~ 26 ~

601 17 0
                                    

FATHIR.

Hari terus berlanjut, jarum jam terus bergerak. Siang menjadi malam, malam pun berubah pagi yang kadang cerah, kadang pula suram menghitam.

Fathan, menyetujui tinggal di apartemen yang di beli Dania. Sudah lewat dua minggu setelah ia dipenjara. Tapi, tak ada tanda-tanda Fathir maupun mamah-nya mencari keberadaannya sekarang.

Ia berusaha menipu hatinya sendiri, namun jiwanya tak bisa berbohong kalau ia begitu merindukan kakaknya. Entahlah, dulu sosok kakak dan mamah yang amat dibencinya menjadi sosok yang saat ini dirindukannya.

Dan, Fathan kini sudah mendapat pekerjaan. Dirinya terus menyibukan waktunya yang terbuang oleh pekerjaan yang tiap hari ia jalankan.

Dilain tempat, kediaman rumah keluarga Fathan. Kehidupan Fathir nampak tak biasa. Awalnya, Kayana selalu menolak saat diajak berhubungan badan. Sesaat tadi, Fathir selalu menolak Kayana yang mulai merayu. Hingga istrinya marah dan tertidur.

Fathir bukan tidak menyukainya, tapi ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari diri Kayana yang sekarang. Ia merasa sedang di tipunya. Ditipu oleh wanita yang ia cintai. Fathir bukan tak tau keberadaan sosok lain dalam perut istrinya itu. Ia ingat betul, tak pernah sekalipun ia menyentuh maupun menggauli Kayana semenjak ia mempersunting mantan kekasih adiknya itu.

Ia, juga sadar siapa laki-laki itu. Tapi dia tak ingin merusak semua. Dan ia telah menemukan bukti itu, dua strip merah dialat testpack milik Kayana yang disembunyikan darinya.

Fathir terpukul. Hanya bisa menatap marah alat testpack milik istrinya itu. Dulu, dimalam pertama pernikahannya, ia tak pernah di ijinkan Kayana untuk menyentuh sedikitpun tubuh yang sudah ia halalkan itu. Dan sekarang, ia seperti mendapatkan bom waktu yang akan tiap waktu meledak dan mengahancurkan rumah tangganya.

Suara helaan nafas itu terdengar penuh beban. Ada amarah yang terus tertahan saat ia mulai menyadari istrinya hamil. Ia sangat senang, apabila kehamilan itu dari benihnya. Fathir tak pernah habis pikir pernikahannya adalah petaka buat keluarganya. Andaikan waktu dapat ia rubah, Fathir ingin menyerahkan Kayana pada Fathan.

Dan andai saja rasa egoisnya tidak lebih besar dari rasa ibanya pada Fathan, mungkin juga papahnya masih ada yang belakangan ia tahu dari bibir mamahnya. Keluarganya masih utuh walau Fathan masih membencinya.

Fathir mengusap wajahnya. Ia tatap wajah istrinya yang kini selalu mudah terlelap walau jam masih terlalu sore untuk tidur. Kayana juga jauh lebih suka makan dari porsi biasanya.

"Kenapa harus ada kebohongan diantara kita? Aku tau, Kay.. walau kamu bilang benci pada Fathan dihadapanku, tapi aku tau seperti apa rasa cinta itu tumbuh dihati kalian berdua." Bisik batinnya pilu. "Andaikan aku boleh minta mati lebih dulu, aku lebih baik mati agar kalian bersatu. Agar tak ada lagi yang terluka oleh pernikahan ini. Andaikan semua bisa kembali, aku tak ingin minta disembuhkan dari penyakit ini. Gak akan, Kay..!! Gak akan pernah..!!"

"Aku ingin melihat adikku bahagia bersama orang yang ia cintai. Aku juga ingin melihat kamu tersenyum gak seperti pada pernikahanmu padaku." Ada isak ditengah keheningan. Ada luka diantara ribuan bayangan yang datang tiba-tiba menyiksa batin dan perasaannya. Ia ingin sekali berteriak, merasa tak ada yang adil dalam hidupnya. Merasa seperti orang bodoh telah mencintai pada orang yang sama dengan adiknya. Ia juga merasa telah menjadi orang terjahat dirumah ini.

Beberapa kali ia menghembuskan nafasnya yang semakin berat ia rasakan. Mempertahankan air mata yang sedari tadi menunggu untuk jatuh. Ia sadar, penyebab dari semua kejadian adalah dirinya. Andai saja ia tak bertahan hidup dan mati dengan penyakit dideritanya, semua tak pernah terjadi.

Ia beranjak bangun, kakak kembar dari Fathan itu berjalan keluar. Berdiri sebentar diambang pintu, di tatapnya sosok wanita yang ia cintai dan adiknya juga sayangi sedang asik terlelap sedari jam 19.30 tadi.

SERPIHAN CINTA YANG HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang