadi. "Kenapa, Than. Kenapa elu lakuin ini sama gue..? Gue sangat mencintai elu, Than. Gue sayang sama elu."

Ayah Dania, Ryan. Menghampiri anaknya yang menangisi calon suaminya yang pergi.

"Udah cukup..!!" Pekik Ryan terlihat kesal sekaligus malu dihadapan para tamu undangannya. Dania menoleh dan menatap ayahnya yang berdiri dengan wajah amat murka. "Cukup kamu tangisi laki-laki kayak gitu."

"A..ayah..?!"

"Ayah udah berapa kali bilang, jangan menikah sama dia. Tapi kamu tetap aja keras kepala dan ngelawan ayah." Ujarnya menarik tangan Dania secara paksa. "Gak ada gunanya kamu nangis." Bentak Ryan dongkol.

Dania tak berkutik. Dia hanya bisa mengikuti langkah kakinya tanpa protes. Dan matanya, tak bisa berpaling dari mobil Fathan yang sudah tak akan lagi terlihat di halaman masjid itu. Harapan itu akan sia-sia.

Langkah itu kemudian berhenti. Matanya menatap tajam Tania yang berdiri diantara tamu dan saudaranya. Melangkah mendekat.

"Anda.." tunjuk Ryan geram melihat tampang Tania yang bersikap biasa saja atas kejadian ini. "Saya minta, anda dan anak anda jangan pernah muncul di hadapan saya dan mengganggu hidup anak saya lagi." Bentaknya mengeluarkan segala emosinya.

"Maaf.., saya dan anak saya telah bikin anda malu." Sahut Tania tenang.

Ryan menatap nanar wajah perempuan yang hampir saja jadi besannya itu. Cukup lama Ryan menunjukan wajah kesalnya terhadap Tania. Kemudian ia berpaling.. "Ayo kita pergi..!!" Pekik Ryan di ikuti Dania dan istrinya.

Dania dipaksa masuk ke dalam mobil dengan kasar. Istrinya ikut masuk ke mobil dibelakang. Ryan tak langsung masuk.. "bubar.. bubar semua..!!" Teriaknya melepaskan amarah, lalu pergi setelah ia puas berteriak.

Sedangkan Fathan..

Sudah berada di halaman rumah kediaman keluarga Kayana. Disana ada Vina yang menerima kehadiran Fathan.

"Tante.." sapa Fathan mencium tangan Vina.

"Fa..fathan?" Ucap Vina bingung. Ia memandang Fathan dari atas hingga ke bawah. Ada yang berbeda dengan penampilannya itu. "Kamu.. kamu kenapa kesini? Bukannya kamu menikah hari ini?" Tanya Vina teringat tanggal dan hari pernikahan Fathan yang ia katakan waktu datang tengah malam.

Fathan menggeleng..

"Ya udah, kita ngobrol di dalem aja yuk." Ajak Vina. Tetapi Fathan tetap terdiam.

SERPIHAN CINTA YANG HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang