~ 33 ~

515 25 0
                                    

MEMPERTAHANKAN FATHAN.

"Gue mau.. gue mau menikah sama elu seperti yang Mas Fathir pinta didalam bukunya. Ayo kita nikah, Than..!!" Seru Kayana mengagetkan Fathan dan Dania.

Ucapan Kayana barusan bagai petir di siang bolong bagi Dania. Dan Fathan tergagu mendengarkan kalimat itu.

"Apa?!" Pekik Dania syok. "Gak bisa.. gak bisa.. Kay, Fathan itu sekarang udah milik gue. Jadi, kamu gak bisa seenaknya ngomong kayak gitu." Nada bicara Dania sangat cemburu dengan ucapan Kayana. Sebisa mungkin ia mempertahankan Fathan. Berjalan mendekati Fathan dan menyelipkan tangannya ke lengan Fathan.

"Kenapa gak bisa? Kalian kan baru tunangan.. sebelum janur kuning melengkung, gue rasa Fathan masih bisa jadi milik siapapun." Sergah Kayana santai.

"Enak aja kamu kalau ngomong. Sebentar lagi gue dan Fathan mau nikah, jadi, kamu jangan pernah ganggu dia lagi."

Kayana tersenyum.. "yang udah nikah sampe 10 tahun aja bisa cerai, apalagi yang baru mau nikah..?!" Ucap Kayana sengaja digantung.

"Apa? Kamu mau bilang rencana gue dan Fathan bisa bubar, gitu?"

Dengan santainya, Kayana cuma bisa bilang.. "mikir aja sendiri."

"Kok gitu sih..? Jadi kamu nyumpahin kita berdua bubar?" Pekik Dania senewen.

Kayana tak menjawab, ia menghampiri Fathan yang pusing ngeliat dua cewek berantem dihadapannya. Diselipkan tangannya dilengan Fathan sebelah kiri. Dan itu, bikin hati Dania semakin panas.

"Jangan pegang-pegang..!!" Ucapnya kesal. Menyingkirkan tangan Kayana dari lengan Fathan.

Kayana tak peduli, ia kembali menyelipkan tangannya ke lengan Fathan. "Than, lu baca kan wasiat Mas Fathir?" Fathan mengangguk. "Jadi.. elu mau nikah sama gue?"

Fathan tak menjawab, ia menatap bingung. Sebelah kanan ada tunangannya. Ia sudah berjanji pada Dania akan menikahinya barusan. Namun, ada cinta lama yang sedang merengek minta dinikahi, wasiat itu yang membuat Fathan bingung. Disisi lain, Kayana juga sedang mengandung anaknya.

Dania melihat kesal dengan sikap temannya itu yang over plin-plan. Tadi, dua puluh menit lalu Kayana seakan menolak dan membentak Fathan. Sekarang, Dania melihat teman kampusnya itu seperti kehabisan stok laki-laki.

"Apaan sih, kamu Kay?" Protes Dania menyingkirkan lagi tangan Kayana dari lengan tunangannya.

Sekali lagi, Kayana tak peduli sikap cemburu Dania yang mengusik pembicaraannya dengan Fathan.

"Demi anak ini dan wasiat mas Fathir. Elu mau kan menikah dengan gue..?"

"Kenapa harus sekarang, Kay? Kenapa pada saat gue udah mau nikah lu baru minta..??" Bisik batinnya galau. Pusing sendiri ngeliat kedua wanita di sampingnya saling merajuk dan bertengkar.

"Kay, udah deh.. gak usah pengaruhi Fathan." Dania menarik tangan Fathan agar menjauh dari Kayana. Tapi, Kayana tetap mempertahankan adik iparnya itu agar tetap di sampingnya.

Kayana tak peduli sahabatnya marah atau tidak padanya.. "lu mau kan, Than, nikah sama gue..?!" Ia terus memohon pada Fathan agar mau menikah dengannya.

"Maaf Kay.., gue akan bertanggung jawab atas anak itu.." Kata Fathan mulai jengah sama sikap kedua wanita disampingnya. "Tapi.. gue gak bisa kasih jawaban sekarang. Gue harus memikirkan ini dengan Dania."

"Fathan?!" Kalimat terakhir calon suaminya membuat dia mendelik. Ada makna tersirat didalam kata-katanya. Ia bukannya tidak suka anak-anak, ia juga tidak mau menerima kenyataan bahwa yang sekarang di perut Kayana adalah anak dari calon suaminya. Tapi, ini anak dari Kayana, semenjak ia melihat Fathan pelukan dengan Fathan di hujan waktu itu, Dania sedikit cemburu.

SERPIHAN CINTA YANG HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang