~ 42 ~

489 20 0
                                    

MAAF.

Fathan masih berdiri di tengah, tidak mengejar Dania maupun Kayana yang pergi ke arah berlawanan. Matanya masih menatap kedua wanita yang baru saja ia buat terluka oleh ucapannya.

Ia mendesah.

Lalu..

Dania berlari ke arah mobil, di ambil koper dari mobil travel yang sengaja perusahaan sewakan untuk Fathan dan Dania selama di Palembang.

Di dalam taksi, ia menangis kesal, marah dan meluapkan emosi yang tertahan. Ingin rasanya ia ikut menampar pipi laki-laki yang sudah dua kali menyakitinya itu. Seperti Kayana yang menampar keras pipi atasan sekaligus mantan calon suaminya.

Ada sesak yang menguasai dadanya. Ada isak yang mengasai emosi direlung jiwanya. Amarah pun meluap hingga air mata tak bisa ditahan lagi. Terus menetes bak air terjun.

Roda taksi terus berputar, lagu sendu diputar oleh penyiar radio. Menemani suasana luka hati Dania saat ini.

Kayana pun sama, berjalan dengan tangan yang tak berhenti menyeka air matanya. Hampir saja ia mengatakan iya pada Fathan untuk balikan. Dan untungnya, Dania cepat datang dan membongkar semua rahasia yang Fathan sembunyikan darinya. Dan hampir juga ia menyakiti hati Dania.

Beberapa kali ia mengambil nafas panjang, lalu berhembus pelan disela-sela isak tangisnya yang sempat terdengar keras. Melewati beberapa orang yang baru pulang kerja.

Dan Fathan, memutuskan berjalan kemana Dania melangkah. Kearah mobil travel menunggunya sedari tadi.

"Dan.. gue.." ucapnya. Sayangnya, tidak ada Dania di mobil travel itu. "Cewek yang tadi sama saya kemana Pak?" Tanya Fathan ketakutan.

"Ooh.. neng yang tadi sudah duluan ke hotel pake taksi."

"Ooo" kata Fathan cuma bisa ber 'O' ria. Ia naik mobil travel dengan malas.

Roda pun berputar.

Fathan gelisah. Batinnya berkecambuk. Sebenarnya, ia ingin ikut bersama Kayana menemui anaknya. Tapi, Dania lah yang merubah haluannya. Ia tetap kembali ke hotel untuk menyelesaikan segala masalahnya.

Ya, dia ingin menyelesaikan masalah baik pada Dania dan juga masalah dikantornya. Ia juga ingin menyelesaikan masalah anaknya yang saat ini di rawat dirumah sakit akibat ginjal.

****

Ia berlari kedalam hotel sambil menggeret koper. Sedikit tergesa-gesa. Menaiki lift dan menekan tombol berangka 5 setelah ia mengambil kunci pada resepsionis hotel.

Dan..

Ia berdiri cukup lama didepan kamar bernomor 215. Menarik nafas, lalu menghembuskannya perlahan. Degup jantungnya mendadak kencang, tidak beraturan. Gugup bukan main.

Tok..

Tok..

Tok..

Ia mencoba mengetuk pelan kamar itu. Cukup lama ia menunggu.

Hening.

Sepi.

Koridor hotel lantai 5 terlihat lenggang.

Tok..

Tok..

Tok..

Ia mencoba sekali lagi. Satu menit, dua menit hingga lima belas menit ia menunggu pintu kamar itu terbuka. Dan..

Kretek..

Suara engsel pintu mulai dibuka pemilik kamar 215.

"Fa..Fathan.." sebut Dania, mencoba kembali menutup pintu. Tapi Fathan lebih sigap dari Dania, pintu itu tertahan oleh kakinya. "Tunggu, Dan..!"

SERPIHAN CINTA YANG HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang